Pengetahuan tentang peralatan usahatani

117 Gambar 9 Pengetahuan tentang pemeliharaan kelestarian lingkungan hubungannya dengan kegiatan pertanian padi dan sistem sosial di lahan rawa pasang surut.

6.1.4 Pengetahuan tentang peralatan usahatani

Pengetahuan menyangkut sistem peralatan yang digunakan dalam usahatani di lahan rawa pasang surut merupakan hasil pemikiran dan upaya mencoba-coba trial and error sehingga akhirnya ditemukan peralatan-peralatan yang adaptif bagi lingkungan setempat. Alat pertanian yang disebut tajak merupakan bentuk alat pengolahan tanah yang sesuai untuk mencegah terangkatnya pirit ke permukaan. Petani di lahan rawa pasang surut sangat paham bahwa pirit yang terangkat ke atas permukaan dapat meracuni tanaman. Pirit ini bukan hanya dapat menurunkan produksi padi, tetapi juga dapat Karakteristik gambut Kemasaman tanah Lapisan pirit Sistem gotong royong Sistem teknologi peralatan olah tanah, Nilai dan Norma Sifat kering tak balik Penampung air Penanganan kemasaman tanah dan pengelolaan gambut Surjan tukungan Tata air Kapur pertanian Pupuk organik Teknik olah tanah 118 mengakibatkan kematian pada tanaman padi tersebut. Oleh karena itulah mengapa petani menolak jika lahannya diolah dengan menggunakan traktor tangan hand tractor atau dengan bajak seperti halnya petani di lahan beririgasi. Pengolahan tanah dengan cara hanya mengupas sedikit lapisan tanah ini dalam pertanian modern dikenal dengan pengolahan tanah minimum minimum tillage. Begitu juga dengan peralatan lain seperti alat bantu untuk menancapkan bibit padi pada saat tanam yang disebut tatajuk atau tutujah. Dengan penggunan alat ini maka bibit padi dapat ditancapkan dengan mudah ke tanah dengan kedalaman yang diinginkan sekitar 5 cm sehingga cukup kuat untuk menahan aliran pasang surut serta tidak terlalu dalam hingga memasuki area tanah masam. Peralatan tutujah untuk menanam ini merupakan implikasi atas pengolahan tanah dengan menggunakan tajak, karena tanahnya tidak ikut terolah. Oleh karena itu, diperlukan alat yang mampu membuat lubang untuk menancapkan bibit padi dengan posisi membungkuk. Prinsip kerja alat ini pada dasarnya mirip dengan alat tugal pada pertanian di lahan kering, tetapi mempunyai tangkai yang pendek. Alat ini dapat dibuat sendiri oleh petani dari ranting atau cabang pohon-pohon yang ada di sekitar. Pada waktu dulu, alat ini banyak dibuat dari bahan kayu besi ulin dan dapat dipergunakan hingga puluhan tahun. Peralatan-peralatan lainnya seperti kakakar untuk mengumpulkan sisa- sisa gulma yang akan dibusukkan, ani-ani atau ranggaman untuk kegiatan pemanenan, tanggui untuk penutup kepala serta peralatan pascapanen berupa tikar purun, lanjung atau cupikan maupun gumbaan adalah hasil kreasi dari pengetahuan lokal masyarakat untuk mempermudah kegiatan usahatani yang dilakukan. Beberapa di antara peralatan tersebut diproduksi sendiri oleh masyarakat setempat, seperti tikar purun untuk menjemur padi, tanggui dan umumnya dikerjakan oleh kaum wanita sebagai kerajinan rumah tangga. Bahan baku untuk pembuatan peralatan tersebut umumnya terdapat di lahan rawa pasang surut di sekitar tempat tingal mereka. Pengetahuan dan keterampilan dalam pemanfaatan bahan-bahan ini sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu dan diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya. Kerajinan tangan ini merupakan salah satu bentuk matapencaharian sampingan yang umumnya dilakukan oleh kaum wanita. Pengetahuan lokal yang dimiliki masyarakat dalam pembuatan dan penggunaan peralatan untuk usahatani di lahan rawa pasang surut ini 119 merupakan bentuk penerapan teknologi sederhana yang tepat guna. Pengetahuan tentang kondisi ekosistem lahan rawa pasang surut dengan berbagai kendalanya mendorong berkembangnya pengetahuan masyarakat dalam menciptakan dan menggunakan alat bantu dalam kegiatan usahataninya. Pengembangan atau penyempurnaan peralatan sederhana ini dari waktu ke waktu terus berlangsung seiring dengan perubahan yang terjadi dalam sistem pertanian maupun sistem sosial masyarakat setempat. Secara skematis pembentukan pengetahuan lokal petani menyangkut peralatan pertanian di lahan rawa pasang surut hubungannya dengan sistem sosial masyarakat dapat dilihat pada Gambar 10. Gambar 10 Pengetahuan tentang peralatan pertanian hubungannya dengan sistem sosial di lahan rawa pasang surut. Karakteristik lahan sulfat masam Karakteristik pasang surut air Sistem perakaran tanaman Lapisan pirit Pengolahan tanah dan teknis penananam bibit Peralatan pertanian sederhana yang adaptif Sistem matapencaharian 120 Pengetahuan lokal ini merupakan hasil adaptasi melalui proses pemahaman dan pengalaman mereka dalam berinteraksi dengan lingkungan. Koadaptasi sistem sosial dan sistem biofisik ekosistem lahan rawa pasang surut yang berlangsung secara terus menerus menunjukkan bahwa pengetahuan lokal bersifat dinamis. Walaupun demikian, dasar-dasar dalam pembentukan dan perkembangan pengetahuan lokal di lahan rawa pasang surut ini tidak lepas dari eksistensi mereka dalam berinteraksi dengan alam. Ini artinya perubahan-perubahan yang terjadi hanya akan mudah diterima jika perubahan tersebut sesuai compatible dengan sistem sosial dan pandangan yang mereka anut selama ini. Beberapa bentuk pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut di Kalimantan Selatan ini dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Bentuk-bentuk pengetahuan lokal petani dalam pengelolaan lahan rawa pasang surut Kegiatan Aktivitas Pengelolaan Bentuk Pengetahuan Lokal 1. Pengelolaan lahan • Teknik pembuatan handil • Teknik pembuatan surjantukungan • Karakteristik lahan yang cocok untuk dijadikan sebagai sawah • Teknik pembuatan saluran • Hubungan vegetasi yang tumbuh dengan kondisi kesuburan lahan • Sistem organisasi sosial dan kelembagaan handil untuk menciptakan kebersamaan dalam pengeloalan lahan rawa pasang surut yang berkelanjutan 2. Peralatan usahatani • Peralatan pengolahan tanah tajak yang adaptif untuk kondisi lahan rawa pasang surut yang umumnya dengan tingkat kemasaman tinggi adanya lapisan pirit • Teknik pembuatan peralatan sederhana untuk persiapan lahan kakakar • Peralatan untuk tanam menanam pada kondisi air yang dalam arus pasang surut yang kuat • Peralatan panen yang sesuai dengan karakteristik fisik tanaman posisi malai padi. • Peralatan pemisah gabah bernas dengan gabah hampa yang sederhana dan efektif gumbaan • Lumbung penyimpanan padi yang dapat mencegah gangguan serangan tikus 121 Kegiatan Aktivitas Pengelolaan Bentuk Pengetahuan Lokal 3. Sistem budidaya tanaman padi - Pembukaan lahan • Identifikasi kesuburan melalui vegetasi • Kedudukan terhadap sungaianak sungai • Sifat fisik tanah Lapisan tanah permukan dan tanah bagian bawahnya • Pengaturan tata air untuk mencuci kemasaman • Pembuatan surjan - Pengolahan tanah • Adanya lapisan pirit yang beracun bagi tanaman • Penggunaan alat tajak untuk mencegah terangkatnya pirit • Pemanfaatan gulmasisa pengolahan tanah untuk pupuk organik • Teknik mempercepat pembusukan gulma - Varietas padi • Sifat dan karakteristik varietas lokal yang adaftif terhadap kemasaman tinggi • Karakteristik beras yang dihasilkan • Hubungan varietas yang ditanam dengan kelembagan sosial • Teknik seleksi untuk memperoleh benih yang baik - Persemaian • Teknik persemaian secara bertahap dengan perpindahan tempat transplanting sehingga bibit dapat beradaptasi dengan kondisi lahan • Hubungan antara teknik pembibitan dengan waktu persiapan lahan • Pengetahuan tentang cuaca dan iklim • Pengetahuan tentang kedudukan bintang karantika dan baur bilah • Pengetahuan tentang kedudukan bulan thd bumi • Pengetahuan tentang sistem pasang surut air - Penanaman • Sistem gotong royong handipan atau baharian dalam kegiatan penanaman • Hubungan antara jarak tanam, jumlah bibit dan jenis varietas • Penentuan awal dan akhir musim hujan • Pengaturan waktu tanam dengan cara memiliki banyak persil lahan dengan kondisi air yang berbeda • Pengaruh air asin terhadap tanaman padi • Sistem kerja harian dan borongan dalam kegiatan tanam Lanjutan 122 Kegiatan Aktivitas Pengelolaan Bentuk Pengetahuan Lokal - Pemeliharaan • Pemeliharaan yang tidak intensif hubungannya dengan ketersedian waktu luang untuk kegiatan lain • Pengetahuan tentang kondisi tanaman yang perlu dipupuk atau tidak • Pengendalian hama dan penyakit tanaman • Pengetahuan tentang kapur pertanian - Pemanenan • Hubungan karakteristik jenis varietas lokal dengan teknik pemanenan • Penggunaan alat panen dan perontok yang sesuai dengan situasi dan kondisi • Sistem pembagian kerja dan tenaga upahan dalam kegiatan panen - Pascapanen • Teknik pembersihan gabah dengan menggunakan alat gumbaan • Teknik penjemuran atau pengeringan sehingga padi dapat bertahan lama • Sistem penyimpanan padi lumbung agar tidak diganggu tikus 4. Pemeliharaan dan pelestarian lingkungan lahan rawa pasang surut • Karakteristik lahan rawa pasng surut dan lahan gambut • Pencegahan degradasi lingkungan misalnya kebakaran lahan gambut • Peranan pupuk organik terhadap kesuburan tanah • Peranan dan dampak pupuk kimia serta pestisida terhadap kelestarian lingkungan • Peranan kapur dalam menjaga agar kemasaman tanah dapat dikurangi • Penyelenggaraan sistem gotong royong dalam pengelolan lingkungan • Teknik pengolahan tanah dan peralatan yang digunakan agar tidak membongkar lapisan pirit • Peranan hutan galam dan gambut dalam sebagai wilayah konservasi Sumber : Hasil pengolahan dan analisis data, 2009 Lanjutan 123 Gambar 11 Taksonomi pengetahuan lokal petani dan hubungannya dengan komponen sistem sosial . Pengetahuan Lokal Sistem Pengelolaan Lahan Sistem Peralatan Pertanian Sistem Budidaya Pertanian Sistem Pelestarian Lingkungan Kesuburan Tanah Pengaturan Air Pembuatan Handil Pembuatan Tukungan Sifat Fisik Tanah Jenis Vegetasi Teknologi Tepat Guna Peralatan Adaptif Kondisi Biofisik Kondisi Sosial Budaya Bahan Baku Lokal Konstruksi Sederhana Pengetahuan Agronomi Pengetahuan Asronomi Gerakan Pasang Surut Siklus Musim Hujan Budidaya dan pascapanen Jenis Varietas Padi Lokal Karakteristik Gambut Pupuk Organik Pengolahan Tanah MInimum Sifat Kering Tak Balik Pencegahan Kebakaran Lahan Sulfat Masam Kelembagaan handil Pola kepemilikan lahan Pola mata pencaharian Sistem kerja sama dan gotongroyong Sistem upah dan Bagi hasil Kelembagaan Handil dan Sanksi Sosial Sistem kerja sama dan gotongroyong 124

6.2 Proses pembentukan dan transmisi pengetahuan lokal