Kesehatan Masyarakat Analisis Baku Mutu

kualitas lingkungan atau tercemar oleh logam berat, umumnya dijadikan sebagai indikator pencemaran. Berdasarkan hal tersebut, maka perlu pengaturan baku mutu limbah dan baku mutu lingkungan, yaitu: 1 baku mutu lingkungan untuk mengarahkan pemanfaatan lingkungan, termasuk media lingkungan untuk budidaya, baku air laut, dan sebagainya penggolongan media untuk berbagai keperluan; 2 baku mutu limbah untuk membatasi jumlah limbah yang dapat dikembalikan ke media lingkungan; serta 3 mengarahkan perencanaan penggunaan teknologi produksi, teknologi pengolahan limbah.

A. Kesehatan Masyarakat

Salah satu pencemaran pada badan air adalah masuknya logam berat. Peningkatan kadar logam berat di dalam perairan akan diikuti oleh peningkatan kadar zat tersebut dalam organisme air seperti kerang, rumput laut dan biota laut lainnya. Pemanfaatan organisme ini sebagai bahan makanan akan membahayakan kesehatan manusia. Besi adalah salah satu bahan baku yang digunakan untuk pembuatan baja. Pembuatan baja dalam proses produksinya menghasilkan limbah baja. Seperti yang telah diuraikan dalam penelitian ini sebelumnya, bahwa limbah baja berdasarkan hasil uji pelindian atau toxicity charcteristic leaching prosedure TCLP dapat diketahui berkriteria sebagai limbah B3, karena beberapa komponen melebihi baku mutu seperti diatur dalam standard TCLP No. 04091995, yaitu: DR untuk Pb, HSM untuk Cr, Cu, dan Pb, FC untuk Cr dan Cu dan EAF untuk semua komponen kecuali Cu. Limbah baja WRM dan CRM tidak terkena kriteria tersebut. Setelah dicampur sebagai material lainnya, ternyata nilai TCLPnya di bawah baku mutu yang dipersyaratkan. Berdasarkan hasil uji toksisitas limbah baja yang pada jenis limbah: DR Pb 11 mgl, HSM Cr 7,2 mgl, Cu 18 mgl, Pb 6,2 mgl, EAF Cd 3,8 mgl, Cr 19,2 mgl, Pb 21 mgl, Zn 60,5 mgl yang diketahui berkriteria sebagai limbah B3, maka pihak perusahaan maupun pemerintah daerah dapat antisipasi dampak negatif dari limbah B3 terhadap kesehatan masyarakat. Limbah industri baja yang mengandung unsur Fe, walaupun logam ini termasuk dalam kelompok logam esensial, namun pengaruh terhadap kesehatan masyarakat disekitarnya seperti penyakit infeksi saluran pernapasan akut ISPA akibat dari debu limbah baja dan sering pula dilaporkan terutama kasus keracunan Fe pada anak-anak. Keracunan Fe pada anak terjadi secara tidak sengaja, saat anak memakan makanan atau benda yang menganndung Fe. Walaupun toksisitas Fe jarang menyebabkan kematian, tetapi dapat menyebabkan gangguan mental secara serius. Di sisi lain dampak pada kesehatan manusia terkait dengan sumber-sumber pencemaran lingkungan yang menimbulkan berbagai jenis penyakit. Untuk menunjang hal tersebut diperlukan data dari Badan Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Cilegon, Divisi K3LH PT. Krakatau Steel Cilegon, dan Dinas Kesehatan Kota Cilegon tahun 2007 yang selengkapnya disajikan pada Tabel 23 – 26. Tabel 23. Kondisi jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Ciwandan tahun 2003 – 2007 Tahun Penduduk Limbah Jenis Penyakit di Kecamatan Ciwandan Org Org ton ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 2003 36.384 34.558 5.285 2.878 1.485 1.160 2004 37.658 35.765 5.465 3.150 1.658 1.285 2005 38.552 37.155 5.671 3.212 1.890 1.301 2006 38.898 39.110 6.098 3.453 2.032 1.399 2007 39.800 43.456 6.775 3.837 2.258 1.554 Berdasarkan Tabel 23 tersebut di atas, terlihat bahwa angka jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Ciwandan Kota Cilegon dari tahun 2003 – 2007 berkecenderungan naik. Tabel 24. Kondisi jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Citangkil tahun 2003 – 2007 Tahun Penduduk Limbah Jenis Penyakit di Kecamatan Citangkil Org Org ton ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 2003 53.040 34.558 9.868 1.844 925 985 2004 54.299 35.765 10.015 1.995 997 1.056 2005 55.589 37.155 10.246 2.021 1.045 1.211 2006 56.472 39.110 11.017 2.173 1.123 1.302 2007 57.782 43.456 12.241 2.414 1.248 1.447 Berdasarkan Tabel 24 tersebut di atas, terlihat bahwa angka jumlah penduduk dan jumlah limbah baja berkenderungan naik, sedangkan jumlah penyakit dari jenis penyakit di Kecamatan Citangkil Kota Cilegon dari tahun 2003 – 2007 berkecenderungan naik dengan jumlah penyakit lebih besar dibandingkan dengan kecamatan lainnya. Tabel 25. Kondisi jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Grogol tahun 2003 – 2007 Tahun Penduduk Limbah Jenis Penyakit di Kecamatan Grogol Org Org ton ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 2003 30.810 34.558 918 275 603 51 2004 31.425 35.765 932 285 646 56 2005 32.291 37.155 991 291 673 58 2006 32.862 39.110 1.066 313 724 63 2007 33.624 43.456 1.184 347 804 70 Berdasarkan Tabel 25 tersebut di atas, terlihat bahwa angka jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Grogol Kota Cilegon dari tahun 2003 – 2007 berkecenderungan naik, namun jumlah penyakit dermatis, TBC Paru TBA, dan artritis lainnya cukup rendah kecuali penyakit ISPA tergolong tinggi. Tabel 26. Kondisi jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Pulomerak tahun 2003 – 2007 Tahun Penduduk Limbah Jenis Penyakit di Kecamatan Pulomerak Org Org ton ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 2003 38.884 34.558 234 152 169 159 2004 40.831 35.765 327 165 178 172 2005 41.801 37.155 336 175 201 192 2006 42.037 39.110 362 188 216 206 2007 43.012 43.456 402 209 240 229 Berdasarkan Tabel 26 tersebut di atas, terlihat bahwa angka jumlah penduduk, jumlah limbah baja, dan jenis penyakit di Kecamatan Pulomerak Kota Cilegon dari tahun 2003 – 2007 berkecenderungan naik, namun tingkat kenaikan jumlah penyakit seperti halnya di Kecamatan Pulomerak menunjukkan angka yang kecil termasuk penyakit ISPA, karena di wilayah ini keberadaan jumlah industri tidak banyak. Berdasarkan Tabel-tabel tersebut di atas, baik jumlah penduduk, jumlah limbah, dan jenis penyakit di empat kecamatan Kota Cilegon yakni Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Pulomerak, dan Kecamatan Grogol. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertumbuhan dan berkembangnya jumlah industri yang sangat pesat, sehingga sangat berpengaruh terhadap jumlah penduduk, jumlah limbah, dan berbagai jenis penyakit, dengan asumsi bahwa jenis penyakit di wilayah pesisir ini berasal dari limbah baja yang mencemari. Selanjutnya untuk mengetahui hubungan jenis penyakit dengan jumlah penduduk di tiap-tiap kecamatan wilayah pesisir Kota Cilegon dapat diperlihatkan besaran persentasinya disajikan pada Tabel 27 – 30. Tabel 27. Persentasi orang terkena penyakit tertentu di Kecamatan Ciwandan No. Uraian Persentasi Orang Terkena Penyakit Tertentu Di Kecamatan Ciwandan 2003 2004 2005 2006 2007 1 ISPA 5.285 14,53 5.465 14,51 5.671 14,71 6.098 15,68 6.775 17,02 2 Dermatitis 2.878 7,91 3.150 8,36 3.212 8,33 3.453 8,88 3.837 9,64 3 TBC Paru BTA 1.485 4,08 1.658 4,40 1.890 4,90 2.032 5,22 2.258 5,67 4 Artritis lainnya 1.160 3,19 1.285 3,41 1.301 3,37 1.399 3,60 1.554 3,90 5 Penduduk 36.384 37.658 38.552 38.898 39.800 Berdasarkan Tabel 27 di atas menunjukaan persentasi orang terkena penyakit ISPA 14. Urutan berikutnya jenis penyakit berikutnya adalah penyakit dermatitis 7 tahun 2003 – 2007, hal tersebut terjadi karena di Kecamatan Ciwandan telah berdiri dan berkembangnya jumlah industri yang sangat pesat berkecenderungan terjadinya pencemaran lingkungan. Tabel 28. Persentasi orang terkena penyakit tertentu di Kecamatan Citangkil No. Uraian Persentasi Orang Terkena Penyakit Tertentu Di Kecamatan Citangkil 2003 2004 2005 2006 2007 1 ISPA 9.868 18,60 10.015 18,44 10.246 18,43 11.017 19,51 12.241 21,18 2 Dermatitis 1.844 3,48 1.995 3,67 2.021 3,63 2.173 3,85 2.414 4,18 3 TBC Paru BTA 925 1,74 997 1,84 1.045 1,88 1.123 1,99 1.248 2,16 4 Artritis lainnya 985 1,86 1.056 1,94 1.211 2,18 1.302 2,31 1.447 2,50 5 Penduduk 53.040 54.299 55.589 56.472 57.782 Berdasarkan Tabel 28 di atas menunjukaan persentasi orang terkena penyakit yang cukup tinggi, seperti halnya yang terjadi di Kecamatan Ciwandan. Di Kecamatan Citangkil jenis penyakit tertinggi adalah penyakit ISPA 18 dan di kecamatan ini telah tumbuh dan berkembangnya sejumlah industri, baik industri menengah maupun industri berat yang berkecenderungan terjadinya pencemaran lingkungan sehingga jumlah penyakit ISPA tergolong sangat besar dari tahun 2003 - 2007, namun jenis penyakit lainnnya masih tergolong normal. Tabel 29. Persentasi orang terkena penyakit tertentu di Kecamatan Grogol No. Uraian Persentasi Orang Terkena Penyakit Tertentu Di Kecamatan Grogol 2003 2004 2005 2006 2007 1 ISPA 2.468 8,01 2.505 7,94 2.664 8,25 2.865 8,72 3.183 9,47 2 Dermatitis 590 1,91 611 1,94 624 1,93 671 2,04 745 2,22 3 TBC Paru BTA 603 1,96 646 2,05 673 2,08 724 2,20 804 2,39 4 Artritis lainnya 305 0,99 340 1,08 352 1,09 378 1,15 420 1,25 5 Penduduk 30.810 31.542 32.291 32.862 33.624 Berdasarkan Tabel 29 di atas, jenis penyakit ISPA di Kecamatan Grogol persentasinya tergolong cukup tinggi 7 dan berkecenderungan naik, sedangkan jenis penyakit dermatitis, TBC paru TBA, dan artritis masih relatif rendah. Tabel 30. Persentasi orang terkena penyakit tertentu di Kecamatan Pulomerak No. Uraian Persentasi Orang Terkena Penyakit Tertentu Di Kecamatan Pulomerak 2003 2004 2005 2006 2007 1 ISPA 318 0,80 327 0,80 336 0,80 362 0,86 402 0,93 2 Dermatitis 152 0,38 165 0,40 175 0,42 188 0,45 209 0,49 3 TBC Paru BTA 169 0,42 178 0,44 201 0,48 216 0,51 240 0,56 4 Artritis lainnya 159 0,40 172 0,42 192 0,46 206 0,49 229 0,53 5 Penduduk 39.884 40.831 41.801 42.037 43.012 Berdasarkan Tabel 30 di atas, jumlah penyakit di Kecamatan Pulomerak menunjukaan persentasinya realatif kecil 1 untuk jenis penyakit ISPA, dermatitis, TBC dan artritis. Meskipun jumlah penyakit ini berkecenderungan naik, namun tingkat kenaikan penyakitnya masih relatif kecil dibandingkan dengan jumlah penyakit yang terdapat di Kecamatan Ciwandan dan Citangkil. Selain hal tersebut di atas, untuk mengetahui pengaruh limbah baja terhadap jenis penyakit di empat kecamatan Kota Cilegon yakni Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Pulomerak, adalah sebagai berikut: 1. Jumlah limbah baja dari tahun ke tahun cenderung meningkat, karena limbah tidak diolah dan menumpuk di area penyimpanan. 2. Sementara itu kapasitas produksi meningkat dari tahun ke tahun, sedangkan dampak teknologi untuk meminimalisasi limbah belum nampak berubah secara signifikan. 3. Secara deskriptif terdapat hubungan antara jumlah masyarakat yang tinggal di sekitar wilayah pesisir dengan jenis penyakit yang ditimbulkannya dan ada indikasi bahwa tumbuhnya industri-industri yang terdapat di wilayah tersebut akan berdampak pada semakin meningkatnya orang terkena penyakit seperti penyakit ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis lainnya. 4. Dari penelitian terlihat bahwa semakin jauh lokasi industri, maka jumlah masyarakat yang terkena penyakit semakin rendah, hal ini disebabkan semakin jauh dari lokasi industri maka pencemaran udara semakin rendah sehingga berdampak semakin rendahnya pencamaran udara. Untuk mengetahui dampak limbah terhadap jumlah orang yang terkena penyakit tertentu yang dipengaruhi oleh jarak, waktu musin hujan, bahan-bahan mencemarinya yang ada diatmosfir sebagai akibat tercemarnya air hujan di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon tahun 2007 disajikan pada Tabel 31 – 34. Tabel 31. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit di Kec. Ciwandan tahun 2007 Bulan Jumlah Masyarakat Terkena Penyakit di Kec. Ciwandan org ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 1 445 261 141 100 2 485 257 142 109 3 587 305 210 126 4 591 345 217 130 5 603 338 220 135 6 610 346 239 144 7 622 365 239 150 8 641 389 243 156 9 650 395 255 165 10 512 283 152 109 11 476 278 145 120 12 453 275 155 110 Jumlah 6.675 3.837 2.358 1.554 Wilayah pesisir di Kecamatan Ciwandan merupakan titik lokasi industri baja dan industri lainnya. Pada tahun 2007 wilayah ini berpenduduk 39.800 jiwa, karena jaraknya antara tempat tinggal penduduk dengan lokasi berdekatan, maka sangat memungkinkan sebagai sumber limbah dapat mencemari lingkungan sekitar yang mengakibatkan masyarakat mudah terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis yang sangat tinggi seperti terlihat pada Tabel 31 di atas. Tabel 32. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit di Kec. Citangkil tahun 2007 Bulan Jumlah Masyarakat Terkena Penyakit di Kec. Citangkil org ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 1 965 107 85 100 2 968 113 87 109 3 1.023 187 105 115 4 1.011 209 116 119 5 1.013 235 122 121 6 1.065 245 125 124 7 1.085 265 124 130 8 1.103 272 130 150 9 1.109 270 96 162 10 986 185 88 109 11 968 111 86 106 12 945 215 84 102 Jumlah 12.241 2.414 1.248 1.447 Seperti halnya di Kecamatan Ciwandan, juga terjadi di wilayah pesisir Kecamatan Citangkil. Wilayah ini merupakan titik lokasi industri baja dan industri lainnya. Pada tahun 2007 wilayah ini berpenduduk 57.782 jiwa dan jaraknya antara tempat tinggal penduduk dengan lokasi sangat berdekatan, maka memungkinkan sekali penduduk tercemari lingkungannya oleh limbah yang mengakibatkan masyarakat mudah terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis yang sangat tinggi seperti terlihat pada Tabel 32 di atas. Tabel 33. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit di Kec.Grogol tahun 2007 Bulan Jumlah Masyarakat Terkena Penyakit di Kec. Grogol org ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 1 76 25 55 3 2 78 25 60 4 3 107 32 67 5 4 114 25 70 5 5 112 33 71 6 6 113 36 76 8 7 112 34 78 8 8 115 35 75 9 9 113 36 76 9 10 87 23 58 5 11 78 23 59 4 12 79 20 59 4 Jumlah 1184 347 804 70 Wilayah pesisir di Kecamatan Grogol berpenduduk 33.624 jiwa pada tahun 2007, relatif cukup rendah penduduk terkena penyakit akibat pencemaran lingkungan oleh pabrik-pabrik yang ada di Kota Cilegon. Wilayah ini tidak banyak industri yang tumbuh dan berkembang di Kecamatan ini dan jarak antara penduduk dengan lokasi industri baja dan industri lainnya cukup jauh sehinga masyarakat tidak banyak terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis, seperti terlihat pada Tabel 33 di atas. Tabel 34. Jumlah masyarakat yang terkena penyakit di Kec.Pulomerak tahun 2007 Bulan Jumlah Masyarakat Terkena Penyakit di Kec. Pulomerak org ISPA Dermatitis TBC Paru TBA Artritis Lainnya 1 26 13 15 16 2 26 14 15 16 3 34 16 19 20 4 35 18 21 21 5 37 20 22 22 6 37 21 25 22 7 35 22 26 24 8 36 20 26 22 9 39 18 25 20 10 33 18 15 15 11 32 14 15 15 12 32 15 16 16 Jumlah 402 209 240 229 Wilayah pesisir di Kecamatan Pulomerak berpenduduk 43.012 jiwa pada tahun 2007, lokasinya cukup aman dan relatif cukup rendah dari pencemaran lingkungan sehingga penduduk yang terkena penyakit akibat pencemaran lingkungan oleh pabrik-pabrik yang ada di Kecamatan Ciwandan dan Citangkil di Kota Cilegon. Wilayah ini jaraknya cukup jauh dari lokasi sumber pabrik baja dan hanya beberapa industri yang berdiri di wilayah ini, sehingga di waktu musim hujan limbah baja yang memcemari udara tidak sampai pada lokasi yang diinginkan. Jumlah penduduk yang terkena penyakit tertentu yakni ISPA, dermatitis, TBC, dan artritis, masih relatif rendah seperti terlihat pada Tabel 34 di atas. Berdasarkan tabel 31 - 34 di atas disimpulkan, bahwa 1 semakin jauh dari sumber limbah, maka semakin berkurang prosentasi masyarakat yang terkena penyakitnya, 2 dari data tahun 2007, pada musim hujan masyarakat yang terkena penyakit relatif berkurang.

B. Degradasi Pesisir