Kerangka Pemikiran TINJAUAN PUSTAKA

32 1. Pemilihan dan cara menggunakan metode logis dalam penggunaannya tidak dapat dipisahkan dari metode teori informasi dan klarifikasi permasalahan 2. Teori kritis bersifat dialektikal dalam hal ini mengakui adanya hubungan hermeunetik peneliti sosial, oleh karena itu struktur sosial ditegaskan melalui perantaraan manusia. 3. Aspek metodologi neo-empiris dibentuk oleh komponen-komponen eksplisit dari penelitian praktis 4. Karena penelitian dalam suatu masyarakat yang sudah terbentuk tidak dapat menggunakan ideologi netral, maka legitimasi untuk mensahkan rasionalitas didefinisikan dari bentuk panduan penelitian melalui pemikiran kritik-pembebasan 5. Dimensi metodologi empiris dibedakan menjadi ekstensif dan intensif, lebih dari sekedar kuantitatif dan kualitatif, dan metode intensif merupakan pertimbangan utama untuk memahami pembentukan teori sosial dalam terminologi interpretatif strukturalis. 6. Desain penelitian intensif dan ekstensif dapat dibedakan dari perhatian terhadap fokus pada level proses sistem integrasi, integrasi sosial dan mediasi sosial budaya.

3.3 Kerangka Pemikiran

Pada dasarnya sistem sosial manusia dan ekosistem alamiah saling berinteraksi satu sama lain sebagai respon berbagai perubahan yang terdapat dalam kedua sistem tersebut. Dalam pertanian tradisional yang masih mengupayakan keselarasan dengan daya dukung dan kemampuan alam terjadi proses penyesuaian bersama fitting together yang disebut koadaptasi antara sistem sosial masyarakat petani dengan lingkungan biofisik lokal. Interaksi antara kedua sistem inilah yang menjadi dasar bagi pembentukan pengetahuan lokal. Melalui pengalaman dan interaksi dengan kondisi lingkungan biofisik yang bersifat spesifik serta berbagai trial and error mereka berupaya menyelaraskan kehidupan dengan alam. Respon perubahan antar kedua sistem ini pada tataran yang lebih lanjut menciptakan suatu bentuk koevolusi, yakni proses perubahan bersama changing together antara sistem sosial masyarakat dengan lingkungan biofisiknya dan merupakan proses yang terus menerus dan tidak pernah berhenti. Marten 2001. 33 Pada kondisi lainnya, di era globalisasi saat ini, ilmu pengetahuan ilmiah atau sains berkembang sebagai respon terhadap perubahan pada sistem ekonomi politik dengan kondisi lingkungan global. Kemajuan sains berkembang secara revolusioner dengan penerapan teknologi modern untuk mencapai pemenuhan kepuasan manusia Kuhn 2000. Dalam bidang pertanian, sains dikembangkan dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi seiring dengan pemenuhan kebutuhan pangan dunia yang semakin meningkat. Melalui revolusi hijau program peningkatan produksi pangan di Indonesia, terutama padi dikembangkan dengan penerapan benih unggul dan pupuk anorganik serta pestisida. Pertanian tradisional yang hanya mampu berproduksi rendah dianggap sudah tidak relevan lagi bagi kepentingan pembangunan dan harus digantikan dengan penerapan pertanian modern yang mampu meningkatkan produktivitas tinggi. Pada kondisi seperti ini terjadi interaksi dua kepentingan antara sistem pertanian tradisional yang lebih menekankan pada sistem pertanian adaptif dan berkelanjutan dengan pertanian modern yang menekankan pada produktivitas dan efisiensi. Kontestasi kedua bentuk pengetahuan ini dalam konteks kajian Habermas 2006 tentang teori tindakan komunikatif dapat dilihat sebagai proses yang mengarah pada tindakan yang bersifat strategis atau sebaliknya mengarah pada tindakan komunikatif. Tindakan strategis merupakan tindakan rasional bertujuan menentukan tujuan-tujuan di bawah kondisi-kondisi yang telah ada. Aturan-aturan yang mengorientasikan tindakan ini ditentukan oleh aturan- aturan yang bersifat teknis. Komunikasi yang bersifat instrumental memiliki kepentingan menguasai melalui pengetahuan teknisnya. Kontestasi yang bersifat sebagai tindakan strategis ini dapat membentuk proses koeksistensi dan proses dominasi. Koeksistensi jika masing-masing bentuk pengetahuan tersebut dapat mempertahankan keberadaan masing-masing. Proses dominasi terjadi jika salah satu bentuk unggul dan mengalahkan yang lainnya. Kontestasi yang terjadi dalam ranah tindakan komunikatif ditentukan oleh norma-norma sosial yang dioyektifkan melalui proses komunikasi yang bebas dari penguasaan. Proses hibridisasi merupakan bentuk kesepakatan yang dihasilkan dalam kontestasi yang mengarah pada tindakan komunikatif. Proses hibridisasi ini merupakan penyatuan dan pertautan kedua bentuk entitas pengetahuan. Konsep hibridisasi ini juga digunakan oleh Escobar 1999 dalam 34 menganalisis pertautan pengetahuan lokal dan sains dengan orientasi nilai budaya yang berbeda yang saling mendekat satu sama lain dan menyatu menuju kesatuan pandangan politik tentang alam yang ia sebut sebagai hibridisasi kebudayaan cultural hybridization. Secara skematis kerangka pemikiran yang disusun untuk membingkai penelitian ini seperti diagram pada Gambar 1 berikut : Koadaptasi Koevolusi Revolusi Gambar 1 Kerangka pemikiran studi pengetahuan lokal. Pengetahuan Lokal Local knowledge Sains Science Tindakan strategis Sistem dan Norma Sosial Masyarakat Lingkungan Biofisik Lokal Sistem Ekonomi Politik dan Birokrasi Lingkungan Global Kontestasi Pengetahuan Tindakan komunikatif Tindakan strategis Adaptif dan keberlanjutan Produktivitas dan efisiensi Dominasi Hegemoni Pengetahuan Koeksistensi Marginalisasi Pengetahuan Hibridisasi PerpaduanHibrid Pengetahuan 35

3.4 Hipotesis pengarah