V. KERAGAAN USAHATANI JERUK KEPROK SOE
Bab ini terdiri dari tujuh sub bagian. Pertama-tama akan dibahas tentang keadaan responden penelitian, kemudian berturut-turut akan diuraikan perihal
tentang penggunaan input produksi, kegiatan proses produksi, panen, pascapanen, pemasaran dan pendapatan usahatani petani jeruk keprok SoE JKS selama
musim produksi tahun 2009-2010.
5.1. Karakteristik Responden
Penelitian ini telah dilaksanakan di enam kecamatan sampel 12 desa contoh dengan distribusi lokasi seperti yang telah dibahas pada Bab IV.
Sedangkan jumlah sampel petani adalah berjumlah 360 orang atau 30 orang setiap desa contoh. Secara detail tentang karakteristik responden tercantum pada Tabel
40. Para petani di daerah dataran rendah sebagian besar 64.85 berumur sekitar 35-55 tahun dengan umur minimal 25 tahun, maksimal 63 tahun dengan rata-rata
umur 47.34 tahun. Sedangkan rata-rata umur responden di zona dataran tinggi adalah 48.70 tahun dengan rentangan 36-60 tahun. Dengan demikian, sebagian
besar responden petani berada pada usia produktif. Dari jenis kelamin, sebagian besar 99 responden laki-laki dan sisanya 1 adalah responden perempuan.
Dilihat dari tingkat pendidikan formal, para petani sebagian besar 74.74 berpendidikan berijasa Sekolah Dasar. Rata-rata lama pendidikan formal petani
adalah 7.54 tahun dengan lama maksimal 16 tahun dan minimal 1 tahun. Rata-rata pendidikan formal petani responden tertinggi terdapat di daerah dataran rendah
7.91 tahun atau masih pada jenjang Pendidikan Dasar dengan rentangan 3 sampai dengan 16 tahun.
Tabel 40. Karakteristik Responden di Daerah Penelitian
No Karakteristik
Dataran Tinggi Dataran Rendah
Rata- Rata
Rata- rata
Max Min
Rata- rata
Max Min
1 Umur tahun
48.70 60.00
36.00 47.34
63.00 25.00
48.02 2
Pendidikan formal tahun 7.41
12.00 1.00
7.91 16.00
3.00 7.54
3 Pelatihan usahatani jeruk
..kali 1.52
5.00 0.00
1.45 5.00
0.00 1.49
4 Pengalaman usahatani jeruk
tahun 19.94
37.00 9.00
14.13 35.00
7.00 17.03
5 Anggota keluarga
a. Jumlah laki-laki 51.03
4.00 1.00
50.28 7.00
1.00 50.65
b. Jumlah wanita 48.97
6.00 1.00
49.17 5.00
1.00 49.07
c. Jumlah rata-rata per keluarga orang
4.66 8.00
2.00 4.99
9.00 2.00
4.82 d. Umur ang. Kel. 14
tahun 16.25
4.00 1.00
18.46 5.00
1.00 17.36
e. Umur ang. Kel. ≥ 14
tahun 83.75
6.00 1.00
81.54 9.00
2.00 82.64
f. Pendidikan formal ≤ 9
tahun 29.26
7.00 1.00
69.63 7.00
1.00 49.45
g. Pendidikan formal 9 tahun
70.74 6.00
0.00 30.37
7.00 0.00
50.55 6
Jarak ke kebun jeruk keprok m
13.00 500.00
0.00 15.00
460.00 0.00
14.00 7
Kontak dengan penyuluh - KPP
78.33 3.00
0.00 64.00
2.00 0.00
81.17 8
Penggunaan bibit okulasi 97.22
1.00 0.00
93.00 1.00
0.00 97.11
9 Sumber pendapatan lain
83.33 1.00
0.00 90.00
1.00 0.00
86.67 10
Penggunaan lubang tanam standar
25.56 1.00
0.00 10.56
1.00 0.00
18.06 11
Pengetahuan pembibitan vegetatif
6.67 1.00
0.00 4.00
1.00 0.00
5.33 12
Pengetahuan teknologi budidaya
0.56 1.00
0.00 0.00
0.00 0.00
0.56 13
Akses ke pasar input 0.56
1.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.56
14 Akses ke pasar output
41.11 1.00
0.00 26.11
1.00 0.00
33.61 15
Keanggotaan kelompok tani 66.11
1.00 0.00
52.00 1.00
0.00 64.06
16 Keanggotaan koperasi
1.67 1.00
0.00 0.00
0.00 0.00
1.67 17
Keterlibatan dalam proyek jeruk
33.33 1.00
0.00 0.00
0.00 0.00
33.33 18
Akses kredit ke bank 0.00
0.00 0.00
0.00 1.00
0.00 0.00
19 Penerapan manjemen
usahatani 0.56
1.00 0.00
0.00 0.00
0.00 0.56
Sumber: Data Primer, 2010 diolah. Keterangan: : Khusus untuk max dan min dinyatakan dalam satuan orang
: Max dan min untuk KPP dinyatakan dalam frekuensi kunjungan Para petani responden ada yang pernah mengikuti pelatihan usahatani
JKS dan ada yang belum. Petani yang pernah mengikuti pelatihan usahatani JKS
adalah sebanyak rata-rata 1.49 kali dengan rentangan 0 - 5 kali; dengan rata-rata terbesar terdapat pada petani di zona dataran tinggi yakni 1.52 kali. Hal ini
dimaklumi bahwa zona dataran tinggi merupakan sentra proyek pengembangan JKS di waktu yang lalu 1999-2008. Sedangkan pengalaman petani di bidang
usahatani JKS adalah 17.03 tahun dengan rentangan pengalaman 7-37 tahun. Petani di zona dataran tinggi merupakan petani yang memiliki pengalaman paling
tinggi dengan rata-rata 19.94 tahun. Para petani responden paling banyak 51 memiliki anggota keluarga 3-
5 orang per KK, dengan rata-rata 4.82 orang anggota keluarga per KK. Dari jenis kelamin, jumlah anggota keluarga laki-laki hampir seimbang dengan jumlah
anggota keluarga perempuan yakni 51 untuk laki-laki dan 49 perempuan. Tren ini terdapat pada semua zona penelitian. Sebagian besar 83 anggota
keluarga responden berumur ≥ 14 tahun dan sisan ya 17 berumur 14 tahun.
Sebanyak 50 anggota keluarga responden memiliki pendidikan 9 tahun dan sisanya berpedidikan
≤ 9 tahun. Namun, di zona dataran tinggi, sebagian besar 70 responden berpendidikan Sekolah Menengah Pertama atau Sekolah Dasar.
Usahatani JKS adalah usahatani pekarangan paling banyak kebun berada di sekitar tempat tinggal petani, di mana jarak kebun jeruk dengan tempat tinggal
sangat dekat yakni rata-rata 14 m dan paling jauh adalah 500 m. Sedangkan karakteristik lain dari petani responden adalah sebagai
berikut. Banyaknya responden yang melakukan kontak dengan petugas pertanian lapangan Penyuluh Pertanian Lapangan-PPL dan Petugas Pengamat Hama
Tanaman-PPHT dan petugas pertanian lainnya 81, penggunaan bibit okulasi 97, penggunaan lubang tanam jeruk yang standar 18, pengetahuan petani
tentang teknologi budidaya jeruk termasuk pembibitan vegetatif 5, petani yang memiliki sumber pendapatan selain dari jeruk sebanyak 87 dan petani yang
memiliki akses ke pasar output adalah sebanyak 64. Dari data diketahui bahwa para petani responden memiliki kemampuan manajerial yang belum memadai di
dalam usahatani JKS, terutama dalam hal penerapan manajemen usahatani dan pengetahuan teknologi budidaya JKS. Selain itu, petani responden memiliki
kemampuan yang masih rendah kurang dari 1 dalam hal akses ke pasar input, anggota koperasi dan kredit ke lembaga perbankan formal. Sebagian besar 64
petani tergabung dalam kelompok tani, dengan persentase tertinggi terdapat pada responden di zona dataran tinggi. Sedangkan, keterlibatan petani responden dalam
proyek jeruk keprok adalah sebesar 33, semuanya di daerah dataran tinggi. Dari gambaran karakteristik petani responden tersebut diketahui bahwa
pengetahuan dan keterampilan teknis petani masih rendah. Selain itu, kelembagaan petani seperti kelompok tani, penyuluhan dan koperasi belum
berkembang dan berperan pada usahatani jeruk keprok SoE. Hal-hal tersebut telah menyebabkan perilaku petani yang kurang serius di dalam mengelola
usahataninya dan rendahnya penguasaan dan penerapan teknologi produksi jeruk keprok SoE baik pada daerah dataran tinggi maupun dataran rendah.
Proyek-proyek usahatani jeruk yang bertujuan untuk meningkatkan motivasi petani juga kurang berhasil. Kebanyakan dana proyek diberikan dalam
bentuk barang seperti anakan JKS, uang tunai dan ternak sebagai sumber pupuk organik dan pendapatan rumahtangga petani. Namun kebanyakan proyek-proyek
itu kurang berhasil disebabkan satu dari banyak sebab karena para petani sering memahami suatu dana proyek sebagai suatu pemberian hibah atau bantuan
cuma-cuma tanpa adanya kesadaran untuk memperbaiki produktivitas dan kesejahteraan petani itu sendiri.
5.2. Penggunaan Input Usahatani Jeruk Keprok SoE 5.2.1. Lahan dan Pola Penggunaannya