Berdasarkan Gambar 13 tersebut diketahui bahwa Pemerintah Kabupaten TTS memiliki rencana jangka menengah untuk kegiatan konservasi tanah dan air
yang diprioritaskan berdasarkan tingkat kekritisan lahan tahun 2009.
2.3.1.3. Jenis Tanah dan Geologi
Jenis Tanah sangat menentukan kemampuan daya dukungnya dalam pembangunan daerah berbasis pertanian. Berdasarkan keadaan batuan litologi
jenis tanah dikelompokkan ke dalam aluvial, grumusol, mediteran merah kuning dan kompleks.
Peta geologi lembar Kupang-Atambua, Timor Rencana Tata Ruang Wialayah Kabupaten-RTRWK TTS menunjukkan bahwa wilayah
Kabupaten TTS memiliki jenis batuan sedimen, beku, vulkanik dan batuan malihan yaitu 1 batuan sedimen terdiri dari batuan gamping, kalisutit, batu pasir,
lanau, serpih dan lempung, 2 batuan beku terdiri dari batuan ultra dan diorit, dan 3 batuan malihan adalah malihan berderajat rendah sampai tinggi dari batu
sabak, filit, seksis, amfibolit dan granolit. Lahan pertanian lahan kering di TTS umumnya bertekstur keras,
sementara kesuburan tanah berdasarkan tingkat ketersediaan unsur N, P, K, dan bahan organik menunjukkan bahwa secara umum tanah di kabupaten TTS
memiliki harkat nitrogen rendah, harkat fosfat tinggi, harkat kalium sangat tinggi dan bahan organik sedang Dinas Pertanian, 2010c. Dilaporkan pula bahwa nilai
PH tanah di Kabupaten TTS cenderung netral untuk 51.4 wilayah diikuti agak masam. Kondisi lainnya, bahwa tanah di Kabupaten TTS tidak terdapat salinitas
tanah. Tekstur tanah di Kabupaten TTS adalah sedang sampai kasar, sehingga diperlukan input teknologi dalam pemanfaatannya.
Adapun kedalaman efektif tanah di wilayah Kabupaten TTS adalah sebagai berikut:
Kedalaman 0 – 30 cm
: 13.30 dari luas wilayah Kedalaman
30- 60 cm : 6.28 dari luas wilayah
Kedalaman 60 -90 cm
: 2.12 dari luas wilayah Kedalaman
di atas 90 cm : 78.30 dari luas wilayah Daerah tertentu dengan endapan unsur hara tinggi memiliki produktivitas
lahan yang tinggi sedangkan pada daerah lain kurang produktif lihat Gambar 13 tentang tingkat kekritisan lahan di TTS. Demikian juga faktor lainnya yang
mempengaruhi penurunan produktivitas lahan adalah topografi, curah hujan, tingkat penyerapan teknologi dan pengetahuan masyarakat TTS.
Topografi wilayah TTS yang berbukit dan bergunung menunjang terjadinya erosi tanah. Jika tidak ditunjangi dengan kegiatan pertanian yang
berbasis konservasi, maka tingkat produktivitas lahan pasti menjadi rendah. Curah hujan dengan intensitas yang tinggi sangat berpengaruh besar pada terjadinya
erosi tanah yang berakibat pada rendahnya kandungan unsur hara dan produktivitas tanah. Demikian juga minimnya penerapan teknologi dan
pengetahuan masyarakat tentang pentingnya unsur hara dalam tanah telah mempengaruhi rendahnya produktivitas tanah pers.com dengan Kabid Bina
Produksi Dinas Pertanian TTS, tanggal 25 Maret 2010.
2.3.1.4. Penggunaan Lahan dan Kondisi Agroklimat