Topografi dan Kelerengan Wilayah

2.3.1.2. Topografi dan Kelerengan Wilayah

Topografi wilayah Kabupaten TTS sangat bervariasi dari satu tempat ke tempat lainnya yang secara umum didominasi oleh daerah bergunung-gunung dan perbukitan. Berdasarkan topografi, maka wilayah Kabupaten TTS terbagi dalam dua kategori yaitu wilayah dataran rendah yang dominan berada di wilayah Selatan dan wilayah dataran tinggi yang dominan berada di wilayah Tengah dan Utara, yang mana perbedaan ini menuntut adanya perbedaan pendekatan pembangunan pertanian. Data berikut memperlihatkan konidisi umum topografi ketinggian tempat dari permukaan laut-dpl wilayah Kabupaten TTS. Ketinggian 0 - 500 m dpl : 49.0 dari luas wilayah TTS Ketinggian 500 - 1 000 m dpl : 48.2 dari luas wilayah TTS Ketinggian di atas 1 000 m dpl : 2.8 dari luas wilayah TTS. Kelerengan wilayah Kabupaten TTS juga bervariasi. Hal ini sangat dipengaruhi oleh kondisi topografi wilayah yang berbukit dan bergunung. Komposisi kelerengan wilayah berdasarkan skala kelerengan dapat dilihat sebagai berikut: Kelerengan 0 – 3 Kelerengan 3 : 7.52 dari luas wilayah TTS – 12 Kelerengan 12 : 16.49 dari luas wilayah TTS – 40 Kelerengan di atas 40 : 41.87 dari luas wilayah TTS Berdasarkan tingkat kelerengan menunjukkan bahwa kelerengan wilayah merupakan salah satu faktor pembatas dalam pengembangan sumberdaya alam berbasis pertanian. Berdasarkan hal tersebut maka pilihan komoditas harus didasarkan bada upaya mendukung konservasi lahan yang rentan akan longsor dan : 34.12 dari luas wilayah TTS erosi pada wilayah dengan kelerengan lebih dari 40º. Sehubungan kelerengan wilayah berkaitan langsung dengan konservasi lahan dan kelestarian lingkungan, maka pengelolaan sumberdaya alam berbasis kelerengan harus dikendalikan secara ketat dan pemanfaatan lahannya harus mampu menjamin konservasi sumberdaya lahan secara optimal. Memperhatikan kondisi kelerengan wilayah itu, maka pemilihan komoditas pertanian sangat perlu didasarkan pada upaya mendukung konservasi lahan yang rentan akan longsor dan erosi terutama pada wilayah dengan kelerengan di atas 40 . Kasus bencana alam terutama kekeringan Maret – Oktober, tanah longsor dan erosi yang biasa terjadi di wilayah TTS pada saat musim hujan Nopember - Februari sangat perlu untuk diselesaikan dan diintegrasikan dengan program pembangunan pertanian berbasis konservasi tanah dan air. Gambar 13 menunjukkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten TTS untuk menangani lahanwilayah kritis Bappeda, 2010. Sumber: Bappeda, 2010. a Tingkat Kekritisan Lahan di Kabupaten TTS, Tahun 2009-2013 b Penyebaran Daerah Prioritas Penghijauan dan Konservasi Tanah dan Air, Tahun 2009-2013 Gambar 13. Tingkat Kekritisan Lahan dan Penyebaran Daerah Prioritas Penghijauan dan Konservasi Tanah dan Air, Tahun 2009-2013 Berdasarkan Gambar 13 tersebut diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten TTS memiliki rencana jangka menengah untuk kegiatan konservasi tanah dan air yang diprioritaskan berdasarkan tingkat kekritisan lahan tahun 2009.

2.3.1.3. Jenis Tanah dan Geologi