43
3.8 Analisis Data
Menurut Lincoln dan Guba 2000 secara metodologis teori kritis bersifat dialogis dan dialiktik, sehingga penelitian dibangun melalui dialog antara peneliti
dengan subjek penelitian. Dialog yang bersifat dialektikal secara alamiah bertujuan untuk merubah ketidaktahuan dan salah pengertian menjadi
kesadaran atau sebagai bentuk transformasi intelektual. Pengumpulan data dan analisis data berlangsung secara simultan. Data dalam penelitian ini merupakan
pemahaman bersama antara penelti dengan tineliti. Oleh karena itu pengetahuan terdiri atas serangkaian pemahaman strukturhistoris yang akan
ditransformasikan. Pengetahuan bukan merupakan akumulasi yang mutlak; melainkan, tumbuh dan berubah melalui suatu proses dialektikal revisi historis
yang secara terus-menerus menghilangkan salah pengertian dan ketidaktahuan dan memperluas pengertian tentang informasi yang diberikan secara lebih
mendalam. Untuk menghasilkan teori pada
grounded research yang dikembangkan oleh Glaser dan Strauss 1985 analisis data dilakukan dalam bentuk
pengkodean coding yang merupakan proses penguraian data, pengonsepan,
dan penyusunan kembali dengan cara baru. Langkah-langkah dalam analisis ini diawali dengan pengkodeaan terbuka
open coding yang terdiri atas pelabelan fenomena, penemuan dan penamaan kategori, penyusunan kategori. Berikutnya
dilanjutkan dengan pengkodean terporos axial coding, yakni penempatan data
kembali dengan cara-cara baru dengan membuat kaitan antar kategori. Tahap selanjutnya adalah pengkodean terpilih
selective coding yakni memilih kategorisasi inti dan menghubungkan kategori-kategori lain pada kategori inti.
Secara terinci langkah-langkah analisis data dalam grounded research ini
dapat dilihat pada Lampiran 1.
44
IV GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
4.1 Provinsi Kalimantan Selatan
Provinsi Kalimantan Selatan dengan ibukotanya Banjarmasin secara geografis terletak di antara 1º21’49” – 4º 0’14” Lintang Selatan dan 114º 9’33” –
116º33’28” Bujur Timur. Wilayahnya di sebelah utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Timur, sebelah selatan dengan Laut Jawa, sebelah timur
dengan Selat Makassar, dan sebelah barat dengan Provinsi Kalimantan Tengah. Luas wilayahnya 37.530,52 km
2
6,98 dari luas Pulau Kalimantan dan merupakan wilayah yang terkecil luasnya dibandingkan dengan tiga provinsi
lainnya BPS Kalsel 2008 Berdasarkan topografinya, wilayah Kalimantan Selatan terbagi menjadi
dua bagian yakni Wilayah Barat dan Wilayah Timur oleh Pegunungan Meratus yang membentang dari Utara ke Selatan. Wilayah Barat berupa dataran yang
didominasi oleh rawa yang merupakan daratan Barito, sedangkan Wilayah Timur didominasi oleh dataran bergelombang dan berbukit. Oleh karena itu, di bagian
Wilayah Barat inilah pertanian di lahan rawa baik rawa lebak maupun rawa pasang surut banyak dikembangkan oleh penduduk setempat. Sungai Barito
merupakan sungai terbesar yang terdapat di provinsi ini dengan bagian hulunya di wilayah Pegunungan Meratus dan bermuara di Laut Jawa.
Secara administratif Provinsi Kalimantan Selatan terdiri atas 11 kabupaten dan 2 kota. Jumlah penduduk pada tahun 2008 sebanyak 3.446.631
jiwa, terdiri atas penduduk laki-laki sebanyak 1.727.817 jiwa dan perempuan 1.718.814 jiwa. Kepadatan penduduknya hanya sekitar 92 jiwa per km
2
dengan tingkat pertumbuhan penduduknya sebesar 1,49 per tahun 2005-2008.
Penduduk Kalimantan Selatan didominasi oleh suku Banjar 76,23, suku-suku lainnya diantaranya Dayak, Jawa, Madura, Sunda, Bugis, Makassar, Batak, dan
lain-lain. Pekerjaan di bidang pertanian merupakan matapencaharian utama masyarakat Kalimantan Selatan dengan proporsi mencapai 49,08. Pekerjaan
lain seperti perdagangan 20,14, usaha jasa 9,60, industri pengolahan 8,72, dan selebihnya tersebar di lapangan usaha komunikasi, konstruksi,
pertambangan dan penggalian, keuangan dan lainnya. Padi merupakan komoditas utama pertanian pangan di Kalimantan
Selatan, yang meliputi padi sawah dan padi ladang. Produksi padi sawah di Kalimantan Selatan pada tahun 2008 mencapai 1.809.584 ton 92,60 jauh
45 lebih tinggi dari padi ladang yang produksinya hanya 144.699 ton.
Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas padi sawah di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada Tabel 4 berikut.
Tabel 4 Perkembangan penanaman padi sawah di Kalimantan Selatan periode 1995-2008
No Tahun
Luas panen ha
Produksi ton
Produktivitas kwha
1 1995 359.241
1.081.177 30,10
2 1996 355.378
1.103.402 31,05
3 1997 347.023
1.100.893 31,72
4 1998 361.222
972.315 26,92
5 1999 400.631
1.278.037 31,90
6 2000 391.057
1.243.448 31,80
7 2001 382.421
1.295.880 33,89
8 2002 365.136
1.211.921 33,19
9 2003 399.196
1.316.989 32,99
10 2004 397.998
1.403.249 35,26
11 2005 409.332
1.474.426 36,02
12 2006 416.758
1.520.158 36,48
13 2007 458.995
1.830.409 39,88
14 2008 455.721
1.809.584 39.71
Pertumbuhan rata- rata tahun
1,85 4,04 2,15
Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, 2009
Pertanian padi di Kalimantan Selatan sebagian masih diusahakan secara tradisional dengan menggunakan varietas lokal dan dengan masa pertanaman
satu tahun sekali. Walaupun ada juga yang mengusahakan dengan intensitas tanam dua kali setahun, tetapi jumlahnya relatif kecil, yakni hanya sekitar 6,26
saja dari luas areal pertanaman padi di Kalimantan Selatan. Hal ini wajar karena dari areal pertanaman padi di Kalimantan Selatan, hanya sekitar 9,68 yang
merupakan lahan beririgasi, sedangkan yang lainnya merupakan sawah tadah hujan, sawah rawa pasang surut dan sawah lebak.
46
4.2 Kabupaten Barito Kuala