Keragaan Jeruk di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini dibahas tentang berbagai studi pustaka yang berkaitan dengan keragaan jeruk di Indonesia, di Provinsi NTT dan di Kabupaten TTS serta studi empiris terdahulu yang berkaitan dengan efisiensi di bidang pertanian dan jeruk keprok SoE. Sumber-sumber data adalah data sekunder. Pembahasan pada keragaan jeruk di Indonesia difokuskan pada aspek luas lahan, produksi, ekspor, impor dan peranannya terhadap perekonomian. Pada keragaan usahatani jeruk di Provinsi NTT dan di Kabupaten TTS dideskripsikan tentang kondisi dan prospek pengembangan jeruk keprok pada usahatani lahan kering dan kekhasan jeruk Keprok SoE. Selanjutnya pembahasan difokuskan pada studi-studi terdahulu di bidang pertanian yang menggunakan pendekatan stokastik frontier. Dari berbagai ulasan studi tersebut ditarik suatu kesimpulan yang dijadikan sumber keputusan dan alasan tentang pentingnya jeruk keprok SoE pada perekonomian masyarakat di NTT, penggunaan pendekatan, metode estimasi dan model fungsi produksi stokastik frontier yang digunakan di dalam penelitian ini.

2.1. Keragaan Jeruk di Indonesia

Indonesia memiliki potensi yang besar untuk memproduksi berbagai jenis produk hortikultura, khususnya buah-buahan tropis. Perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jeruk di Indonesia tahun 2002 - 2008 disajikan pada Tabel 1. Diketahui pula bahwa produksi jeruk Indonesia periode 1995-2001 menurun sebesar 24 yakni dari produksi sebesar 1 004 632 ton pada tahun 1995 menjadi sebesar 691 433 ton pada tahun 2001. Luas panen jeruk Indonesia tahun 1995 adalah sebesar 46 036 ha dan tahun 2001 sebesar 35 367 ha atau menurun sebesar 30.2 dalam periode tahun 1995-2001. Namun setelah terjadinya krisis ekonomi di Indonesia, tren produksi terus meningkat sejalan dengan meningkatnya luas panen. Luas panen jeruk tahun 2003 adalah 69 139 ha dengan produksi 1 529 824 ton dan produktivitas rata-rata 22.13 tonha. Periode waktu tahun 2007-2008, baik luas panen maupun produksi jeruk Indonesia terus menurun. Trend luas panen dan produksi jeruk di Indonesia tahun 1995-2008 tercantum pada Gambar 2. Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Jeruk di Indonesia, Tahun 2002-2008 Perkembangan Tahun 2002 2003 2006 2007 2008 Luas Panen Ha 47 824 69 139 72 390 69 500 63 695 Produksi Ton 968 132 1 529 824 2 565 543 2 625 884 2 322 581 Produktivitas Tonha 20.24 22.13 35.44 37.78 35.44 Sumber: Departemen Pertanian, 2009a. Sumber: Departemen Pertanian, 2009a. Gambar 2. Perkembangan Luas Panen dan Produksi Jeruk di Indonesia, Tahun 1995-2008 46 036 25 210 37 120 35 367 47 824 69 139 72 390 69 500 63 695 1 004 632 449 531 644 052 691 433 968 132 1 529 824 2 565 543 2 625 884 2 322 581 500000 1000000 1500000 2000000 2500000 3000000 1995 1999 2000 2001 2002 2003 2006 2007 2008 L uas P an e n H a dan P r o duk si T o n Tahun Produksi Ton Luas Panen Ha Dari kelompok buah-buahan, komoditas jeruk menempati urutan ke-2 setelah pisang seperti tercantum pada Tabel 2 dan 3. Di sini terlihat bahwa jeruk semakin menjadi komoditas penting di dalam pembangunan pertanian Indonesia, terutama di dalam sistem pertanian hortikultura Indonesia. Tabel 2. Produksi Buah-Buahan Menurut Jenis Tanaman, Tahun 2006-2008 No Komoditas Produksi Rata-rata Produksi 2006 2007 2008 2006-2008 1 Pisang 5 037 472 5 454 226 6 004 615 5 498 771.00 28.6 2 Jeruk 2 565 543 2 625 884 2 467 632 2 553 019.67 13.3 3 Jeruk SiamKeprok 2 479 852 2 551 635 2 391 011 2 474 166.00 12.9 4 Mangga 1 621 997 1 818 619 2 105 085 1 848 567.00 9.6 5 Nenas 1 427 781 1 395 566 1 433 133 1 418 826.67 7.4 6 Salak 861 950 805 879 862 465 843 431.33 4.4 7 Rambutan 801 077 705 823 978 259 828 386.33 4.3 8 Durian 747 848 594 842 682 323 675 004.33 3.5 9 Pepaya 643 451 621 524 717 899 660 958.00 3.4 10 Nangka 683 904 601 929 675 455 653 762.67 3.4 11 Semangka 392 587 350 780 371 498 371 621.67 1.9 12 Alpukat 239 463 201 635 244 215 228 437.67 1.2 13 DukuLangsat 157 655 178 026 158 649 164 776.67 0.9 14 Jambu Biji 19 618 179 474 212 260 137 117.33 0.7 15 Markisa 119 683 106 788 138 027 121 499.33 0.6 16 Jambu Air 128 648 94 015 111 495 111 386.00 0.6 17 Sawo 107 169 101 263 120 649 109 693.67 0.6 18 Sukun 88 339 92 014 113 778 98 043.67 0.5 19 Manggis 72 634 112 722 78 674 88 010.00 0.5 20 Jeruk Besar 85 691 74 249 76 621 78 853.67 0.4 21 Belimbing 70 298 59 984 72 397 67 559.67 0.4 22 Sirsak 84 373 55 798 55 042 65 071.00 0.3 23 Blewah 67 708 57 725 55 991 60 474.67 0.3 24 Melon 5 537 59 815 56 883 40 745.00 0.2 T O T AL 18 510 278 18 900 215 20 184 056 19 198 183.00 100 Sumber: BPS Indonesia, 2009c dan Departemen Pertanian, 2010. Keterangan: : Data penjumlahan jeruk siemkeprok dan jeruk besar : Terhadap Total Rata-Rata Indonesia, Tahun 2006-2008 Pada tahun 2006, produksi jeruk seperti tercantum pada Tabel 3 adalah sebesar 2 565 543 ton. Namun produktivitas jeruk Indonesia baik hasil per ha maupun per pohonnya masih dikategorikan rendah bila dibandingkan dengan produktivitas potensialnya. Tabel 3. Tanaman Menghasilkan, Luas Panen, Hasil per Hektar, Hasil per Pohon dan Produksi Buah-Buahan di Indonesia, Tahun 2006 No Komoditi Tanaman sedang menghasilkan pohonrumpun Luas Panen Ha Hasil per Ha TonHa Hasil per pohon Kgphn Produksi Ton 1 Alpukat 1 562 836 15 629 15 153 239 463 2 Belimbing 776 964 2 590 27 90 70 298 3 DukuLangsat 1 365 465 13 656 12 115 157 655 4 Durian 4 821 083 48 212 16 155 747 848 5 Jambu Biji 2 656 740 8 857 22 74 19 618 6 Jambu Air 1 191 728 11 918 11 108 128 648 7 Jeruk SiamKeprok 26 860 096 67 152 37 92 2 479 852 8 Jeruk Besar 817 076 5 238 16 105 85 691 9 Jeruk 27 677 172 72 390 35 93 2 565 543 10 Mangga 19 550 186 195 503 8 83 1 621 997 11 Manggis 827 431 8 275 9 88 72 634 12 NangkaCempedak 51 13 828 51 137 13 134 683 904 13 Nenas 534 166 551 21 368 67 3 1 427 781 14 Pepaya 8 017 689 8 021 80 80 643451 15 Pisang 94 147 175 94 144 54 54 5 037 472 16 Rambutan 81 82 517 81 824 10 98 801 077 17 Salak 65 472 781 32 736 26 13 861 950 18 Sawo 843 445 8 435 13 127 107 169 19 Maekisa 1 844 093 1 846 65 65 119 683 18 Sirsak 1 214 305 4 047 21 69 84 373 19 Sukun 806 197 8 061 11 110 88 339 20 Melon - 3 189 17 - 5 537 21 Semangka - 31 843 12 - 392 587 22 Blewah - 4 537 15 - 67 708 Total Buah 80 7915 358 800 608 18 510 278 Sumber: Departemen Pertanian, 2007. Keterangan: Data jeruk merupakan penjumlahan antara data jeruk siemkeprok dan jeruk besar Produktivitas jeruk siemkeprok Indonesia dikategorikan masih rendah yakni sebesar 35.44 tonha masih berada di bawah produksi potensial jeruk sebesar 60-65 tonha. Demikian juga produktivitas per pohonnya yang sebsar 92 kgpohon masih berada jauh di bawah produksi potensialnya 250 kgpohon. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, jumlah produksi, luas panen dan produktivitas jeruk menunjukkan suatu tren yang meningkat. Dengan memperhatikan gambaran produktivitas tersebut, maka arah pembangunan hortikultura Indonesia di masa datang adalah peningkatan produksi dengan penyediaan dan pengalokasian input produksi yang lebih efisien. Perlu dicatat bahwa permintaan terhadap jeruk di Indonesia dari tahun ke tahun pasti meningkat sejalan dengan meningkatnya jumlah penduduk, pendapatan, permintaan ekspor dan perubahan selera masyarakat. Dengan demikian, kondisi permintaan dan penawaran jeruk Indonesia di kemudian hari akan merupakan hal penting untuk diperhatikan keseimbangannya. Komoditas jeruk dapat dijumpai di seluruh wilayah Indonesia. Varietas jeruk yang dikembangkan di Indonesia sangat banyak. Varietas yang paling banyak dibudidayakan adalah jenis siem dan keprok. Sampai dengan tahun 2007, tercatat 24 varietas unggul jeruk yang sudah secara resmi dilepas oleh pemerintah Indonesia seperti tercantum padaTabel 4. Sejak terjadinya krisis ekonomi tahun 1997, produksi jeruk nasional mengalami penurunan yang cukup besar. Namun sejak tahun 2000 produksi jeruk kembali terus mengalami peningkatan sejalan dengan semakin berkembangnya areal tanam, meningkatnya konsumsi penduduk per kapita per tahun dan pasar ekspor. Produksi jeruk terbesar disumbangkan oleh jeruk siem disusul jeruk keprok, jeruk manis, grape fruit dan jeruk besar pamelo dengan jumlah produksi seperti tercantum pada Tabel 5. Tabel 4. Varietas Jeruk Unggul yang Telah Dilepas Pemerintah Indonesia No Janis Varietas Asal Tahun 1 Jenis Keprok - Pangkajene merah - Pangkajene putih - Tejakula - Selayar - Siompu - SoE - Garut-1 - Sipirok - Pulau Tengah - Madura - Tejakula - Batu 55 - Terigas Sulsel Sulsel Bali Sulsel Sultra NTT Jabar Sumut Jambi Jatim Jateng Jatim Kalbar 1994 1994 1995 1995 1997 1998 1999 2000 2002 2002 2004 2005 2007 2 Jeruk Manis - Kisar - Manis Taji-01 - Pacitan Maluku Sumbar Jatim 1998 2000 2002 3 Jeruk Siem - Madu - Banjar Sumut Kalsel 1999 1998 4 Jeruk Besar - Cikoneng ST - Bali Merah - Pamelo Raja - Pamelo Ratu - Pamelo Nambangan Jabar Bali Sumbar Jatim Jatim 1999 2000 2000 2000 2000 5 Jeruk Hibrida - Cripta-01 Jambi 2000 Sumber: Departemen Pertanian, 2003; 2009b dan 2010. Tabel 5. Komposisi Produksi Jeruk Indonesia, Tahun 2001, 2006 dan 2008 No Jenis Jeruk Produksi Ton Proporsi 2001 2006 2008 2001 2006 2008 1 Siem 419 216 2 479 852 2 391 011 60.6 97 96.9 2 Keprok 253 687 36.7 3 Jeruk Besar 11 616 85 691 76 621 1.7 3 3.1 4 Manis 6 914 - - 1 - 5 Grape Fruit 968 - - 0.14 - Jumlah 691 433 2 565 543 2 467 632 100 100 100 Sumber: Departemen Pertanian, 2003; 2009b dan 2010. Dalam neraca perdagangan internasional, jeruk merupakan komoditas buah impor yang patut mendapat perhatian, mengingat angka impor jeruk ke Indonesia dalam sembilan tahun terakhir ini terus meningkat. Jumlah impor Indonesia dengan tren kenaikan yang cukup tajam baik dalam bentuk buah segar maupun hasil olahannya yaitu sebesar 36 775 ton pada tahun 1999, meningkat menjadi 59 358 ton pada tahun 2003 dan 96 583.61 ton pada tahun 2006. Pada tahun 2003, volume impor jeruk segar menduduki posisi ke-2 setelah apel Departemen Pertanian, 2005. Sedangkan tahun 2006, jeruk menempati posisi pertama Tabel 6. Tabel 6. Nilai dan Volume Ekspor - Impor Buah-Buahan Indonesia, Tahun 2006 NO KOMODITAS Tahun 2006 Ekspor Impor Nilai US Volume Kg Nilai US Volume Kg 1. Pisang 1 672 617 5 280 641 242 863 151 967 2. Nenas 111 933 603 204 920 547 38 870 40 517 3. Alpukat 8 822 3 518 38 589 21 968 4. Jambu Biji 101 774 131 810 215 887 187 683 5. Mangga 966 652 930 066 621 452 948 145 6. Manggis 3 894 391 5 857 407 42 29 7. Jeruk 419 333 470 763 67 405 027 96 583 609 8. Pepaya 13 860 11 914 31 162 109 549 9 Melon 461 165 217 350 552 961 888 760 10. Buah-buahan Lainnya 10 982 445 27 903 699 183 918 927 263 590 404 Total Buah-buahan 130 454 662 245 727 715 253 065 780 362 522 631 Sumber: Departemen Pertanian, 2007 dan 2008b. Pada tahun 2006, nilai impor jeruk tersebut didominasi oleh jeruk mandarin dari Cina. Nilai impor jeruk mandarin China sebesar US 36 juta atau 54 dari total impor jeruk tahun 2006. Pengurangan tariff impor secara bertahap menunju Free Trade Area FTA ASEAN-China yang disepakati tahun 2005 sudah mulai memunculkan dampak negatif. Nilai impor jeruk mandarin China dari tahun ke tahun terus meningkat. Jika pada tahun 2006 nilai impor jeruk mandarin China hanya sebesar US 36 juta, maka tahun 2007 sudah meningkat menjadi sebesar US 62.9 juta dan tahun 2008 sebesar US 84.7 juta Kompas, 03 Agustus 2009. Pada kuartal I tahun 2009, nilai impor jeruk keprok mandarin China sudah mencapai US 107.3 juta. Kecenderungan volume impor selama tahun 1997-2008 tercantum pada Gambar 3. Dari gambar terlihat bahwa impor jeruk setelah tahun 2000 selalu meningkat. Hal ini menggambarkan adanya kekurangan produksi di dalam memenuhi permintaan domestik Indonesia. Selain itu, Indonesia juga belum memiliki kebijakan aturan khusus untuk membatasi kuota impor dan peredaran jeruk mandarin di pasar lokal Indonesia. Sumber: Departemen Pertanian, 2008b dan FAO, 2010. Gambar 3. Volume Impor Jeruk Indonesia, Tahun 1997-2008 69 848 26 423 36 775 81 611 77 855 79 729 59 358 95 744 93 431 96 584 118 800 143 600 20000 40000 60000 80000 100000 120000 140000 160000 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 V o lu me I mp o r T on Tahun Volume Impor Ton Namun demikian, Jeruk Indonesia juga telah mampu menembus pasar luar negeri ekspor meskipun dalam volume yang relatif kecil. Volume ekspor jeruk Indonesia lebih banyak berupa produk jeruk segar. Pada tahun 2003, volume ekspor jeruk Indonesia mencapai 1 158 ton, dan menurun ke 94 ton pada tahun 2007. Gambaran detil perkembangan ekspor jeruk di Indonesia disajikan pada Tabel 6 di atas dan Gambar 4. Sumber: Departemen Pertanian, 2008b dan FAO, 2010. Gambar 4. Volume Ekspor Jeruk Indonesia, Tahun 1997-2007 Besarnya angka impor jeruk ini sebenarnya cukup memprihatinkan, mengingat potensi produksi jeruk dalam negeri sangat besar. Untuk itu berbagai upaya telah dilaksanakan dalam rangka mengoptimalkan potensi jeruk dalam negeri agar dapat memenuhi kebutuhan di dalam negeri sendiri, baik untuk kebutuhan rumahtangga maupun industri. Modernisasi industri perjerukan nasional melalui suatu penataan rantai pasokan supply chain management, SCM 482 413 1 128 1 590 1 789 1 829 1 158 2 046 1 249 471 94 500 1000 1500 2000 2500 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 V ol u m e E k sp or T on Tahun Volume Ekspor Ton yang terpadu dan komprehensif merupakan langkah strategis yang harus segera dilaksanakan oleh seluruh stakeholder jeruk Indonesia. Kecenderungan menurunnya tren ekspor tahun 2004-2006 diduga karena produksi jeruk dalam negeri lebih diarahkan untuk memenuhi kebutuhan domestik orientasi pasar dalam negeri dibandingkan dengan permintaan internasionalnya. Strategi menerobos pasar ekspor jeruk dengan meningkatkan volumenya sampai kapanpun tetap perlu dilakukan. Hal ini menjadi kebijakan dalam rangka menumbuhkan dan memantapkan semangat agribisnis jeruk dalam negeri. Dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumsi dan produksi serta target ekspor dan impor jeruk, maka telah ditetapkan sasaran produksi dan target pengembangan areal jeruk pada tahun 2010-2025 seperti tercantum pada Tabel 7. Tabel 7. Sasaran Produksi Jeruk untuk Memenuhi Kebutuhan Dalam Negeri, Ekspor dan Pemenuhan Bahan Industri Pengolahan, Tahun 2010-2025 Ton Tahun Produksi Kebutuhan dalam Negeri Bahan Industri Pengolahan Ekspor Impor 2010 2 355 500 1 925 500 96 200 3 000 128 019 2015 2 686 000 2 210 400 110 500 5 000 128 019 2020 3 140 000 2 600 100 130 000 7 000 130 000 2025 3 956 000 3 303 000 165 000 10 000 130 000 Sumber: Departemen Pertanian, 2005. Sasaran yang telah ditentukan tersebut akan dilakukan dengan pola pengembangan kebun jeruk skala besar dikembangkan oleh swasta, dengan luas 100 hektar yang berbentuk hamparan. Pengelolaan usahatani didasarkan pada Standar Prosedur Operasional SPO, yaitu dengan mengaplikasikan inovasi teknologi yang terus berkembang dan memanfaatkan sumberdaya lokal secara berkelanjutan untuk menghasilkan produk yang sehat, aman dikonsumsi, dan secara ekonomi layak diusahakan serta secara sosial diterima masyarakat sekitarnya. SPO itu disusun oleh Dinas Pertanian Dirjen Hortikultura setelah mendapat masukan dari berbagai stakeholder jeruk, termasuk para petani jeruk Departemen Pertanian, 2006. Potensi ekonomi jeruk secara nasional patut diperhitungkan sebagai salah satu sumber pendapatan asli. Kontribusi jeruk terhadap produk domestik bruto PDB sektor pertanian pada tahun 2003 mencapai Rp. 2 339 milyar atau lebih dari 2.3 trilyun rupiah dan pada tahun 2005 meningkat menjadi Rp. 6 129.08 milyar atau lebih dari 6.13 trilyun rupiah. Kondisi ini telah memposisikan jeruk sebagai penyumbang terbesar kedua terhadap PDB setelah pisang Tabel 8. Kontribusi jeruk terhadap perekonomian diharapkan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya usaha peningkatan produksi dan mutu jeruk Indonesia, pengembangan pasar dan industri pengolahan yang berkaitan dengan makananminuman berbahan baku jeruk. Kebijakan program pengembangan agribisnis jeruk di Indonesia saat ini tidak saja diarahkan pada rehabilitasi di lokasi lama tetapi juga pengembangan di lokasi-lokasi harapan baru. Beberapa kebijakan pengembangan agribisnis jeruk: 1 menyusun peta kesesuaian lahan dalam bentuk kolonisasi yaitu kawasan ekonomis yang saling beredekatanberada pada satu alur jalur transportasi dan konsolidasi, 2 menyediakan bibit jeruk bebas penyakit, 3 menerapkan standar prosedur operasional budidaya jeruk, 3 mengawal penerapan teknologi anjuran, 4 menlengkapi infrastruktur agribisnis jeruk, 5 penguatan kelembagaan petani, 6 meningkatkan efisiensi rantai pasokan dan 7 membentuk jaringan informasi. Table 8. Nilai Produk Domestik Bruto Buah-Buahan, Tahun 2005 Milyar Rupiah No Komoditas Nilai PDB Buah-buahan Jumlah TW I TW II TW III TW IV 1. Alpukat 81.67 49.49 41.57 128.77 301.50 2. Belimbing 25.64 3.16 31.54 30.48 90.82 3. Duku 251.60 95.14 78.75 100.97 526.46 4. Durian 883.63 311.51 372.98 795.63 2 363.74 5. Jambu Biji 100.42 65.75 74.34 74.34 314.84 6. Jambu Air 29.71 23.97 45.65 43.80 143.13 7. Jeruk Siam 1 361.46 1 658.71 1 506.69 1 443.08 5 969.94 8. Jeruk Besar 34.78 77.87 24.14 22.36 159.14 9. Mangga 333.27 237.75 969.79 2 127.36 3 668.16 10. Manggis 60.98 28.05 22.06 39.59 150.68 11. Nangka 411.84 407.57 373.05 576.90 1 769.35 12. Nenas 199.87 172.12 373.72 370.12 1 115.83 13. Pepaya 177.46 173.19 147.82 261.74 760.20 14. Pisang 2 322.86 1 945.59 2 259.55 2 659.76 9 187.76 15. Rambutan 705.65 152.16 117.42 487.60 1 462.83 16. Salak 666.61 464.94 345.97 860.75 2 338.27 17. Sawo 48.90 39.40 42.56 40.23 171.09 18. Markisa 55.86 61.37 29.68 27.41 174.32 19. Sirsak 48.41 32.77 50.16 62.12 193.46 20. Sukun 29.84 20.22 31.67 37.05 118.79 21. Melon 9.01 14.79 42.64 19.30 85.74 22. Semangka 40.92 90.69 315.66 113.07 560.34 23. Blewah 6.38 5.69 10.44 45.46 67.97 Total Buah-buahan 7 886.76 6 131.90 7 307.83 10 367.88 31 694.38 Sumber : Departemen Pertanian, 2007 dan 2008b. Jeruk keprok sebenarnya terdiri dari beberapa macam. Jenis King atau dikenal dengan nama King orange yang berasal dari Vietnam. Jeruk ini buahnya besar, berkulit kasar dan mempunyai mutu buah bagus Supriyanto, 2006. Di Indonesia jenis jeruk keprok ini dikenal dengan nama jeruk jepun. Pada perkembangan selanjutnya, jeruk keprok Indonesia diwarnai dengan kehadiran beberapa hybrid jeruk keprok dengan jeruk lainnya terutama dengan jenis jeruk manis Citrus cinensis seperti Murcott, Vreemont, dan jenis hybrid lainnya hasil persilangan. Secara umum, jeruk keprok di Indonesia digolongkan menjadi dua kelompok berdasarkan elevasi tempat tumbuhnya, yaitu jeruk keprok dataran tinggi highland dan dataran rendah lowland Supriyanto, 2006. Jeruk keprok dataran tinggi biasanya tumbuh optimal pada ketinggian sekitar 700-1200 m di atas permukaan laut dpl. Selanjutnya Supriyanto menjelaskan bahwa kulit buah jeruk keprok dataran tinggi biasanya berwarna menarik yaitu orange hingga kemerahan. Jenis jeruk keprok dataran tinggi yang sudah dilepas oleh pemerintah Menteri Pertanian diantaranya adalah jeruk keprok SoE NTT, keprok Garut-1 Jabar, keprok Sipirok Sumut, keprok Tawangmangu Jateng, keprok Maga Sumut dan keprok Gayo NAD. Jeruk keprok dataran rendah tumbuh dan berkembang dengan baik pada ketinggian 0-500 m dpl. Kulit buah berwarna kuning kehijauan hingga orange. Jenis jeruk keprok dataran rendah yang sudah dilepas pemerintah adalah Tejakula Bali, keprok Selayar Sulsel, keprok Siompu Sulteng, keprok Wangkang Kalbar, keprok Pulau Tengah Jambi dan keprok Madura Jatim. Di tingkat petani hampir tidak mengenal pembagian seperti tersebut. Sebagai contoh, jeruk keprok SoE di daerah Timor Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur, jeruk tersebut dibudidayakan petani baik di dataran tinggi maupun dataran rendah yang mendekati elevasi 500 m dpl. Memang dari segi penampilan warna kulit buah, jeruk keprok SoE pada daerah dataran tinggi berwarna kuning keemasan, sedangkan pada daerah dataran rendah didominasi oleh warna kulit kuning kehijauan. Konsumen lebih menyukai yang berwarna kuning keemasan.

2.2. Keragaan Usahatani Jeruk Keprok di Provinsi Nusa Tenggara Timur