Diagram Sebab Akibat Proses Hierarki Analitik

Adapun analisis kebijakan model pengelolaan limbah industri baja sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon seperti berikut ini.

3.11.1 Diagram Sebab Akibat

Hubungan antar variabel pada model pengelolaan limbah baja dapat digambarkan dengan diagram sebab akibat cause loop. Keterkaitan antara pelaku maupun kegiatan yang terlibat dalam pengelolaan limbah baja sebagai upaya untuk mempertahankan kelestarian wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Pemecahan masalah ini telah diformulasikan pada tahap sebelumnya dengan kerkaitan 3 tiga subsistem, yaitu subsistem kependudukan, subsistem pesisir laut, dan subsistem limbah industri. Dalam diagram sebab akibat cause loop ini, setiap subsistem memiliki struktur masing-masing dengan karakteristik kegiatannya. Selanjutnya dalam proses pengkontruksian diagram sebab akibat pada masing-masing subsistem dilakukan secara bertahap.

3.11.2 Pemodelan Sistem Dinamik

Membangun suatu model dilakukan dengan tujuan untuk memperhatikan perilaku sistem dalam menentukan kebijakan dan strategi model pengelolaan limbah industri baja dalam upaya mempertahankan kelestarian wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Model ini berstandar pada pendekatan sistem dengan menggunakan powersim, karena pemikiran sistem selalu mencari keterpaduan integritas antar bagian melalui pemahaman yang utuh, maka diperlukan suatu kerangka fikir melalui pendekatan sistem. Berdasarkan hasil identifikasi sistem yang akan dibuat untuk model pengelolaan limbah industri baja terutama yang berkaitan dengan diagram sebab akibat yang dirancang, maka perlu dilakukan pemodelan sistem dengan rancang bangun model dinamis dengan menggunakan bantuan progam powersim yang dapat menterjemahkan diagram sebab akibat cause loop yang telah dirancang ke dalam program komputer. Tahapan pendekatan sistem dalam pembangunan model pengelolaan limbah industri baja, adalah sebagai berikut:

A. Analisis Kebutuhan

Analisa kebutuhan merupakan tahap awal dari pengkajian sistem. Pada tahap analisa ini dinyatakan dalam kebutuhan-kebutuhan yang diperlukan, kemudian dilakukan tahapan yang mengarah pada pengembangan terhadap kebutuhan- kebutuhan. Menurut Marimin 2007, dalam analisis kebutuhan perlu diketahui faktor yang menentukan dari pengembangan sistem pakar, yaitu resiko yang diterima oleh pemakai, resiko teknik didalam pertukaran informasi dan jawaban yang diberikan pemakai, ketersediaan sumberdaya manusia yang mendukung, dan software yang tersedia. Tahap ini juga memberikan informasi mengenai tanggapan dari pengambil keputusan terhadap jalannya sistem.

B. Formulasi Permasalahan

Menurut Eriyatno 1999, formulasi permasalahan dilakukan atas dasar penentuan informasi yang telah dilaksankan melalui identifikasi sistem secara bertahap. Karena formulasi permasalahan memberikan ilustrasi tentang kompleksitas permasalahan dalam hubungan dengan interaksi variabel baik di dalam maupun antar sistem. Untuk mengetahui permasalahan secara rinci maka dilakukan analisis berbagai keinginan dan konflik kepentingan oleh masing-masing aktorpelaku, yaitu: pemerintah, industri, LSM, masyarakat sekitar, penelitipakar, dan Divisi K3LH.

C. Identifikasi sistem

Identifikasi sistem dilakukan untuk mengetahui komponen-komponen yang terlibat di dalam sistem yang akan dikaji. Identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyatan khusus dari masalah yang harus diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut. Selanjutnya identifikasi sistem dilakukan dengan menghubungkan antara pernyataan-pernyataan masalah dengan kebutuhan-kebutuhan aktor yang terlibat dalam sistem. Identifikasi sistem bertujuan untuk mencari pemecahan terbaik dari permasalahan yang dihadapi.

D. Pembuatan Model

Model pengelolaan limbah industri baja dalam upaya mempertahankan kelestaraian wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon dilakukan dengan menggunakan pendekatan sistem, kedudukan model sistem sebagai informasi dasar dalam menyusun strategi dengan merubah kondisi suatu daerah aliran beban limbah.

E. Simulasi Model

Simulasi merupakan suatu aktivitas dimana pengkaji dapat menarik kesimpulan tentang perilaku sistem melalui penelaahan perilaku model. Simulasi model digunakan untuk melihat pola kecenderungan perilaku model berdasarkan hasil simulasi model akan dianalisis dan ditelusuri faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pola dan kecenderungan yang digambarkan dengan diagram sebab akibat cause loop diagram. Tahap berikutnya perlu dijelaskan bagaimana mekanisme kejadian tersebut berdasarkan analisis struktur model. Hasil simulasi model dijadikan dasar untuk merumuskan kebijakan yang diperlukan dalam perbaikan kinerja sistem.

F. Verifikasi dan Validasi Model

Suatu model dapat dijalankan secara bebas apabila data maupun informasinya cocok. Karena itu, suatu model dikatakan valid jika struktur dasarnya dapat menggambarkan perilaku yang polanya dapat menggambarkan perilaku sistem nyata, atau dapat mewakili dengan cukup akurat, data yang dikumpulkan sehubungan dengan sistem nyata atau asumsi yang dibuat berdasarkan referensi sesuai cara sistem nyata bekerja. Verifikasi terhadap model yang disusun bertujuan untuk meyakinkan bahwa program komputer dan implementasi dari model konseptualnya adalah benar. Verifikasi model ini menggunakan software Powersim untuk pemodelan sistem dinamis akan menghasilkan tingkat kesalahan yang relatif lebih sedikit bila dibandingkan menggunakan bahasa simulasi yang penggunaannya secara general. Proses verifikasi terhadap model komputer, selain dilakukan sebelum validasi model, juga dilakukan setelah proses validasi model. Di dalam proses tersebut dapat dilakukan secara iteratif termasuk merubah atau memodifikasi struktur model komputer untuk menghasilkan yang memuaskan dan diperoleh kesesuaian dengan tujuan dari penyusunan model yang diharapkan. Sedangkan validasi terhadap model merupakan proses menguji substansi model, yaitu sejauhmana model komputer yang dibuat dalam lingkup aplikasinya memiliki kisaran akurasi yang memuaskan, konsisten dengan tujuan dari penerapan model tersebut. Menurut Sargent 1998, menjelaskan bahwa atribut yang digunakan dalam proses validasi sangat dipengaruhi oleh kondisi sistem yang digunakan dalam model tersebut, dengan kata lain apakah sistem dapat diobservasi atau sistem tidak dapat diobservasi. Sistem tersebut dapat diobservasi, bila memungkinkan data yang dikumpulkan di dunia nyata tentang perilaku operasional dari sistem yang dikaji. Oleh karena itu, validasi kinerja dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: Pertama, cara kualitatif yaitu dengan membandingkan secara visual antara simulasi dengan aktual. Kedua, cara kuantitatif yaitu: dengan uji statistik antara simulasi dengan aktual. Validasi terhadap model dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan proses simulasi yang dilakukan terhadap submodel kependudukan, pesisir laut, dan limbah industri. Ketiga submodel ini dirangkaikan menjadi satu kesatuan yang membentuk struktur model pada model pengelolaan limbah baja sebagai upaya mempertahankan kelestarian wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Dengan demikian proses validasi terhadap model ini terlihat bahwa output keluaran yang ditunjukkan dalam proses simulasi menggambarkan perilaku yang sesuai dengan tujuan dari model. Menurut Muhammadi 2001, pembuktian validasi model merupakan suatu hal yang sebenarnya sulit untuk dilakukan. Walaupun validasi suatu sistem dibatasi oleh mental model dari penyusun model, namun demikian untuk memenuhi kaidah keilmuan pada model sistem tetap perlu dilakukan uji validasi. Pengujian validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan antara besar dan sifat kesalahan dapat digunakan, yaitu: 1 Absolute mean error AME yaitu penyimpangan deviasi antara nilai rata-rata mean hasil simulasi terhadap nilai aktual, 2 Absolute variation error AVE yaitu penyimpangan nilai variasi variance simulasi terhadap aktual. Batas penyimpangan yang dapat diterima adalah antara 5 – 10. AME = [S i – A i A i ].................................................................................. 12 S i = S i N, dimana S = nilai simulasi A i = A i N, dimana A = nilai aktual N = interval waktu pengamatan AVE = [Ss – SaSa].................................................................................. 13 Ss = S i – S i 2 N = deviasi nilai simulasi Sa = A i – A i 2 N = deviasi nilai aktual

3.11.3 Proses Hierarki Analitik

Untuk menganalisis kebijakan pengelolaan limbah industri baja menggunakan model proses hierarki analitik AHP-analytical hierarchy process yang disajikan berdasarkan struktur hierarki pada Gambar 11. Gambar 11. Struktur hierarki kebijakan dan strategi model pengelolaan limbah baja STRATEGI PENGELOLAAN LIMBAH BAJA FOKUS KRITERIA Timbulnya limbah Pencemaran kerusakan lingkungan Efisiensi material energi “Environmental equity” Degradasi lingkungan Ekosistem lingkungan Daya dukung lingkungan TUJUAN Pemanfaatan kembali limbah Minimalisasi limbah Pencegahan pencemaran pesisir Pencegahan pencemaran thp kesehatan masyarakat Upaya mem- pertahankan kelestarian wil. pesisir Kebijakan pengelo- laan limbah berwawasan lingk. dan berkelanjutan AKTOR Industri Penghasil Baja Divisi K3LH PT. KS Masyarakat sekitar LSM Pemerintah Daerah Peneliti Pakar ALTERNATIF Perubahan bahan baku Perubahan proses teknologi Perubahan produk Penerapan 5 R lingkungan Mengura- ngi limbah Memakai kembali limbah Mendaur ulang limbah Meng- ganti limbah Gambar 11 tersebut di atas, terlihat bahwa struktur yang dibangun terdiri atas 5 level atau hirarki. Adapun langkah-langkah yang dilakukan pada analisis AHP adalah sebagai berikut: 1 Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang diinginkan, 2 Membuat matrik perbandingan berpasangan untuk setiap elemen dalam hirarki, 3 Memasukkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk mengembangkan perangkat matrik, 4 Mengolah data dalam matrik perbandingan berpasangan sehingga didapatkan prioritas setiap elemen hirarki, 5 Menguji konsistensi dari prioritas yang telah diperoleh. Sedangkan menurut Marimin 2004, penentuan pemilihan prioritas pengelolaan limbah industri baja menggunakan model AHP – criterium decision plus dengan langkah-langkah yang harus dilakukan adalah: 1 Jalankan program criterium decision plus dengan perintah startprogram criterium decision plus, lalu double klik criterium decision plus. 2 Buat file bainstorming dengan perintah filenew, lalu buat atruktur masalah. Setelah selesai simpan dengan perintah filesave as dan beri nama file.BST. 3 Buat struktur hierarki dengan perintah viewgeneral hierarchy. 4 Tentukan model AHP dengan perintah modeltechniqueAHP. 5 Lakukan penilaian terhadap kriteria dengan perintah: a. Klik kotak memilih b. Lakukan perintah: block rate subcriteria c. Penilaian kriteria dengan jalan: i. Lakukan perintah: methodsfull pairwase ii. Isikan nilai seperti yang ada pada contoh d. Lakukan penilaian perbandingan antara dua alternatif untuk setiap kriteria yang bersedia, tetapi untuk teknologi proses, harus diubah menjadi pengisiannya perintah methoddirect, lalu dimasukkan secara langsung data efisiensi dari masing-masing teknologi proses. e. Setelah selesai klik OK 6 Untuk melihat hasil akhir, gunakan perintah result decisiondecision scores. Grafik hasilnya dapat diperoleh. 7 Untuk melihat hasil akhir dalam bentuk tabel gunakan perintah viewresult data. Hasilnya dapat diperoleh.

3.11.4 Pemodelan Interpretasi Struktural