Beban Pencemaran Limbah Baja dan Kemampuan Asimilasi Wilayah Pesisir

yang selalu digunakan penduduk setiap hari perlu diteliti. Bilamana suatu kawasan lingkungan yang mulai dipergunakan sebagai kawasan industri, maka perlu dipikirkan relokasi pemindahan penduduk ke daerah lain yang bersih.

2.2.4 Beban Pencemaran Limbah Baja dan Kemampuan Asimilasi Wilayah Pesisir

Peningkatan jumlah limbah baja pada pesisir akan mengalami peningkatan tingkat pencemaran melalui aliran sungai dari pabrik yang membawa limbah menuju daerah wilayah pesisir sekitarnya. Besarnya beban pencemaran limbah ditentukan melalui pengukuran debit air sungai dan konsentrasi limbah baja yang mengalir menuju wilayah pesisir kawasan industri Krakatau Cilegon. Menurut Quano 1993 menerangkan bahwa kapasitas asimilasi sebagai kemampuan air atau sumber air dalam menerima pencemaran limbah tanpa menyebabkan terjadinya penurunan kualitas air yang ditetapkan sesuai peruntukannya. Limbah yang ke pesisir akan mengalami 3 macam peristiwa yaitu: pengenceran dilution, penyebaran dispersion, dan penguraian decompotition UNEP, 1993. Pengenceran terjadi ketika limbah masuk ke perairan akan bereaksi dengan unsur atau senyawa yang berada dalam air. Penyebaran terjadi akibat pengaruh arus atau gelombang, sedangkan penguraian dilakukan oleh aktifitas bakteri. Bila kemampuan asimilasi pesisir mengalami penurunan akibat dampak dari pengelolaan limbah baja tidak terkendali, kondisi tersebut akan merugikan di antaranya: 1 Meningkatnya evapontranspirasi. 2 Menurunnya jumlah cahaya yang masuk kedalam perairan sehingga menyebabkan menurunnya tingkat kelarutan oksigen dalam air. 3 Meningkatnya habitat bagi vektor penyakit pada manusia. 4 Menurunkan nilai estetika lingkungan perairan. Di dalam pengukuran kapasitas asimilasi yang bersifat spesifik tergantung lokasi, membutuhkan pengembangan dari model skala hidrolik dan komputer yang menggunakan metode elemen terbatas dari persamaan penyebaran larutan UNEP, 1993. Menurut Dahuri 2001, penentuan kapasitas asimilasi dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa metode, yaitu: 1. Metode perhitungan pengukuran limbah awal, dispersi dan penguraian; Metode ini dipergunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi melalui penggabungan nilai pengurangan nilai limbah awal, nilai dispersi limbah dan nilai pengurangan limbah. Kelebihan dari metode ini yaitu perhitungan lebih ditekankan pada faktor-faktor fisik, sehingga ketepatan perhitungannnya tinggi. Sedangkan kekurangan dari metode ini yaitu tidak memperhitungkan faktor-faktor kimia seperti perbedaan jenis limbah yang masuk ke sungai tidak diperhitungkan. 2. Metode arus bermuatan partikel; Metode ini dipergunakan untuk menentukan nilai kapasitas asimilasi dengan cara membandingkan konsentarasi limbah dengan konsentrasi air sungai menerima limbah. Kelebihan dari metode ini yaitu penentuan perbandingan antara konsentarasi limbah dan air sungai yang sangat penting bagi perhitungan kapasitas asimilasi. Sedangkan kekurangannya yaitu kesulitan dalam perhitungan konsentrasi limbah berupa bahan kimia yang masuk ke sungai karena membutuhkan waktu lama. 3. Metode penurunan oksigen dari streeter dan phelps; Metode ini menentukan nilai kapasitas asimilasi dengan cara mengamati pengurangan nilai oksigen terlarut. Faktor-faktor yang diperhitungkan antara lain waktu perjalanan limbah di sungai dan konsentrasi asam karbonat yang tetap pada saat perjalanan limbah. Kelebihannya adalah perhitungan yang lebih teliti karena perhitungan waktu perjalanan limabah. Sedangkan keekurangannya adalah membutuhkan waktu lebih lama. 4. Metode pengukuran biological oxygen demand dari Jorgensen; Metode ini menentukan kapasitas asimilasi yaitu hanya pada bahan yang mudah terurai dengan menentukan nilai BOD awal dan nilai BOD yang tersisa pada waktu akhir. Metode ini relatif mjudah dilakukan, namun kekurangannya adalah penggunaan banyak asumsi dan lebih sesuai untuk perairan agak tertutup seperti pelabuhan. 5. Metode hubungan antara kualitas air dengan beban limbahnya; Metode ini menentukan kapasitas asimilasi yaitu dengan cara memplotkan nilai- nilai kualitas air suatu perairan pada kurun waktu tertentu dengan beban limbah yang dikandungnya ke dalam suatu grafik, selanjutnya direferensikan dengan baku mutu air untuk diperuntukan bagi biota laut berdasarkan Kepmen KLH No. 51 tahun 2004. Selanjutnya dari titk potong yang diperoleh diketahui waktu tahun terjadinya, kemudian dilihat nilai beban limbahnya sebagai nilai kapasitas asimilasi. Kelebihannya mudah dilakukan dan dapat menerangkan semua parameter yang diamati. Sedangkan kekurangannya hanya berdasarkan hubungan kualitas air dengan beban limbahnya tanpa memperhatikan dinamika perairan yang ada.

2.2.5 Persepsi dan Partisipasi Masyarakat