Proses Asam Proses Basa

5.4.3 Proses Instalasi Pengelohan Air Limbah Baja

Proses instalasi pengolahan air limbah IPAL pada perusahan baja PT. Krakatau Steel dikenal dengan nama reject treatment plant RTP atau waste water treat plant WWTP. Proses IPAL RTPWWTP limbah baja ini melalui fluida-fluida proses setelah digunakan pada proses cold rolling mill CRM sebelum dibuang sebagai limbah, dilakukan proses regenerasi atau recovery sebagai upaya optimalisasi konsumsi dan minimalisasi kontaminasi dalam buangan limbah cair. Limbah cair ini pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua bagian menurut sifat keasamannya, yaitu: 1. Acid Effluent AE adalah limbah cair asam yang berasal dari bocoran-bocoran mekanikal seal diproses acid regenerasi plant ARP dan sisa-sisa FeCl 2 10 grlt, HCl 5 grlt dalam air demin eks kondensat dan rinsing, dengan jumlah buangan rata-rata 8 m 3 jam. 2. Waste Industrial Effluent WIE adalah limbah basa yang berasal dari sisa-sisa air pencucian strip di ECL 1-2, CAL, air eks coolant atau tumpahan rolling oil di CTCM dan TPM, tumpahanbocoran pelumas-pelumas mesin maupun kotoran- kotoran dari cleaning mill. Jumlah rata-rata buangan adalah 60 m 3 jam, dengan kontaminasinya adalah minyak berkisar 0,12, NaOH 0,66 dan partikel- partikel pengotor lainnya pasir, tanah, dan sebagainya. Limbah cair tersebut dipompakan dari mill ke IPALRTP ke dalam masing- masing tangki penampungannya, yaitu asam ke AE Storage Tank dengan kapasitas penampung 200 m 3 dan Presettler Tank dengan kapasitas 1.500 m 3 untuk limbah basa. Dari kedua penampung ini selanjutnya diolah dalam tangki-tangki pengolahan yang tersedia guna memisahkan kontaminasinya dari air, yaitu melalui proses asam dan proses basa.

A. Proses Asam

Pada acid effluent AE storage tersedia dua buah pompa asam dengan kapasitas masing-masing sebesar 12 m 3 jam 1 untuk standby. Limbah AE dipompokan ke tangki pencampuran slurry untuk dinaikkan pHnya, dari pH 8 – 10. Pada tangki ini dilengkapi dengan sebuah agitator dan sistem pH controller. Setelah pH sudah sesuai, fluida terolah akan mengalir secara gravitasi menuju ke tangki oksida yang berkapasitas 450 m 3 . Oksidasi dilakukan dengan menggunakan Aerator dan Blowing Fan yang berkapasitas 2.500 m 3 udarajam 1 unit operasi dan 1 unit standby . Pada oksidasi ini terjadi perubahan Fe 2 + menjadi Fe 3 + , yang merupakan inti koagulant . Oleh karenanya fluida hasil olahan ini akan dimanfaatkan lebih lanjut untuk koagulasi diproses basa WIE. Berdasarkan proses asam ini, manfaat yang diperoleh adalah dapat melakukan optimalisasi konsumsi dan minimalisasi kontaminasi dalam buangan limbah cair.

B. Proses Basa

Seperti halnya dalam proses asam, proses basa juga bertujuan untuk melakukan upaya optimalisasi konsumsi dan minimalisasi kontaminasi dalam buangan limbah cair. Adapun proses basa yang dilakukan adalah limbah basa ditampung pada tangki presettler, akan mengalami pemisahan fisik sepanjang perjalanan selama waktu tinggal 24 jam. Kontaminan minyak akan mengapung dipermukaan, partikel tak terlarutkotoran akan mengendap di dasar dan di posisi tengah adalah air yang terkontaminasi emulsion oil dan sistem koloid atau terlarut lainnya. Bagian permukaan sebagai lumpur minyak akan dikumpulkan untuk dipompakan keluar tangki pada truk. Sementara pada bagian dasarnya adalah kumpulan partikel-partikel terendapkan yang secara kondisional dipompakan ke sludge tank . Untuk bagian cairannya, akan mengalir pada water separator berada di ujung tangki presettler, yaitu suatu desain system trapping yang dapat menghidari lumpur minyak ataupun partikel padatan yang masih terikut. Pada water separator tersedia 3 buah pompa dengan kapasitas masing-masing 80 m 3 jam, 100 m 3 jam dan 120 m 3 jam, Pengolahan dilakukan secara semi kontinyu tergantung dari pada level permukaan tangki yang dialirkan ke tangki koagulasi, yaitu berfungsi untuk memecah emulsi minyak dan menstabilkan larutan koloid dengan menambahkan fluida hasil olahan oksidasi atau dari chemical koagulasi. Target hasil pada proses ini adalah ditandai dengan timbulnya bintik-bintik partikel yang berada dalam cairan bening. Selanjutnya, fluida terolah mengalir secara gravitasi ke tangki flokulasi yang bertujuan untuk memperbesar atau mengumpulkan bintik-bintik partikel padatan menjadi lebih besar sehingga cairan beningnya menjadi nyata. Kumpulan-kumpulan padatan ini dialirkan ke tangki pemisahan padatan. Untuk mempecepat pemisahannya dialirkan air jernih yang diinjeksikan udara pada kedalaman tertentu. Padatan yang terangkat maupun yang mengendap diangkat menggunakan scrapper untuk dimasukkan ke sludge pit, sludge tank untuk selanjutnya diumpankan ke filter press. Hasil dari filtrasi ini dari 5 menjadi 70 solid content cake, sementara air beningnya di tampung pada tangki clear water, sebagian akan mengalir ke tangki netralisasi. Netralisasi dilakukan dengan menambah H 2 SO 4 yang terkontrol melalui pH controller, yang di set pada pH 6,5 sampai dengan pH 8,5. Air setelah dinetralkan akan dialirkan secara gravitasi ke bak Lamelia Settler. Bak ini memiliki sarana perangkap lumpur sehingga air terakhir dari hasil pengolahan di IPALRTP diharapkan sudah tidak terikut lagi kontamin-kontaminan atau minimal memenuhi nilai ambang batas NAB air buangan yang berlaku. Di dalam penanganan kualitas air limbah diperlukan pemahaman mengenai karakteristik sifat-sifat air limbah. Pemahaman ini akan memberikan gambaran mengenai akibat-akibat dari perlakuan industri terhadap air limbah tersebut. Gambar di bawah ini merupakan diagram alir proses RTPIPAL pada pabrik baja PT. Krakatau Steel yang selengkapnya disajikan pada Gambar 17. Berdasarkan Gambar 17 tersebut memperlihatkan aliran proses RTPIPAL di PT. Krakatau Steel yang selama ini penanganan instalasi pengelohan air limbah baja masih dilakukan di perusahaan tersebut, karena prosesnya sudah tergolong dan memenuhi standar operasional prosedur yang benar, baik peralatan yang digunakan, proses, dan hasil akhir proses IPAL yang diharapkan limbahnya tidak akan mencemari lingkungan sekitarnya termasuk wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon.

5.5 Kesimpulan dan Saran

5.5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis pengelolaan limbah di wilayah pesisir, maka dapat disimpulkan: 1. Hasil uji toksisitas limbah industri baja tersebut masuk pada kriteria sebagai limbah B3, karena beberapa komponen melebihi baku mutu yaitu: limbah DR untuk Pb, limbah HSM untuk Cr, Cu, dan Pb, limbah FC untuk Cr dan Cu dan limbah EAF untuk semua komponen kecuali Cu. Limbah baja WRM dan CRM tidak terkena kriteria limbah B3. 2. Walaupun limbah industri baja masuk pada kriteria limbah B3, namun tidak mengakibatkan buruknya kualitas air laut di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon sehingga masih memenuhi batas aman dan belum melewati baku mutu air laut. 3. Walaupun konsentarsi logam berat dalam air tidak terdeteksi, tetapi konsentrasi pada sedimen dan kerang cukup tinggi yakni Pb pada insang mencapai 87 mgl, sedangkan pada hati hepatopankreas mencapai 97 mgl. Konsentrasi Cd pada insang mencapai 69 mgl, sedangkan pada hati mencapai 171 mgl. Konsentarasi