bahan makanan, pengobatan dan atau pembayaran pajak. Dengan semakin tingginya keterlibatan LSM dan Pemerintah Daerah Kabupaten di dalam
memberikan bantuan dan kredit kepada petani dan keseringan mereka memberikan informasi tentang kerugian penjualan di muka, maka metode ini
semakin tahun semakin berkurang pers. Com dengan seorang petani.
b. Pernjualan di muka per kg forward sale by kg
Petani yang melakukan penjualan ini secara rata-rata hanya 4 secara total dan semuanya terdapat di zona dataran tinggi. Proses penjualan ini sama
ceritanya dengan penjualan di muka per pohon, yang sering dilakukan petani pada dua atau tiga bulan sebelum musim panen jeruk tiba yakni pada bulan
Januari, Februari atau Maret. Harga penjualan dengan metode ini juga lebih kecil yakni sebesar Rp 4 250 per kg dibandingkan dengan penjualan per kg
pada saat panen sebesar Rp 9 500 per kg harga rata-rata dari setiap responden penelitian secara total. Strategi ini dipraktekkan oleh petani ketika
mereka sangat membutuhkan uang tunai untuk kepentingan pendidikan, pembelian bahan makanan, pengobatan danatau pembayaran pajak tahunan
rumahtangga petani jeruk keprok SoE.
c. Penjualan per pohon pada saat panen per tree sale at harvest
Metode ini sekitar 53 secara rata-rata digunakan oleh para petani responden pada saat jeruk sudah siap panen dominan petani daerah dataran
tinggi. Petani merasa beruntung karena mereka tidak melakukan pengepakan, mengeluarkan biaya transportasi dan melakukan penjualan di
pasar. Ketika buah jeruk sudah siap dipanen, petani pergi ke pedagang, atau
sebaliknya, dan melakukan negosiasi tentang harga jeruk per pohon. Para pedagang boleh memanen jeruk beberapa tahap, biasanya dilakukan dua
tahap. Seperti pada metode pertama, pedagang memiliki seluruh buah yang ada di pohon setelah ada persetujuan harga per pohon dan petani
berkewajiban menjaga buah pada pohon tersebut sejak pemanenan pertama sampai dengan yang terakhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa harga
jeruk per pohon pada saat panen rata-rata Rp 123 000,- per pohon atau Rp 12 300 per kg dengan rata-rata produktivitas 10 kg per pohon. Namun tinggi-
rendahnya harga jeruk per pohon sangat tergantung pada banyaknya produksi buah jeruk per pohon. Para petani merasa cukup beruntung dengan harga
setingkat itu, setelah mereka memperhitungkan semua biaya biaya pengepakan, tenaga kerja, transportasi dan pungutan di pasar yang akan
dikeluarkan jika mereka menjual sendiri ke pasar. Beberapa alasan mengapa petani lebih banyak menjual jeruknya dengan
metode ini: tidak ada biaya panen bagi petani
petani aman dari gangguan transportasi, grading dan kehilangan hasil petani memiliki sedikit sekali informasi tentang harga jeruk di kota.
Menjual dengan metode harga per pohon menghindari petani dari akan terjadinya harga yang rendah.
petani dapat menjual dalam volume yang lebih besar bila dibandingkan dengan jual per kg, sehingga menghemat biaya tenaga kerja.
Menjual jeruk per pohon pada saat panen hanya mungkin jika petani dan pedagang cukup saling mengenal. Pedagang harus mempercayai petani
menjaga jeruknya setelah panen pertama dan mempercayai petani tidak mencuri buah jeruk mereka yang masih tersisa di pohon. Para petani lebih
menyukai metode ini karena membawa dan menjual jeruk ke pasar akan merendahkan status sosial mereka.
d. Penjualan per kilogram pada saat panen per kg sale at harvest