Penggunaan Lahan dan Kondisi Agroklimat

Adapun kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten TTS adalah sebagai berikut: Kedalaman 0 – 30 cm : 13.30 dari luas wilayah Kedalaman 30- 60 cm : 6.28 dari luas wilayah Kedalaman 60 -90 cm : 2.12 dari luas wilayah Kedalaman di atas 90 cm : 78.30 dari luas wilayah Daerah tertentu dengan endapan unsur hara tinggi memiliki produktivitas lahan yang tinggi sedangkan pada daerah lain kurang produktif lihat Gambar 13 tentang tingkat kekritisan lahan di TTS. Demikian juga faktor lainnya yang mempengaruhi penurunan produktivitas lahan adalah topografi, curah hujan, tingkat penyerapan teknologi dan pengetahuan masyarakat TTS. Topografi wilayah TTS yang berbukit dan bergunung menunjang terjadinya erosi tanah. Jika tidak ditunjangi dengan kegiatan pertanian yang berbasis konservasi, maka tingkat produktivitas lahan pasti menjadi rendah. Curah hujan dengan intensitas yang tinggi sangat berpengaruh besar pada terjadinya erosi tanah yang berakibat pada rendahnya kandungan unsur hara dan produktivitas tanah. Demikian juga minimnya penerapan teknologi dan pengetahuan masyarakat tentang pentingnya unsur hara dalam tanah telah mempengaruhi rendahnya produktivitas tanah pers.com dengan Kabid Bina Produksi Dinas Pertanian TTS, tanggal 25 Maret 2010.

2.3.1.4. Penggunaan Lahan dan Kondisi Agroklimat

Total lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan seluas 394 700 ha, yang terdiri dari lahan basah sebesar 23 682 ha 6 dan lahan kering sebesar 371 018 ha 94. Penggunaan lahan tahun 2004-2008 mengalami peningkatan dan pengurangan yang dipengaruhi oleh aspek tenaga kerja yang terbatas pers.com Kabid Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten TTS, tanggal 26 Maret 2010. Perubahan fungsi lahan dari tahun 2004-2008 tercantum pada Tabel 18. Dari jenis penggunaan lahan pada tahun 2008, luasan penggunaan lahan yang paling kecil adalah lahan sawah 0.82 dan yang terbesar adalah lahan hutan hutan negara dan hutan rakyat sebesar 27, diikuti lahan untuk perkebunan, tegalan dan perutnukann lainnya pemukiman, kolam ikan dan lainnya seperti tercantum pada Gambar 14. Tabel 18. Perkembangan Penggunaan Lahan, Tahun 2004-2008 Jenis Penggunaan Tahun Terhadap Lahan Ha 2004 2005 2006 2007 2008 Total 2008 Lahan Sawah 4 979 5 764 4 246 4 979 3 239 0.82 Tegal 52 333 50 543 45 498 43 897 41 888 10.61 Ladang 31 237 20 742 49 758 41 232 33 394 8.46 Perkebunan 54 672 52 567 55 671 58 932 67 981 17.22 Hutan 98 657 104 434 96 870 104 418 106 089 26.88 Padang 46 882 58 907 48 266 59 597 47 624 12.07 Tidak Diusahakan 45 682 42 342 40 561 37 823 39 495 10.01 lainnya 60 258 59 401 53 830 43 822 54 990 13.93 Timor Tengah Selatan 394 700 394 700 394 700 394 700 394 700 100.00 Sumber: Dinas Pertanian, 2010c diolah. Sumber: Tabel 18. Gambar 14. Persentase Luas Penggunaan Lahan di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Tahun 2008 Hutan ; 26.88 Perkebunan; 17.22 lainnya; 13.93 Padang; 12.07 Tegal; 10.61 Tidak Diusahakan; 10.01 Ladang; 8.46 Lahan Sawah; 0.82 Hutan Perkebunan lainnya Padang Tegal Tidak Diusahakan Ladang Lahan Sawah Lahan di kabupaten TTS terbentuk dari beberapa tipe formasi karang dengan tekstur dan resistensi yang bervariasi. Jenis tanahnya berasal dari endapan dan bahan kapur dominasi MediteranianPodsolik Merah Kuning, Grumosol dan Alluvial ataupun Latosol dengan tingkat kesuburan bervariasi dari sedang sampai dengan cukup subur. Wilayah kabupaten TTS bagian utara umumnya termasuk dalam zona iklim yang relatif lembab, sedangkan di bagian selatan relatif memiliki suhu yang lebih tinggi. Daerah TTS memiliki musim hujan selama tiga sampai empat bulan Desember - Maret dengan rata-rata curah hujan 1150 mm per tahun Dinas Pertanian, 2009 dan bulan kering berkisar lima sampai delapan bulan April – Nopember. Empat puluh Sembilan persen 49 wilayah kabupaten TTS berada pada ketinggian 0-500 m dpl, sedangkan 51 sisanya berada pada ketinggian lebih dari 500 m dpl dari total wilayah seluas 394 700 km 2 Kabupaten Timor Tengah Selatan dipengaruhi oleh dua musim, musim barat dan musim Timur. Musim barat dikenal dengan musim hujan, lamanya empat bulan mulai bulan Nopember dan berakhir bulan Februari dengan jumlah hari hujan rata-rata 76 hari dan curah hujan rata-rata 1 617 mm dalam tahun 2008 BPS, 2009b. Musim timur dikenal dengan musim kemarau atau musim kering, lamanya delapan bulan mulai bulan Maret dan berakhir bulan Oktober. Angin bertiup kencang terutama pada musim barat, dengan kecapatan 33-34 km per jam. Suhu pada tahun 2009 minimum 23 . Sebaran kondisi agroklimat di kabupaten TTS tercantum pada Tabel 19. C dan maksimum 25 C. Fluktuasi jumlah Hari Hujan HH dan Curah Hujan CH bulanan tahun 2008 total dan rata-rata bulanan tercantum pada Gambar 15. Tabel 19. Sebaran Kondisi Agroklimat di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Tahun 2008 Kecamatan Kondisi Agroklimat Jumlah bulan basah- kering Elevasi m dpl Curah hujan mmth RH Suhu C Amanuban Barat 5-7 600 2 291 80 32-33 Amanuban Tengah 5-7 850 1 696 75 32-33 Amanuban Timur 7-5 650 2 583 80 32-33 Amanuban Selatan 4-8 65 2 019 70 32-33 Mollo Selatan 5-7 787 2 508 80 32-33 Mollo Utara 5-7 950 2 583 85 32-33 Amanatun Utara 4-8 350 1 453 80 32-33 Amanatun Selatan 4-8 945 1 978 75 32-33 Kota SoE 4-8 850 1 453 80 32-33 Kuanfatu 4-8 400 2 079 80 32-33 KiE 4-8 - - 80 32-33 Boking 4-8 30 1 388 80 32-33 Polen 5-7 20 1 448 80 32-33 Batu Putih 4-8 - - 80 32-33 Fatumnasi 8-4 1 800 - 90 28-30 Sumber: Dinas Pertanian, 2009. Sumber: BPS TTS, 2009b. a Total Hari Hujan dan Curah Hujan Bulanan b Rata-Rata Hari Hujan dan Curah Hujan Bulanan Gambar 15. Jumlah Hari Hujan dan Curah Hujan Bulanan Di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Tahun 2008 3 722 3 938 3 870 1 376 7 02 1 156 2 11 0 0 3 07 509 4 2 48 500 1000 1500 2 000 2 500 3 000 3 500 4000 4500 H a r i H uj a n hh C ur a h H uj a n m m Bulan hh mm 372 3 93 3 87 137 7 0 115 2 1 0 0 3 0 50 42 50 100 150 200 250 300 350 400 450 H a r i H uj a n hh C ur a h H uj a n m m Bulan hh mm Pada tahun 2008, jumlah hari hujan terbanyak terjadi pada bulan Maret, sedangkan jumlah curah hujan terbesar terjadi pada bulan Februari. Sedangkan fluktuasi jumlah hari hujan dan curah hujan bulanan selama periode tahun 2003- 2008 tercantum pada Gambar 16. Trend selama enam tahunan itu menunjukkan bahwa bulan terkering di kabupaten TTS selalu terjadi selama tiga bulan yakni bulan Juli, Agustus dan September di mana curah hujanya tidak ada sama sekali. Sumber: BPS, 2009b. a Rata-Rata Curah Hujan Bulanan, Tahun 2003-2008 b Rata-Rata Hari Hujan Bulanan, Tahun 2003-2008 Gambar 16. Rata-Rata Curah Hujan dan Hari Hujan Bulanan, Tahun 2003-2008 Dari penyebaran curah hujan per wilayah menunjukkan bahwa sebaran volume dan intensitas hujan tidak merata yaitu di wilayah bagian Barat dan Utara 50 100 150 200 250 300 350 400 450 Ja n F eb Ma r Ap ri l M ei Ju ni Ju li Ag u st S ep t Ok t N op D es C ur ah H uj an m m Bulan 2 003 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20 Ja n F eb Ma r Ap ri l M ei Ju ni Ju li Ag u st S ep t Ok t N op D es H ar i H uj an hh Bulan 2 003 2 004 2 005 2 006 2 007 2 008 TTS, curah hujanya relatif tinggi, bagian wilayah Tengah relatif sedang dan makin ke Timur dan Selatan semakin berukurang Dinas Pertanian, 2010c. Terbatasnya musim hujan menyebabkan ketergantungan pembangunan ekonomi berbasis pertanian pada sumberdaya air sangat besar. Adanya Gunung Mutis dan kawasan Hutan sekitarnya menjadi faktor pendukung ketersediaan sumber daya air yang mendukung munculnya mata air dan adanya sungai-sungai yang tetap mensuplai air sepanjang tahun diantaranya sungai Noel Mina dan Noel Benenain. Kabupaten Timor Tengah Selatan juga memiliki ratusan mata air yang menjadi sumber air bersih dan kegiatan ekonomi.

2.3.2. Kondisi Produksi Pertanian Kabupaten Timor Tengah Selatan