Analisis Perbedaan Sistem Produksi antar Zona Agroklimat dan Ukuran Usahatani Jeruk Keprok SoE

VI. ANALISIS PRODUKSI DAN EFISIENSI TEKNIS USAHATANI JERUK KEPROK SOE DAERAH LAHAN KERING

Pada bagian ini akan dibahas hasil analisis pendugaan fungsi produksi stokastik frontier dan efisiensi teknis serta faktor-faktor yang mempengaruhi inefisiensi teknis petani JKS di daerah penelitian di Kabupaten Timor Tengah Selatan Provinsi Nusa Tenggara Timur. Basis analisis dan pembahasan adalah performansi antar zona dan ukuran usahatani dari efisiensi teknis usahatani jeruk keprok SoE. Pembahasan dimulai dari pengujian perbedaan sistem produksi dan dilanjutkan dengan pengujian hipotesis antar zona agroklimat dan ukuran usahatani jeruk keprok SoE.

6.1. Analisis Perbedaan Sistem Produksi antar Zona Agroklimat dan Ukuran Usahatani Jeruk Keprok SoE

Sebelum memilih bentuk fungsi translog sebagai bentuk fungsi yang sesuai untuk digunakan di dalam penelitian ini, maka analisis perlu dilakukan untuk mengetahui apakah sistem produksi antar zona dan ukuran usahatani jeruk keprok SoE berbeda atau tidak. Untuk mencapai maksud tersebut maka penelitian ini membagi responden berdasarkan zona agroklimat dataran tinggi dan dataran rendah dan ukuran usahatani 1 ha dan ≥ 1 ha pada daerah dataran tinggi. Pembedaan ini perlu diuji terlebih dahulu karena pembedaan tidak akan berarti jika sistem produksi petani jeruk keprok SoE antar zona dan ukuran usahatani yang berbeda itu sama. Jika petani responden pada zona agroklimat dan ukuran usahatani yang berbeda itu memiliki sistem produksi yang berbeda, maka analisis perlu dilakukan secara terpisah agar kesimpulan dan saran kebijakan pengembangan usahatani jeruk keprok SoE ditujukan secara spesifik lokasi dan ukuran usahatani yang benar. Oleh karena alasan tersebut, maka perlu diuji terlebih dahulu apakah terdapat perbedaan sistem produksi antar zona agroklimat dan ukuran usahatani jeruk keprok SoE. Beberapa hasil analisis fungsi stokastik frontier model translog adalah seperti tercantum pada tabel-tabel berikut dan secara detail dapat dibaca pada Lampiran 10 dan 11. Tabel 61. Hasil Estimasi Fungsi Produksi dengan Dummy Zona Agroklimat Dataran Tinggi dan Rendah pada Usahatani Jeruk Keprok SoE di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Tahun 2010 Variabel Koefisien Standar Error T hitung Intersep β 2.997 0.257 11.654 Jumlah Pohon Produktif β 1 0.438 0.042 10.389 Kompos β 2 0.030 0.011 2.806 Tenaga Kerja β 3 0.107 0.054 1.978 Dummy Bibit β 4 0.239 0.154 1.555 Dummy Zona β 5 1.007 0.084 12.030 σ 0.444 2 0.106 4.177 γ 0.672 0.187 3.583 LR 15.02 Keterangan : : nyata pada α = 1 dan : nyata pada α = 5 Hasil analisis fungsi produksi dengan memasukkan dummy zona seperti tercantum pada Tabel 61 tersebut menunjukkan bahwa produksi jeruk keprok SoE pada daerah dataran tinggi berbeda dengan sistem produksi jeruk keprok SoE pada daerah dataran rendah. Hal ini ditunjukkan oleh nilai varibel dummy zona β 5 Pendugaan fungsi produksi dengan memasukan variabel dummy ukuran usahatani β yang signifikan pada α = 0.01. Oleh karena itu, dalam pembahasan selanjutnya akan dibedakan antara petani yang berada di daerah dataran tinggi dan daerah dataran rendah. 5 juga telah dilakukan untuk menguji apakah sistem produksi pada ukuran usahatani yang lebih kecil dari satu hektar 1 ha berbeda dengan sistem produksi pada ukuran usahatani ≥ 1 ha pada daerah dataran tinggi. Hasil analisisnya adalah seperti yang tercantum pada Tabel 62 berikut ini. Tabel 62. Hasil Estimasi Fungsi Produksi dengan Dummy Ukuran Usahatani pada Usahatani Jeruk Keprok SoE Daerah Dataran Tinggi di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Tahun 2010 Variabel Koefisien Standar Error T hitung Intersep β 5.326 0.406 13.117 Jumlah Pohon Produktif β 1 0.222 0.061 3.695 Kompos β 2 -0.084 0.052 -1.620 Tenaga Kerja β 3 -0.004 0.055 -0.071 Dummy Bibit β 4 0.622 0.180 3.464 Dummy Ukuran Usahatani β 5 -0.232 0.071 -3.281 σ 0.359 2 0.063 5.664 γ 0.839 0.077 10.941 LR 19.25 Keterangan : : nyata pada α = 1 dan : nyata pada α = 5 Dari Tabel 62 diketahui bahwa terdapat perbedaan yang sangat signifikan antara sistem produksi pada ukuran usahatani kecil 1 ha dengan ukuran usahatani ≥ 1 ha. Semakin kecil ukuran usahatani, maka produksi jeruk keprok SoE semakin menurun. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembahasan pada masing-masing ukuran usahatani untuk daerah dataran tinggi perlu dilakukan secara terpisah. 6.2. Pengujian Hipotesis dan Penentuan Model Fungsi Produksi Stokastik Frontier Usahatani Jeruk Keprok SoE Pada bagian ini ada dua hipotesis yang diuji. Hipotesis nol yang pertama adalah bahwa model fungsi produksi translog memiliki nilai nol atau Ho: k s sk ≠ = ; β . Jika hipotesis ini benar, maka fungsi produksi frontier Cobb- Douglas adalah sesuai untuk merepresentasikan data dari petani-petani jeruk keprok SoE dibandingkan dengan bentuk fungsi produksi frontier translog. Hipotesis nol yang kedua adalah bahwa tidak ada efek inefisiensi teknis di dalam model fungsi produksi forntier atau Ho: . .......... 8 1 = = = = = δ δ δ γ . Jika hipotesis ini benar, maka fungsi produksi rata-rata tradisional atau ordinary least square adalah sesuai untuk merepresentasikan data dibandingkan dengan model fungsi produksi stokastik frontier bentuk translog. Kedua hipotesis nol ini diuji untuk berbagai model analisis yakni untuk dataran tinggi, dataran rendah dan semua ukuran usahatani pada zona dataran tinggi; di mana model fungsi produksi stokastik frontier untuk semua unit analisis tersebut adalah sama. Hasil pengujian hipotesis-hipotesis tersebut tercantum pada Tabel 63 berikut ini. Dari tabel tersebut diketahui bahwa hipotesis nol yang mengatakan bentuk fungsi Cobb-Douglas lebih sesuai untuk merepresentasikan data dibandingkan dengan translog ditolak untuk semua model analisis, baik antara zona agroklimat maupun antar ukuran usahatani jeruk keprok SoE di daerah lahan kering di NTT. Dengan demikian, maka bentuk fungsi translog telah dipilih untuk diguanakan untuk merepresentasikan data dari petani-petani jeruk keprok SoE di dalam penelitian ini. Hipotesis nol yang kedua yang menyatakan bahwa tidak ada efek inefisiensi teknis di dalam model frontier juga ditolak untuk semua model analisis, baik antara zona agroklimat maupun antar ukuran usahatani jeruk keprok SoE di daerah lahan kering di NTT. Dari hasil analisis dan pengujian hipotesis- hipotesis tersebut disimpulkan bahwa bentuk fungsi translog dan metode MLE sesuai untuk digunakan di dalam analisis data dari penelitian ini. Tabel 63. Pengujian Hipotesis untuk Parameter-Parameter Fungsi Produksi Stokastik Frontier Translog Usahatani Jeruk Keprok SoE Hipotesis Nol Log- Likelihood LR Rasio df Critical Value 5 Keputusan Dataran Tinggi -81.39 Ho : k s sk ≠ = ; β . -97.50 32.20 6 12.59 Tolak H Ho : . .......... 8 1 = = = = = δ δ δ γ -99.88 36.97 10 18.31 Tolak H Dataran Rendah -108.50 Ho : k s sk ≠ = ; β . -135.90 54.80 6 12.59 Tolak H Ho : . .......... 8 1 = = = = = δ δ δ γ -119.50 22.00 10 18.31 Tolak H Ukuran Usahatani 1 Ha Zona Dataran Tinggi -29.63 Ho : k s sk ≠ = ; β . -39.70 20.20 6 12.59 Tolak H Ho : . .......... 8 1 = = = = = δ δ δ γ -40.50 21.82 10 18.31 Tolak H Ukuran Usahatani ≥ 1 Ha Zona Dataran Tinggi -22.80 Ho : k s sk ≠ = ; β . -29.70 14.20 6 12.59 Tolak H Ho : . .......... 8 1 = = = = = δ δ δ γ -42.30 39.05 10 18.31 Tolak H Sumber: Data Primer, 2010 diolah; Lampiran 12, 13, 14 dan 15.

6.3. Model Empiris Fungsi Produksi Stokastik Frontier Jeruk Keprok SoE