munculnya pemasalahan-permasalahan yang berkaitan dengan tata ruang pesisir ini. Pada skala tertentu akan menimbulkan konflik antar kepentingan sektor, swasta dan
masyarakat. Kegiatan yang tidak terpadu itu selain kurang bersinergi juga sering saling mengganggu dan merugikan antar kepentingan, seperti kegiatan industri yang
polutif dengan kegiatan budidaya perikanan yang berdampingan.
6.1.2 Tujuan dan Lingkup Bahasan
Tujuan dari analisis investasi pengelolaan limbah baja ini, yaitu: 1 menganalisis pemanfaatan keterpaduan wilayah pesisir; 2 Menganalisis nilai
manfaat finansial wilayah pesisir. Sedangkan lingkup bahasan pengelolaan limbah baja ini difokuskan pada penilaian kelayakan investasi dengan analisis NPV dan BCR.
6.2 Tinjauan Pustaka
Menurut Fauzi 2004, sesuatu untuk dapat dikatakan sebagai sumberdaya harus: 1 ada pengetahuan, teknologi atau keterampilan untuk memanfaatkannya; dan
2 harus ada permintaan demand terhadap sumberdaya tersebut. Dengan kata lain sumberdaya alam adalah faktor produksi yang digunakan untuk menyediakan barang
dan jasa dalam kegiatan ekonomi. Secara umum sumberdaya alam dapat diklasifikasi kedalam dua kelompok, yaitu: 1 Kelompok stok non renewable, sumberdaya ini
dianggap memiliki cadangan yang terbatas, sehingga eksploitasinya terhadap sumberdaya tersebut akan menghabiskan cadangan sumberdaya, sumber stok
dikatakan tidak dapat diperbaharui non renewable atau terhabiskan exhuastible, 2 Kelompok flow, jenis sumberdaya ini di mana jumlah dan kualitas fisik dari
sumberdaya berubah sepanjang waktu. Berapa jumlah yang dimanfaatkan sekarang, bisa mempengaruhi atau bisa juga tidak mempengaruhi ketersediaan sumberdaya di
masa mendatang. Sumberdaya ini dikatakan dapat diperbaharui renewable yang regenerasinya ada yang tergantung pada proses biologi dan ada yang tidak.
Seperti yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, bahwa Sumberdaya baja, menurut Mulyowahyudi 2005, bahan baku industri baja domestik saat ini
adalah pellet, disamping scrap. Bijih besi yang ada di Indonesia belum dapat digunakan langsung karena teknologi yang ada di Indonesia saat ini tidak bisa
mengakomodasi, karena industri nasional yang mengolah bijih besi menjadi pellet belum ada. Bijih besi yang diproduksi di Indonesia semuanya berasal dari impor,
meski terdapat bijih besi di Pulau Kalimantan yang disebut bijih besi laterit. Walaupun jumlahnya masih kecil, ada kekhawatiran, bahwa dimasa mendatang akan
dilakukan eksplorasi dan eksploitasi bijih besi lokal secara besar-besaran dan di ekspor semuanya ke luar negeri. Padahal dengan mengolah sendiri ataupun
menggunakan bijih besi untuk industri nasional, nilai tambah yang didapat secara nasional akan jauh lebih besar karena akan membawa multiplier effect terdapat
penciptaan kesempatan kerja, kegiatan ekonomi, dan sektor-sektor penunjang lainnya yang berujung pada kontribusi pembangkitan perekonomian nasional.
6.3. Metode Analisis Investasi Pengelolaan Limbah