225
8.2 Bentuk-bentuk Respon Sistem Sosial dan Sistem Biofisik di Lahan Rawa pasang Surut
Masyarakat petani di lahan rawa pasang surut telah ratusan tahun berinteraksi dengan lingkungan setempat dan mampu menciptakan sebuah
sistem pertanian yang spesifik. Sistem sosial masyarakat yang terbentuk merupakan proses penyesuaian dengan kondisi ekosistem lahan rawa pasang
surut. Para petani setempat dengan pemahaman dan pengalamannya berhasil merubah lahan marjinal dengan kendala genangan dan kemasaman tanah
menjadi lahan pertanian yang mampu mencukupi kehidupan mereka. Perubahan-perubahan pada lingkungan biofisik ini menyebabkan terjadinya
perubahan-perubahan pada sistem sosial masyarakat. Sebaliknya interaksi antar komponen sistem sosial juga berpengaruh terhadap perubahan pada
ekosistem lahan rawa pasang surut. Sistem pertanian padi di lahan rawa pasang surut secara keseluruhan
masih didominasi padi lokal, hanya sekitar 17,93 yang ditanami dengan padi unggul pada musim tanam tahun 2009. Kondisi ini memberikan gambaran
bahwa petani masih belum sepenuhnya menerima teknologi baru di bidang pertanian ini. Pengusahaan tanaman padi ini masih menggunakan cara-cara
tradisional, tetapi memiliki daya adaptasi yang tinggi terhadap kondisi lingkungan setempat. Bahkan di lahan rawa pasang surut tipe A semua petaninya
mengusahakan padi lokal. Pengembangan tanaman padi unggul banyak ditemui pada lahan rawa pasang surut tipe B dan C serta sebagioan kecil di tipe D
Introduksi pertanian modern di lahan rawa pasang surut ini juga telah memperkenalkan penggunaan pupuk kimia dan pestisida serta peralatan mesin
pertanian sebagai bagian dari paket teknologi budidaya padi unggul. Walaupun petani tidak menanam padi unggul, tetapi teknologi ini diterima masyarakat dan
diaplikasikan dalam sistem pertanian tradisional. Penerapan sebagian teknologi pertanian modern ini ternyata dianggap cocok oleh sebagian besar petani di
lahan rawa pasang surut. Secara teknis peningkatan produksi padi di wilayah ini dipengaruhi oleh penerapan teknologi tersebut.
Penyebaran paket teknologi pertanian modern ini dilakukan melalui kegiatan penyuluhan pertanian yang dikordinasikan melalui Badan Ketahanan
Pangan dan Penyuluhan. Penyuluh pertanian ditempatkan pada masing-masing desa dan organisasi petani ditata melalui kelompok tani. Sarana produksi seperti
pupuk dan pestisida mudah diperoleh, baik melalui distributor maupun kios-kios
226 sarana produksi yang tersebar hingga ke wilayah pedesaan. Program-program
pembinaan dan percontohan juga dilakukan melalui kegiatan sekolah lapang dan demonstrasi langsung di lahan petani. Semua kegiatan dan program ini bukan
hanya berpengaruh terhadap kondisi sistem pertanian petani dan biofisik lahan rawa pasang surut saja, tetapi juga terhadap sistem sosial petaninya.
Secara teknis masuknya sains yang melekat pada sistem pertanian modern ini telah merubah sistem pertanian yang selama ini dilakukan petani.
Khusus di lahan rawa pasang surut tipe A, pupuk Urea lebih banyak digunakan untuk pembibitan dengan tujuan untuk menghasilkan bibit yang sehat dan
memiliki anakan banyak. Pestisida mulai digunakan, walaupun dalam skala jumlah petani yang kecil. Begitu juga dengan peralatan modern terutama sabit
dan mesin perontok mulai digunakan sebagai pengganti ani-ani dan teknik perontokan dengan kaki. Pada lahan rawa pasang surut tipe B, C dan D pupuk
kimia ini justeru lebih meluas penggunaannya, bahkan mulai tercipta ketergantungan petani terhadap pupuk kimia ini. Pestisida menjadi alternatif
pertama petani dalam pengendalian hama dan penyakit tanaman. Penerapan pertanian modern pada lahan rawa pasang surut tipe B
Penanaman padi unggul dengan sistem sawit dupa yang dikombinasikan dengan sistem tata air mikro juga telah dilakukan oleh sebagian kecil petani setempat.
Begitu juga halnya dengan pengembangan sistem agribisnis jeruk yang dikembangkan dalam pola surjan atau tukungan di persawahan petani.
Perubahan-perubahan ini berimplikasi pada meningkatnya intensitas interaksi antara kedua sistem tersebut. Perubahan pola orientasi ekonomi dari subsisten
ke pertanian komersial akan berimplikasi pada ekosistem alam. Program peningkatan produksi padi dengan basis padi unggul seperti SL-
PTT telah dilakukan di lahan rawa pasang surut tipe C dan D dengan pembinaan yang intensif dari Dinas Pertanian setempat. Sistem pengetahuan masyarakat
mengalami perubahan yang cukup signifikan. Pengetahuan tentang penggunaan kapur pertanian, pupuk kimia dan pestisida telah menjadi bagian dalam sistem
pengetahuan mereka. Teknologi pertanian berupa mekanisasi pertanian terutama peralatan panen dan pasca panen telah diterima sebagai bagian
dalam sistem pertanian mereka. Walaupun penanaman padi unggul ini masih sedikit, tetapi teknologi pendukungnya telah menjadi bagian dalam sistem sosial
petani di lahan rawa pasang surut tipe C dan D.
227 Secara skematis respon sistem sosial dan sistem biofisik di lahan rawa
pasang surut ini dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 16 Respon sistem sosial dan sistem biofisik pada sistem pertanian
padi lahan rawa pasang surut Penyuluhan
Pertanian
Penyedia saprotan
Organisasi kelompok sosial
Sistem upah dan Gotong royong
Pola kepemilikan lahan
Pupuk kimia
Pestisida
Peralatan modern
Luas lahan
Tata air
Nilai dan norma
Sistem pertanian padi
Sistem biofisik LRPS
Sistem sosial petani
Padigabah Pengolahan tanah
Pembibitan
Penanaman
Pemeliharaan
Pemanenan
Pascapanen
228 Gambaran di atas menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada
sistem budidaya padi ini akan mendapat respon dari sistem biofisik dan sistem sosial petani di lahan rawa pasang surut. Proses inilah yang disebut oleh Marten
2001 sebagai proses koadaptasi. Pada sistem biofisik, terjadi perubahan- perubahan fisik pada tanah, air dan udara, vegetasi, hewan dan benda-benda
lainya baik senyawa organik maupun anorganik. Begitu juga yang terjadi pada sistem sosial petani terjadi perubahan-perubahan sebagai bentuk respon untuk
menyesuaikan dengan kondisi biofisik dan sistem budidaya yang telah berubah. Proses saling mempengaruhi ini menghasilkan respon yang saling timbal balik
satu sama lain. Proses saling interaksi ini misalnya terjadi pada penggunaan pupuk kimia
dan pestisida. Keperluan akan pupuk dan pestisida ini tentu harus diikuti dengan adanya penyedia sarana produksi agar petani mudah memperolehnya dan
penyuluhan agar mereka tahu dan terampil menerapkannya. Begitu juga sebaliknya, perubahan pada model penyuluhan yang digunakan akan
berpengaruh terhadap organisasi dan kelompok sosial petani. Kelompok tani sebagai mitra penyuluh akan lebih banyak berperan dalam mengatur kegiatan
pertanian, baik menyangkut pemeliharaan saluran, penyediaan pupuk dan lainnya. Respon yang terjadi ini dapat terjadi dalam satu sistem atau antar
sistem tersebut. Perubahan-perubahan dalam sistem pertanian padi di lahan rawa pasang surut ini tentu saja mendapat respon yang beragam dari sistem
sosial petani. Respon sistem sosial dapat terjadi dalam bentuk penyesuaian terhadap perubahan yang terjadi maupun menekan balik perubahan tersebut dan
berupaya bertahan hingga batas-batas toleransi terlampaui.
8.3 Ikhtisar: Dinamika Respon Sistem Sosial Di Lahan Rawa Pasang Surut