Pemeliharaan tanaman Budidaya Padi Lokal di Lahan Rawa Pasang Surut

90 “Urang bagawian di sini kawa satangah hari haja pas waktu banyu pandit, amun banyu pasang kada kawa lagi batanam. Makanya lamun dihitung harinya bisa talawas pada di lain.” [ Petani di wilayah ini bekerjanya hanya setengah hari saja, yakni pada saat air surut, jika air pasang tidak bisa lagi melakukan penanaman. Oleh karena itu jika diperhitungkan jumlah hari kerjanya lebih lama dibandingkan dengan wilayah lainnya ] Kondisi pasang surut inilah yang turut berperan mengatur ritme dan mekanisme kegiatan pertanian padi di lahan rawa pasang surut tipe A, sehingga bukan hanya kegiatan tanam saja yang hanya dapat dilakukan selama setengah hari, tetapi juga kegiatan seperti pengendalian hama dan pemupukan.

5.2.6 Pemeliharaan tanaman

Berbeda halnya dengan pertanaman padi unggul, kegiatan pertanaman padi lokal, teutama di lahan rawa pasang surut tidak banyak memerlukan pemeliharaan khusus. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan biasanya diintegrasikan dengan pemeliharaan galangan dan tanaman yang dipelihara di galangan seperti sayuran dan palawija, bedengan surjan dan tukungan, tanaman jeruk, rambutan atau mangga. Kegiatan seperti pembersihan gulma atau rumput-rumput liar dilakukan hanya di sekitar galangan dan sesekali saja. Pada fase setelah tanam hingga menunggu panen inilah umumnya petani memiliki banyak waktu luang yang digunakan untuk kegiatan lain seperti mencari ikan, mencari kayu Galam Melaleuca leucadendron, memelihara kebun kelapa, bekerja sebagai tukang, buruh bangunan, dan sebagainya. Periode ini biasanya berlangsung antara bulan April hingga akhir bulan Juli atau menjelang panen. Pemupukan tanaman umumnya dilakukan saat satu minggu setelah tanam dan pada waktu 30 hari setelah tanam. Pupuk yang digunakan terdiri atas pupuk Urea dan SP, dan beberapa petani ada juga yang menggunakan pupuk NPK. Pemupukan kedua, pada saat 30 hari setelah tanam umumnya dilakukan secara sporadis pada tempat-tempat dimana pertumbuhan tanaman terlihat kurang bagus. Biasanya dicirikan dengan daun tanaman yang berwarna agak kekuningan. Dosis pupuk yang digunakan juga relatrif sedikit, karena umumnya tanaman padi lokal tidak terlalu responsif terhadap pemupukan. Rata- rata digunakan pupuk Urea sebanyak 75-100 kg, SP sekitar 50 kg dan NPKPonska sebanyak 25 kg per hektar. Takaran atau dosis pupuk yang 91 digunakan petani tergantung pada berbagai faktor seperti ketersediaan modal atau dana serta kondisi lahan dan tanaman padi. Petani di lahan rawa pasang surut umumnya menggunakan pupuk dengan dosis yang lebih sedikit, karena umumnya lahan-lahan sawah di wilayah ini termasuk subur karena air pasang yang masuk membawa banyak unsur hara yang diperlukan tanaman. Dosis anjuran yang diberikan oleh Balai Penyuluhan Pertanian setempat adalah Urea 150 kg, SP 100 kg dan NPK atau Ponska 50 kg per hektar. Penggunaan kapur untuk meningkatkan kesuburan tanah juga dilakukan oleh petani, terutama di lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D. Selain diyakini dapat mengurangi kemasaman lahan, penggunaan kapur ini juga dapat mempercepat proses pelapukan gulma atau rumput-rumputan dan jerami yang ditebas saat pengolahan tanah. Kapur pertanian ini umumnya diberikan saat akan dilakukan pengolahan tanah, saat awal musim penghujan agar dapat meresap sempurna ke dalam lapisan tanah. Jika penggunaan kapur ini ditujukan untuk mempercepat pelapukan rumput-rumputan maka ditaburkan pada tumpukan atau hamparan potongan rerumputan tersebut. Selain penggunaan pupuk buatan atau anorganik, petani di lahan rawa pasang surut tipe B, C dan D juga menggunakan pupuk organik dari hasil pelapukan rumput-rumput dan jerami saat pengolahan tanah. Pupuk organik ini diyakini petani sebagai bahan yang mampu menambah kesuburan tanah, sehingga penggunaan pupuk anorganik dapat dikurangi. Bagi petani, pupuk organik ini juga mampu untuk menjaga keseimbangan tanah sehingga terangkatnya atau naiknya lapisan tanah masam pada bagian bawah dapat dicegah atau dikurangi. Penggunaan pestisida untuk pengendalian serangan hama dan penyakit tanaman seperti tikus, penggerek batang, walang sangit dan lainnya umumnya telah menggunakan pestisida. Walaupun demikian, kegiatan ini tidak intensif dilakukan karena umumnya varietas lokal di lahan rawa pasang surut relatif lebih tahan terhadap serangan hama dan penyakit. Selain pestisida, petani juga telah mengenal herbisida, yakni bahan kimia untuk pengendalian gulma dan rumput liar. Penggunaan herbisida ini terutama banyak dilakukan oleh petani di lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D. Menurut petani penggunaan herbisida ini dapat mempermudah kegiatan pengolahan tanah karena rumput-rumput atau gulma tersebut lebih cepat mengalami pelapukan. 92 Kegiatan pemeliharaan tanaman padi umumnya banyak dilakukan oleh kaum perempuan, terutama untuk kegiatan pembersihan galangan atau bedengan. Untuk kegiatan pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemberian kapur dan pupuk maupun penyemprotan herbisida umumnya dilakukan oleh laki-laki. Kegiatan pemeliharaan hanya dilakukan pada waktu- waktu tertentu saja, selebihnya digunakan untuk kegiatan lain baik di sektor pertanian maupun di luar sektor pertanian. Khusus kaum perempuan, kalau tidak ada kegiatan di sawah, sebagian dari mereka memanfaatkan dengan membuat kerajinan anyaman dari daun Purun Lepironia mucronata terutama tikar. Tikar atau alas dari daun purun ini selain untuk keperluan sendiri yang digunakan pada saat menjemur padi, juga dapat dijual kepada petani lainnya.

5.2.7 Pemanenan