84
5.2.4 Persemaian
Persemaian benih varietas lokal di lahan rawa pasang surut berbeda dengan sistem permaian yang dilakukan pada tanaman padi umumnya.
Persemaian dilakukan dalam beberapa tahapan dengan tujuan agar bibit yang dihasilkan dapat tumbuh pada kondisi spesifik lahan rawa pasang surut kondisi
pasang surut air dan tingkat kemasaman tanah. Tingginya permukaan air di persawahan pada saat persemaian tidak memungkinkan persemaian dilakukan
langsung di sawah seperti halnya persemaian padi unggul. Sistem persemaian di lahan rawa pasang surut dikenal juga dengan istilah
transplanting, dimana sistem ini merupakan suatu bentuk adaptasi terhadap kondisi biofisik dan sosial
ekonomi setempat. Beberapa keunggulan sistem persemaian ini antara lain : a keperluan benih padi relatif sedikit, rata-rata keperluan benih 5-10 kgha; b
pemindahan bibit padi secara bertahap dari kondisi tanah tinggi ke tanah berair merupakan proses adaptasi bibit terhadap kondisi lahan rawa pasang surut,
terutama terhadap kemasaman tanah; c bibit padi mempunyai batang yang keras sehingga relatif tahan terhadap aliran air pada saat pasang surut; d bibit
padi relatif lebih tinggi sehingga cocok untuk daerah yang mempunyai kedalaman air relatif tinggi; e proses pembibitan yang dilakukan secara
bertahap selama 4-5 bulan memungkinkan persiapan lahan yang juga memerlukan waktu lama 3-4 bulan dapat dilakukan secara paralel.
Persemaian padi di lahan rawa pasang surut tipe A umumnya dilakukan dalam tiga tahapan, yakni :
palai, lacak, dan tangkar anak. Kegiatan palai atau memalai dilakukan dengan cara menyemai benih-benih padi tersebut pada
lokasi persemaian. Tempat untuk memalai ini dipilih lahan yang tidak terendam
pada saat air pasang, biasanya di halaman atau di sekitar rumah untuk mempermudah pengawasan dari gangguan binatang seperti ayam atau tikus.
Lahan yang sudah dipilih ini kemudian diberi tanah lumpur sawah sekitar 2-5 cm. Beberapa petani ada yang melapisi bagian bawahnya dengan plastik.
Tujuannya untuk mempermudah pengambilan atau pemindahan ke tahap berikutnya. Sebelum disemai biasanya benih-benih ini direndam selama satu
malam, kemudian ditiriskan satu hari, baru kemudian disemai di tempat persemaian yang telah dipersiapkan. Perendaman ini bertujuan untuk
mempercepat pertumbuhan bibit padi. Proses pembibitan tahap pertama atau
palai ini biasanya dimulai pada akhir Oktober atau Nopember, yakni awal musim penghujan. Untuk keperluan
85 luas tanam satu hektar sebenarnya hanya diperlukan benih padi sekitar 5 kg,
tetapi untuk persiapan kalau ada serangan hama terutama tikus pada persemaian tahap kedua dan ketiga biasanya digunakan hingga 10 kg. Untuk
memalai ini hanya dibutuhkan sekitar 4 m
2
untuk menyemai 5-10 kg benih padi. Tahap
palai ini biasanya hanya berlangsung selama satu minggu, kemudian dilanjutkan dengan tahap kedua, yakni yang disebut
lacak atau melacak. Kegiatan memalai ini biasanya tidak dilakukan secara serempak, tetapi
dilakukan beberapa kali dengan selang waktu tertentu dengan pertimbangan bahwa kegiatan penanaman nantinya tidak dapat dilakukan secara serempak
dalam waktu singkat, tetapi memerlukan waktu yang cukup lama bisa berlangsung hingga satu bulan atau lebih tergantung luas tanah yang akan
ditanami Kegiatan
melacak ini dilakukan pada lahan yang juga tidak terendam atau hanya sedikit terendam pada saat air pasang besar. Lokasi untuk kegiatan
melacak ini dan biasanya dekat lahan sawah. Persemaian tahap kedua atau lacak ini dilakukan dengan menanam kumpulan bibit tadi dalam bentuk rumpun
dengan diameter sekitar 2 cm dan jarak tanamnya sekitar 20x20 cm. Lamanya proses persemaian tahap kedua atau
lacak ini sekitar 45-60 hari, tergantung kondisi kesuburan tanaman di persemaian ini dan selanjutnya dipindahkan ke
lokasi persemaian tahp ketiga. Persemaian tahap ketiga disebut dengan istilah
tangkar anak. Lahan untuk kegiatan tangkar anak ini adalah sawah, dimana bibit nantinya akan
ditanam. Bibit-bibit dari persemaian tahap kedua atau lacak tadi kemudian
dibagi atau dipisahkan lagi dan ditanam dengan jarak 35x35 cm atau 40x40 cm. Serta masing-masing rumpun terdiri atas 3-5 batang bibit. Proses persemaian
tahap ketiga atau tangkar anak ini di areal persawahan, yakni pada bagian
tengah sawah, dengan jarak tanam satu depa ditanami 7-8 baris 35x35 cm dan ditanam dalam bentuk rumpun, yakni 3-5 batang per rumpun tanam. Tahap
ini bertujuan untuk memperoleh jumlah anakan yang lebih banyak, dan lamanya proses persemaian ketiga atau
tangkar anak ini sekitar 45 hari. Prinsip persemaian di lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D pada
dasarnya sama dengan yang dilakukan di lahan rawa pasang surut tipe A, yakni dengan prinsip bertahap dan berpindah
transplanting. Perbedannya hanya pada jumlah tahapan yang dilakukan dan istilah yang digunakan. Persemaian di
86 lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D ada yang dilakukan dalam dua tahap
dan tiga tahap. Proses persemaian yang umum dilakukan adalah persemaian dengan
tiga tahap, yakni tahapan taradak atau tugal, lambak atau ampak, dan lacak.
Kegiatan taradak atau tugal dilakukan dengan menyemai benih padi yang sudah
direndam dan ditiriskan ke dalam lubang-lubang tanam yang dibuat dengan menggunakan alat tugal atau kayu secukupnya sekitar 30-50 butir dengan
jarak 20-25 cm. Lokasi tempat taradak atau tugal ini biasanya di lahan kering
dan tidak jauh dari sumber air untuk memudahkan penyiraman. Setelah ditutup lokasi
taradak atau tugal ini ada yang menutupinya dengan rumput kering, pelepah kelapa atau penutup sisa tanaman lainnya untuk mempertahankan
kelembaban dan gangguan dari binatang seperti ayam. Lamanya proses pertumbuhan bibit pada fase tugal ini sekitar 25-30 hari, kemudian dipindahkan
ke persemaian tahap kedua, yakni lambak atau ampak.
Lokasi untuk lambak atau ampak ini adalah pada bagian pinggir sawah
dan penanamannya dilakukan dengan cara membagi tiga atau empat bagian dari bibit
tugal serta jarak tanamnya sekitar 30x30 cm. Proses lambak atau ampak ini berlangsung sekitar 30-45 hari. Tujuan dari proses lambak atau
ampak adalah untuk memperoleh jumlah anakan yang lebih banyak. Oleh karena itu, pada tahapan ini petani memberikan pupuk urea untuk mempercepat
pertumbuhan bibit serta memperbanyak anakan yang dihasilkan. Tahapan selanjutnya adalah
lacak. Kegiatan
lacak dilakukan dengan cara membagi bibit padi dari lambak atau
ampak tersebut menjadi 10-15 bagian. Kegiatan penananam lacak ini dilakukan juga di bagian pinggir sawah atau bekas
lambak atau ampak tersebut dengan jarak tanam 35-40 cm. Proses
lacak ini berlangsung 60-75 hari. Proses lacak ini juga bertujuan untuk menghasilkan jumlah anakan atau bibit yang lebih
banyak serta bibit tanaman sudah mampu beradaptasi dengan kondisi lahan rawa pasang surut yang ada. Istilah
lacak di lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D ini berbeda dengan
lacak pada lahan rawa pasang surut tipe A. Proses lacak di lahan rawa pasang surut tipe B, C, dan D sama dengan pengertian
’tangkar anak’ di lahan rawa pasang surut tipe A. Sistem persemaian dua tahap di lahan rawa pasang surut tipe B ,C, dan
D, terdiri atas tahapan taradak atau tugal, dan dilanjutkan dengan tahapan lacak
tanpa ada tahapan lambak atau ampak. Pemilihan proses persemaian ini
87 tergantung dengan kondisi air di persawahan, saat memulai persemaian dan
umur tanaman varietas berumur pendek atau banih ringan dan varietas
berumur panjang atau banih barat. Implikasi dari pemilihan cara persemaian
dengan dua tahapan adalah diperlukan jumlah benih yang lebih banyak dibandingkan dengan proses persemaian dengan tiga tahapan. Hal ini karena
bibit yang dihasilkan dari persemaian dua tahapan lebih sedikit, tetapi waktu pelaksanaannya menjadi lebih singkat.
Secara diagram proses persemaian hingga panen padi lokal dapat dilihat pada Gambar 4 berikut.
B u l a n Tipe lahan
10 11
12 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Tipe A
Tipe B,C, D
Keterangan :
- Tahapan persemaian di tipe A : 1 palai ; 2 lacak; 3 tangkar anak
- Tahapan persemaian di tipe B, C, dan D : + Tiga tahap : 1
taradaktugal; 2 ampaklambak; 3 lacak + Dua tahap : 1
taradaktugal; 2 lacak Sumber : Hasil pengolahan dan analisis data, 2009
Gambar 4 Proses dan waktu persemaian hingga panen padi di lahan rawa pasang surut.
5.2.5 Proses Penanaman Padi