Konsep Evaluasi Aspek Ekonomi dan Finansial

2.11 Konsep Evaluasi Aspek Ekonomi dan Finansial

Menurut Mulyowahyudi 2005, meningkatnya konsumsi baja di Indonesia akan sangat tergantung pada tingkat pertumbuhan ekonomi nasional, terutama untuk sektor-sektor yang erat kaitanya dengan baja, seperti halnya sektor konstruksi. Namun sejak terjadinya krisis moneter pada tahun 1997 dimana tingkat pertumbuhan ekonomi merosot tajam hingga mencapai rata-rata per tahun dibawah 4 , ternyata berdampak pada pertumbuhan sektor konstruksi yang paling banyak menyerap baja, dengan pertumbuhan hanya di bawah 2,5 per tahun. Namun kemudian, secara sektor industri konstruksi sudah mulai memperlihatkan kegiatannya, terbukti selama periode tahun 2000-2003 sektor ini mampu mencapai pertumbuhan yang cukup tinggi yaitu rata-rata 8,19 per tahun. Dengan berkembangnya sektor properti, infrastruktur dan pembangunan-pembangunan perumahan di Indonesia yang bersifat individual, akan sangat berperan dalam mendorong pertumbuhan di sektor ini. Oleh sebab itu, diperkirakan trend ini akan terus berkembang untuk tahun-tahun mendatang, diperkirakan kegiatan pembangunan di sektor infrastruktur akan semakin tinggi. Menurut Helfert 1997, berkembangnya kegiatan pembangunan di sektor infrastruktur harus diikuti dengan konsep evaluasi aspek ekonomi dan finansial. Konsep ini dilakukan untuk menentukan apakah suatu proyek itu akan memberikan sumbangan atau mempunyai peranan yang menguntungkan dalam mengelola limbah industri baja menjadi produk yang lebih bermanfaat dan mempunyai nilai tambah added value. Diharapkan manfaat aspek ekonomi dapat memberikan kemampuan suatu perusahaanproyek dapat menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan penghasilan suatu perusahaan dan sebagainya. Sedangkan pada aspek finansial, proyek dikatakan sehat apabila dapat memberikan keuntungan yang layak dan mampu memenuhi kewajiban finansialnya. Evaluasi aspek ekonomi dan finansial juga pada hakekatnya merupakan hasil keputusan yang diambil ketika diadakan aspek-aspek lainnya seperti aspek pasar dan pemasaran, aspek teknis dan teknologi, dan aspek manajemen operasional, dari proyek yang direncanakan. Sebagai contoh perhitungan kebutuhan dana modal tetap sebagian besar dilakukan berdasarkan jumlah dan jenis harta tetap proyek seperti tanah, bangunan, mesin, peralatan yang secara teknis dan teknologi dinilai layak untuk disarankan dipergunakan dalam proyek.

III. METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kawasan Industri Pabrik baja terpadu PT. Krakatau Steel Cilegon yang meliputi area pabrik besi sponge atau direct reduction DR plant, pabrik slab baja, dan pabrik billet baja dan wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon yang berlokasi empat kecamatan yaitu Kecamatan Ciwandan, Kecamatan Citangkil, Kecamatan Grogol, dan Kecamatan Pulomerak di Kota Cilegon. Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret 2007 sampai dengan Mei 2008.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang diperlukan pada penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara observasi langsung di lokasi penelitian seperti pengambilan sampel sedimen dan kerang-kerangan di wilayah pesisir Kawasan Industri Krakatau Cilegon dan pengambilan data secara purpossive melalui kuesioner, diskusi dan wawancara dengan pakar lingkungan. Sedangkan data sekunder penelitian ini diperoleh dari jenis limbah baja yang dihasilkan oleh pabrik, baik limbah industri baja yang berada di area masing-masing pabrik tersebut maupun di area penampungan limbah industri baja yang sudah ditentukan lokasinya, yakni: 1. Jenis limbah padat hasil pengelolaan buangan gasemisi udara : debu electric arc furnace EAF dari billet steel plant BSP dan slab steel plant SSP III. 2. Jenis limbah padat hasil pengelolaan air limbah industri: sludge dari: direct reduction plant DR I, II, III yang berasal dari water treatment plant WTP dan wire rode mill WRM, berasal dari WTP. 3. Jenis limbah padat hasil pengelolaan air limbah industri: slurry dari: cold rolling mill CRM, berasal dari WTP. 4. Data demografi, kesehatan masyarakat, dan dampak industri terhadap kesehatan masyarakat di Kawasan Industri Krakatau Cilegon. Selain data tersebut di atas, juga diperlukan data untuk mendukung hasil penelitian berupa hasil pengujian-pengujian karakteristik jenis limbah industri baja, serta untuk kelengkapan data yang terkumpul sebagai validasi model pengelolaan limbah industri baja sebagai upaya mempertahankan kelestarian wilayah pesisir, perlu dilakukan dengan bantuan pakar expert yang kemampuan dalam bidang pengendalian pencemaran pesisir.