kekeringan baik di zona dataran tinggi maupun zona dataran rendah lebih banyak disebabkan oleh kekurangan air. Hal ini merupakan salah satu sebab rendahnya
produktivitas jeruk keprok SoE. Sebenarnya, di daerah dataran tinggi di bagian utara kabupaten TTS, sumber air dari pengunungan Mutis tersedia cukup besar
jika ada pembangunan infrastrukur irigasi bagi pengembangan tanaman jeruk keprok SoE. Prasarana pengairan dari pegunungan Mutis ini hanya diperuntukan
bagi kebutuhan air minum penduduk yang berdomisili di Kota SoE ibukota kabupaten TTS. Sumber lain, sebenarnya juga masih ada yakni pembangunan
embung atau cekdam wadah untuk menampung air hujan selama musim hujan. Namun, kekurangan modal telah menyebabkan pembangunan sarana-sarana
pengairan usahatani jeruk ini tidak pernah dilakukan.
5.4. Kegiatan Panen dan Pascapanen
Masa panen jeruk keprok SoE di kabupaten TTS terjadi pada bulan Maret hingga bulan Agustus seperti tercantum pada Tabel 47. Bulan Juni hingga
Agustus merupakan periode panen raya jeruk keprok SoE. Kegiatan panen adalah kegiatan memetik buah yang telah siap panen atau
mencapai kematangan optimal sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan. Dari hasil analisis data wawancara diketahui bahwa secara rata-rata terdapat
sebanyak 88.89 petani jeruk memanen jeruk mereka dengan menggunakan gunting pohon, sebanyak 16.67 masih menggunakan kayu jolokan dan 83.89
memanen langsung dengan cara mematahkan tangkai buah jeruk tanpa menggunakan peralatan Tabel 48. Ada sebanyak 14 para petani responden
memanen jeruk mereka dengan menggunakan metode panen campuran dari ketiga metode tersebut. Bila dibandingkan antar zona, maka petani contoh di zona
dataran tinggi lebih banyak menggunakan gunting 97.78 dibandingkan dengan petani di zona dataran rendah 78.44. Kondisi yang sama juga untuk
penggunaan metode panen lainnya, kecuali metode panen dengan menggunakan tangan, tanpa peralatan.
Tabel 47. Masa Panen Jeruk Keprok SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan No
Kecamatan Bulan Panen
Puncak Panen 3
4 5
6 7
8 1
Amanuban Barat Juli
2 Amanuban Tengah
Juli 3
Amanuban Timur Juli
4 Amanuban Selatan
Juli 5
Mollo Selatan Juni, Juli
6 Mollo Utara
Juni, Juli, Agustus 7
Amanatun Utara Juli
8 Amanatun Selatan
Juli 9
Kota SoE Juni, Juli
10 Kuanfatu
Juli, Agustus 11
Kie Juli, Agustus
12 Polen
Juni, Juli 13
Boking Juli, Agustus
14 Fatumnasi
Juni, Juli, Agustus 15
Batu Putih Juni
Sumber: Departemen Pertanian, 2009b. Tabel 48. Kegiatan Panen Jeruk Keprok SoE di Daerah Penelitian
Teknik Panen Dataran Tinggi
Dataran Rendah Rata-
rata Rata-
rata Max
Min Rata-
rata Max
Min Gunting
97.78 1.00
0.00 78.44
1.00 0.00
88.11 Kayu
18.33 1.00
0.00 15.00
1.00 0.00
16.67 Tangan
76.67 1.00
0.00 90.56
1.00 0.00
83.61 Ketiga-tiganya
15.56 1.00
0.00 12.00
1.00 0.00
13.78 Total Rata-rata
208.34
1
196.00 202.17
Sumber: Data Primer, 2010 diolah. Keterangan: Variabel dummy untuk semua nilai max 1 dan min 0
1
Beberapa petani menggunakan metode panen campuran, sehingga total rata-ratanya lebih dari 100
Setelah panen, sebanyak 61.3 Tabel 49 dari jumlah petani responden secara rata-rata melakukan pembersihan buah jeruk dengan menggunakan
potongan kain dilap, tanpa memakai air dan bahan pengawetan buah. Kemudian buah jeruk disortir dan dipisahkan atas kelas-kelas secara manual dan visual,
tanpa menggunakan peralatan penyortiran buah. Jumlah petani contoh yang melakukan hal ini ada sebanyak 54. Namun Pengkelasan buah di tingkat petani
hanya berdasarkan besar-kecilnya buah yakni buah besar, sedang dan kecil; dilakukan secara manual dan tanpa pengkelasan yang standar berdasarkan
diameter buah maupun berat buah. Keterbatasan pengetahuan dan peralatan yang dimiliki petani telah menghambat penerapan standarisasi buah yang rendah.
Tabel 49. Kegiatan Pascapanen Jeruk Keprok SoE
Kegiatan Pascapanen Dataran Tinggi
Dataran Rendah Rata-
Rata Rata-
rata Max
Min Rata-
rata Max Min
Pembersihan 88.89
1.00 0.00
33.69 1.00
0.00 61.29
Pengkelasan 75.00
1.00 0.00
33.48 1.00
0.00 54.24
Pelabelan 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.00
Pengepakan 87.78
1.00 0.00
32.84 1.00
0.00 60.31
Total Rata-rata 251.67
1
100.01 175.84
Sumber: Data Primer, 2010 diolah. Keterangan: : Variabel dummy untuk semua nilai max 1 dan min 0
: menggunakan karung plastik dan garduskarton berbagai ukuran dan bahan dasar
1
:
Beberapa petani menggunakan metode pascapanen campuran, sehingga total rata-ratanya lebih dari 100
Buah JKS adalah tidak berlabel 100. Secara rata-rata jumlah petani yang melakukan pengepakan adalah sebanyak 60. Sebagian besar 88 petani
responden di dataran tinggi melakukan pengepakan buah jeruk mereka. Hal sebaliknya terjadi di zona dataran rendah 33. Petani melakukan pengepakan
dengan teknologi yang sangat sederhana yakni menggunakan keranjang anyaman dari bamboo dengan volume rata-rata 40-50 kg per keranjang. Karung plastik
berkapasitas 30-40 kg juga telah dimanfaatkan oleh petani untuk menyimpan dan memasarkan jeruk panenan mereka. Selain itu juga, gardus bekas bungkusan
rokok gudang garam bervolume 35-50 kg jeruk juga telah digunakan petani. Kesehatan buah dan kualitas alat pengepakan tersebut sangat tidak mendukung
kualitas buah jeruk selama proses pemasaran dan transportasi. Akibatnya buah jeruk mengalami kerusakan sampai dengan 25 hasil wawancara dengan
responden selama proses transportasi dan pemasaran sampai ke pasar di tingkat kecamatan dan kabupaten atau provinsi.
5.5. Sistem Pemasaran Jeruk Keprok SoE