82 ditajak dan diberi kapur dibiarkan selama 15 hari, kemudian dibalik agar proses
pelapukannya merata. Sedangkan areal sawah yang kedalaman airnya pada saat pengolahan tanah agak surut 15 cm, setelah gulma atau rumputnya
ditebas atau ditajak dan diberi kapur kemudian dibiarkan selama 15 hari.
Selanjutnya tebasan gulma atau rumput ini dibuat dalam bentuk bundaran atau puntalan maupun dalam bentuk baluran, dan dibiarkan selama 15 hari Setelah
itu puntalan dan baluran ini dibalik dan dibiarkan selama 15-30 hari agar proses
pelapukannya merata dan sempurna. Puntalan maupun baluran ini selanjutmya
disebarkan dipersawahan sebagai pupuk organik.
5.2.3 Pemilihan Varietas Padi
Varietas padi yang umum digunakan dalam pertanian di lahan rawa pasang surut adalah varietas lokal yang berumur relatif panjang sehingga hanya
dapat diusahakan satu kali setahun. Karakteristik varietas lokal ini antara lain : a relatif tahan terhadap genangan dan kemasaman tanah pH rendah serta
tanah yang mengandung unsur beracun bagi tanaman seperti Alumunium Al dan Besi Fe yang tinggi; b berumur relatif panjang 9-11 bulan; c tanaman
berbatang tinggi dan malai atau tangkai padi berada di atas sehingga memudahkan pemanenan dengan ani-ani; d pemeliharaan tidak terlalu intensif;
e mempunyai daya saing yang kuat terhadap gulma, bahkan dapat menekan pertumbuhan gulma di persawahan; f rasa nasi enak dengan kualitas pera
agak kering dan keras sesuai dengan selera masyarakat Banjar, dan g harga gabah relatif lebih mahal dibandingkan dengan varietas unggul.
Menurut Noor 1996, padi varietas lokal di lahan rawa pasang surut termasuk golongan padi berbunga musim
photoperiode sensitive yang berarti varietas tersebut hanya berbunga pada musim tertentu saja, yakni ketika
penyinaran matahari berlangsung lebih pendek daripada panjang hari kritik. Di belahan bumi bagian Selatan termasuk lokasi penelitian hal ini terjadi pada
bulan Juni, dimana penyinaran matahari berlangsung paling pendek dibandingkan dengan bulan-bulan lainnya, yaitu 11 jam 44 menit.
Berdasarkan hasil koleksi yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Lahan Rawa Balittra di wilayah pasang surut Kalimantan Selatan, Kalimantan
Timur, Kalimantan Tengah, Sumatera Selatan dan Lampung terdapat 175 asesi tanaman padi Khairullah et. al. dalam Balittra 2007. Khusus di lokasi penelitian
Kabupaten Barito Kuala, pada musim tanam 2009 terdapat sekitar 37 asesi
83 vaietas lokal yang diusahakan petani Dari sejumlah varietas unggul ini,
sebagian besar sekitar 26 asesi diusahakan petani di lahan rawa pasang surut tipe A. Padi-padi yang diusahakan di wilayah ini umumnya berumur relatif
panjang 10-11 bulan dengan bentuk tanaman yang relatif tinggi. Jenis-jenis padi lokal yang berumur panjang ini dikenal dengan istilah
banih barat atau jika dilihat dari butir-butir padinya yang relatif besar disebut juga
banih ganal, jenis yang berumur pendek sekitar 9-10 bulan disebut
banih ringan. Padi varietas lokal yang termasuk
banih barat ini seperti kelompok Padi Bayar Bayar Pahit, Bayar Putih, Bayar Kuning, Bayar Rundun, Bayar Kaleker, dan lainnya.
Untuk varietas padi di lahan rawa pasang surut tipe B, C dan D umumnya banyak ditanam jenis Padi Siam Siam Unus, Siam Mutiara, Siam
Perak, Siam Kuning, Siam Putih, Siam Sebelas, dan lain-lain. Pengetahuan petani tentang karakteristik masing-masing varietas lokal tersebut memberikan
dasar bagi mereka untuk menentukan pilihan jenis mana yang akan mereka tanam. Pemilihan jenis varietas lokal yang akan ditanam ditentukan oleh banyak
faktor seperti kesesuaian kondisi lahan kesuburan dan tata air, harga jual, rasa nasi, produktivitas, rendemen beras, ketersediaan benih, dan lain-lainnya. Dari
sejumlah faktor tersebut, hal utama yang menjadi pertimbangan utama adalah kesesuaian varietas dengan kondisi lahan. Terkait hal ini dikemukakan oleh Tlb
64 th, seorang petani di Desa Tinggiran Darat: “Amun baisi pahumaan nang randah kawa haja ditanami banih barat,
tapi lamun pahumaan itu andakannya tatinggi biasanya ditanami lawan banih ringan lawan tanamnya tadahulu supaya kada kakaringan.”
[ Jika memiliki sawah di wilayah yang rendah atau tergenang, maka dapat ditanami dengan padi berumur panjang, tetapi jika sawah tersebut
berada di daerah yang tinggi maka harus ditanami dengan varietas yang berumur pendek serta waktu tanamnya dilakukan lebih awal agar
terhindar dari kekeringan ] Kebanyakan petani memiliki lahan yang terpencar dengan kondisi lahan
yang bervariasi daerah rendah sampai daerah tinggi. Kondisi inilah yang menyebabkan seorang petani bisa menanam berbagai jenis varietas lokal sesuai
dengan kondisi lahan yang dimilikinya. Selain itu sistem sosial dalam kehidupan masyarakat ternyata juga berpengaruh terhadap preferensi petani dalam
memilih jenis varietas lokal yang akan ditanam. Bagi petani yang biasa melakukan tanam padi dengan sistem gotong royong atau dengan istilah
handipan maka anggota kelompok yang ikut serta dalam kegiatan tersebut cenderung untuk memilih varietas yang berumur relatif pendek
banih ringan
84
5.2.4 Persemaian