KIMIA MIKROBIOLOGI Kualitas Air Laut di Wilayar Pesisir

Tabel 16. Data kualitas air laut di wilayah pesisir kawasan industri Krakatau Cilegon HASIL UJI LABOTARIUM TIAP KECAMATAN No. PARAMETER SATUAN BAKU CIWANDAN CITANGKIL PULOMERAK GROGOL MUTU 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 2005 2006 2007 A. FISIKA 1 Bau - Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau Tdk berbau 2 Kecerahan Meter 3 3,25 3,0 3,0 3,0 3,5 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3,0 3 Zat padat tersuspensi Mgl 80 5 3 1 5 5 1 12 4 5 12 7 2 4 Suhu o C Alami 31,2 29,6 30,0 30,8 30,0 29,7 30,0 29,7 30,1 30,0 31,9 30,0 5 Lapisan Minyak - Nihil Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 6 Sampah - Nihil Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif

B. KIMIA

1 pH - 6,5 - 8,5 7,85 8,09 7,70 7,89 8,10 7,80 8,4 7,87 7,40 8,5 7,93 7,70 2 Salinitas o oo Alami 33,7 33,7 32,4 33,3 32,4 32,32 33,2 32,0 32,4 33,3 32,4 32,2 3 Amonia Total NH 3 -N mgl 0,3 0,02 0,01 0,01 0,02 0,01 0,01 0,05 0,01 0,01 0,01 0,01 0,01 4 Sulfida H 2 S mgl 0,03 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 0,002 5 Fenol mgl 0,002 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 0,001 6 Surfactan Anion mgl 1,0 0,25 0,01 0, 01 0,23 0,01 0, 01 0,21 0,01 0, 01 0,23 0,01 0, 01 7 Minyak dan Lemak mgl 5,0 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 0,2 8 Air Raksa Hg mgl 0,003 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 9 Kadmium Cd mgl 0,01 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 10 Tembaga Cu mgl 0,05 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 0,0005 11 Timbal Pb mgl 0,05 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 0,005 12 Seng Zn mgl 0,1 0,332 0,0284 0,0208 0,0290 0,0284 0,0211 0,332 0,0287 0,0201 0,333 0,0265 0,0212

C. MIKROBIOLOGI

1 kolifrom Total MPN100 ml 1.000 Sumber: Dinas Lingkungan Hidup, Pertambangan dan Energi, Kota Cilegon tahun 2007 rolling mill CRM tidak terkena kriteria tersebut. Setelah dicampur sebagai material lainnya, ternyata nilai TCLPnya di bawah baku mutu yang dipersyaratkan.

B. Kualitas Air Laut di Wilayar Pesisir

Menurut Darmono 2006, logam berat adalah unsur-unsur kimia dengan bobot jenis lebih besar dari 5 grcm 3 , terletak di sudut kanan bawah sistem periodik, mempunyai afinitas yang tinggi terhadap unsur S dan biasanya bernomor atom 22 sampai 92 dari perioda 4 sampai 7. Sebagian logam berat seperti timbal Pb, kadmium Cd, dan merkuri Hg merupakan zat pencemar yang berbahaya. Afinitas yang tinggi terhadap unsur S menyebabkan logam ini menyerang ikatan belerang dalam enzim, sehingga enzim bersangkutan menjadi tak aktif. Gugus karboksilat -COOH dan amina -NH 2 juga bereaksi dengan logam berat. Kadmium, timbal, dan tembaga terikat pada sel-sel membran yang menghambat proses transformasi melalui dinding sel. Logam berat juga mengendapkan senyawa fosfat biologis atau mengkatalis penguraiannya. Pada penelitian ini dilihat seberapa besar pengaruh limbah baja yang mengalir ke wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon terhadap kualitas air laut. Adapun pengaruh dari limbah baja ini ditunjukkan oleh kualitas air seperti yang disajikan pada Tabel 16. Analisis kualitas air dilihat pada penelitian ini terutama kandungan logam beratnya, karena adanya logam berat di perairan, berbahaya, baik secara langsung terhadap kehidupan organisme maupun efeknya secara tidak langsung terhadap kesehatan manusia. Hal ini berkaitan dengan sifat-sifat logam berat, yaitu: 1. Sulit didegradasi, sehingga mudah terakumulasi dalam lingkungan perairan dan keberadaannya secara alami sulit dihilangkan. 2. Dapat terakumulasi dalam organisme termasuk kerang dan ikan, dan akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkomsumsi organisme tersebut. 3. Mudah terakumulasi di sedimen, sehingga konsentrasinya selalu lebih tinggi dari konsentrasi logam dalam air. Disamping itu sedimen mudah tersuspensi karena pergerakan masa air yang akan melarutkan kembali logam yang dikandungnya ke dalam air, sehingga sedimen menjadi sumber pencemar potensial dalam skala waktu tertentu. Kadmium Cd dalam air berasal dari pembuangan industri dan limbah pertambangan. Logam ini sering digunakan sebagai pigmen pada keramik, dalam penyepuhan listrik, pada pembuatan alloy, dan baterai alkali. Keracunan kadmium dapat bersifat akut dan kronis. Efek keracunan yang dapat ditimbulkannya berupa penyakit paru-paru, hati, tekanan darah tinggi, gangguan pada sistem ginjal dan kelenjer pencernaan serta mengakibatkan kerapuhan pada tulang. Seperti diketahui bahwa limbah baja termasuk limbah logam berat, yang didalamnya terkandung unsur-unsur bahan kimia. Tembaga merupakan logam yang ditemukan dialam dalam bentuk senyawa dengan sulfida CuS. Tembaga sering digunakan pada pabrik-pabrik yang memproduksi peralatan listrik, gelas, dan alloy. Tembaga masuk keperairan merupakan faktor alamiah seperti terjadinya pengikisan dari batuan mineral sehingga terdapat debu, partikel-partikel tembaga yang terdapat dalam lapisan udara akan terbawa oleh hujan. Tembaga juga berasal dari buangan bahan yang mengandung tembaga seperti dari industri galangan kapal, industri pengolahan kayu, dan limbah domestik. Pada konsentrasi 2,3 – 2,5 mgl dapat mematikan ikan dan akan menimbulkan efek keracunan, yaitu kerusakan pada selaput lendir . Tembaga dalam tubuh berfungsi sebagai sintesa hemoglobin dan tidak mudah dieksresikan dalam urine karena sebagian terikat dengan protein, sebagian dieksresikan melalui empedu ke dalam usus dan dibuang kefeses, sebagian lagi menumpuk dalam hati dan ginjal, sehingga menyebabkan penyakit anemia dan tuberkulosis. Logam timbal Pb berasal dari buangan industri metalurgi, yang bersifat racun dalam bentuk Pb-arsenat. Dapat juga berasal dari proses korosi lead bearing alloys. Kadang-kadang terdapat dalam bentuk kompleks dengan zat organik. Namun pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi timbal Pb pada air laut masih di bawah baku mutunya. Kadmium Cd lebih beracun bila terisap melalui saluran pernapasan daripada melalui saluran pencernaan. Kasus keracunan akut kadmium sebagian besar dari mengisap debu dan asap kadmium, terutama kadmium oksida CdO. Dalam beberapa jam setelah mengisap, korban akan mengeluh pada gangguan pencernaan, muntah, kepala pusing, dan sakit pinggang. Kadmium merupakan logam toksik yang diketahui berinteraksi dengan seng Zn, sehingga hadirnya Cd dapat mengganggu sifat esensial dari Zn. Dalam penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi kadmium Cd dan seng Zn pada kualitas air laut di Kawasan Industri Krakatau Cilegon tergolong masih di bawah baku mutunya. Pada ion merkuri Hg menyebabkan pengaruh toksik karena terjadinya proses presipitasi protein, menghambat aktivitas enzim dan bertindak sebagai bahan yang korosif. Pengaruh toksisitas merkuri pada manusia bergantung pada bentuk komposisi merkuri, rute masuknya ke dalam tubuh dan lamanya ekspose. Sedangkan tembaga Cu merupakan logam berat esensial, kecenderungan untuk menimbulkan keracunan pada hewan. Keracunan terjadi apabila garam Cu langsung kontak dengan dinding usus hewan sehingga menimbulkan radang, hewan menjadi shock dan akhirnya mati. Namun pada penelitian ini terlihat bahwa konsentrasi merkuri Hg dan tembaga Cu pada air laut masih di bawah baku mutunya. Walaupun kandungan logam berat di dalam air tidak terdeteksi, namun kandungan logam berat di dalam sedimen cukup tinggi, begitupun kandungan logam berat pada biota air terutama biota air yang bersifat menetap seperti kerang-kerangan. Rendahnya kandungan berat pada air disebabkan pada air disebabkan oleh tingginya flushing yang terjadi di wilayah pesisir dan sifat logam berat tersebut mempunyai densitas lebih dari 5, sehingga logam berat akan cenderung mengendap ke dasar perairan Riani, dkk., 2004. Hal ini sesuai pendapat Law 1981 yang menyatakan bahwa terjadinya peningkatan sumber logam berat, namun konsentrasi dalam air dapat berubah setiap saat, karena adanya berbagai macam proses yang dialami oleh senyawa tersebut selama dalam kolom air. Berdasarkan hal tersebut, maka dapat dipahami jika kandungan logam berat pada air laut semuanya tidak terdeteksi. Sedangkan logam berat pada sedimen disajikan pada Tabel 17. Tabel 17. Logam berat pada sedimen No. Logam berat pada sedimen Konsentrasi mgl 1 Timbal Pb 11,05 2 Kadmium Cd 10,2 3 Crom Cr 0,7 4 Merkuri Hg 8,3 Berdasarkan Tabel 17 di atas, kandungan logam berat pada sedimen memperlihatkan konsentrasi yang cukup tinggi, bila dibandingkan dengan ketentuan dari yang dikeluarkan oleh swedian environmental protection agence SEPA terutama pada kandungan logam berat kadmium Cd mencapai 0,02 mgl dan merkuri Hg 0,05 mgl. Dari analisis hasil laboratorium memperlihatkan bahwa konsentrasi timbal Pb pada sedimen mencapai 11,05 mgl. Kadmium Cd pada sedimen mencapai 10,2 mgl, Crom Cr pada sedimen mencapai 0,7 mgl dan merkuri Hg pada sedimen mencapai 8,3 mgl. Kondisi ini memperlihatkan bahwa sumbangan dari limbah industri di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon cukup tinggi. Dan logam berat yang terdapat pada limbah industri terdapat di Kawasan Industri tersebut akan mengendap dan terakumulasi di dasar perairan pesisir. Hal ini sesuai dengan pendapat environmental protection agence APE tahun 1973 yang menyatakan bahwa zat pencemar seperti logam berat akan masuk ke dalam ekosisitem laut dan melalui proses fisika kimia akan mengakibatkan logam berat mengendap di dasar air. Demikian juga pada kandungan logam berat pada organ tubuh kerang-kerangan seperti disajikan pada Tabel 18. Tabel 18. Kandungan logam berat pada organ tubuh kerang-kerangan No. Jenis logam berat Konsentrasi pada Insang mgl Konsentrasi pada Hati mgl 1 Timbal Pb 87 97 2 Kadmium Cd 69 171 3 Crom Cr 13,3 75,64 4 Merkuri Hg 69 121,52 Berdasarkan Tabel 18 di atas, berbeda dengan kandungan logam berat pada air dan sedimen, kandungan logam berat pada kerang-kerangan yang siap dikonsumsi, kandungan beratnya sangat tinggi. Dalam hal ini konsentrasi Pb pada insang mencapai 87 mgl, sedangkan pada hatihepatopankreas mencapai 97 mgl. Konsentrasi Cd pada insang mencapai 69 mgl, sedangkan pada hati hepatopankreas mencapai 171 mgl. Konsentarasi Cr pada insang mencapai 13,3 mgl, sedangkan pada hati hepatopankreas mencapai 75,64 mgl. Konsentrasi Hg pada insang mencapai 69 mgl, sedangkan pada hati hepatopankreas mencapai 121,52 mgl. Konsentarasi tersebut terjadi karena adanya akumulasi logam berat pada biota air Lu, 1995. Hal ini sesuai dengan pernyataan EPA 1973 yang menyatakan bahwa logam berat yang masuk ke lingkungan laut akan dipekatkan melalui proses biologis, karena logam berat tersebut diserap oleh biota air terutama yang bersifat menetap seperti kerang-kerangan dan selanjutnya mengalami pemekatan di dalam kerang-kerangan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Horiguchi, et al. 2006 yang menyatakan bahwa logam berat yang terdapat pada ekosistem perairan juga akan mengalami proses pemekatan dengan melalui proses makan memakan biomagnifikasi. Untuk melihat pengaruh logam berat terhadap air, sedimen, dan biota air seperti kerang pada insang dan hati hepatopankreas disajikan pada histogram Gambar 15. Gambar 15. Logam berat pada air, sedimen, insang dan hepatopankreas Sedangkan pengaruh sedimen, insan, hati hepatopankreas, dan air pada logam berat disajikan pada histogram Gambar 16. Sedimen 0,7 – 11,05 mgl Insang 13,3 – 87 mgl Hepatopankreas 75,64 – 171mgl Air tidak terdeteksi Gambar 16. Konsentrasi sedimen, insang, hepatopankreas, dan air pada logam berat Masalah pencemaran lingkungan di pesisir merupakan masalah besar sebagai salah satu dampak negatif dari kemajuan di bidang industri. Limbah industri jika tidak ditangani dengan baik akan menyebabkan dampak bagi lingkungan terhadap manusia maupun organisme-organisme yang dihidup disekitarnya. Bahan pencemaran logam berat biasanya berasal dari kegiatan industri selain bersifat racun bagi organisme perairan, logam berat dapat terakumulasi dalam tubuh ikan maupun hasil laut lainnya. Hal ini berakibat akan membahayakan kesehatan manusia yang mengkonsumsi hasil-hasil laut tersebut. Namun rendahnya logam berat Cu, Pb, Hg, Cd, dan Zn dalam perairan tidak berarti bahwa pasti aman, karena logam berat pada makhluk hidup bersifat akumulatif yang pada akhirnya dapat membahayakan makhluk hidup yang terdapat didalamnya. Bahan buangan yang sering menimbulkan pencemaran laut atau pantai ditemui di negara-negara yang sedang berkembang. Diketahui ada beberapa jenis logam berat yang dipertimbangkan sebagai pencemar, namun ada beberapa logam berat tersebut yang esensial untuk kehidupan organisme, misalnya Mn, Fe, dan Cu tetapi dalam penggunaan jumlah berlebih sangat beracun bagi kehidupan organisme. Sumber limbah yang banyak mengandung logam berat biasanya berasal dari aktivitas industri, pertambangan, pertanian dan pemukinan penduduk. Kandungan logam berat dalam perairanpesisir dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia yaitu arus, suhu, salinitas, pedatan tersuspensi dan derajat keasaman pH, namun kandungannya pada pesisir sekitar Kawasan Industri Krakatau Cilegon masih dalam batas belum membahayakan. Pencemaran logam berat terhadap alam lingkungan estuaria merupakan suatu proses yang erat hubungannya dengan penggunaan logam tersebut oleh manusia. Menurut Darmono 2006, pada air laut di lautan lepas kontaminasi logam berat biasanya terjadi secara langsung dari atmosfir atau tumpahan minyak dari kapal-kapal tangker yang melaluinya, sedangkan di wilayah sekitar pantai kontaminasi logam kebanyakan berasal dari mulut sungai yang terkontaminasi oleh limbah buangan industri. Berdasarkan analisis kualitas air terhadap parameter bau, kecerahan, zat padat tersuspensi, suhu, lapisan minyak, sampah, pH, salinitas, amoniak sulfida, fenol, surfactan anion, minyak dan lemak, serta Hg, Cu, Cd, Pb, dan Zn memperlihatkan bahwa semua parameter ada di bawah ambang batas Tabel 18. Hal ini mengandung arti bahwa wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon masih ada dalam kondisi baik.

5.4.3 Proses Instalasi Pengelohan Air Limbah Baja