clxii „Oleh Gajahmuhawal segera, diangkat dan kudanya, lalu dibuang segera,
bagaikan dibuang, jatuh barisan kafir, tak sadarkan diri, kudanya lari.‟ Situasi akhir dalam skema aktan XL terjadi ketika Gajahmuhawal tak
sadarkan diri setelah dibanting Bondan Seruti. Pasukan kafir terkejut dan kacau balau. Prajurit kafir menjadi kecil hatinya.
4.1.40 Aktan XL
Situasi awal pada skema aktan XLII dimulai ketika Ambarwati mendapat tugas dari Prabu Bajohran untuk menjaga Rayungwulan. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut. …kang rumeksa arinira sang Prabu wanodya tur ayu endah awasta
Ambarwati Asekti tur mandraguna sang dyah ayu tate nguwisi kardi asring boyong
putri ayu mocot dhasing satriya Dyah Ambara siang-dalu kinen tunggu marang Dewi Rayungwulan amila pitayeng sang aji
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait4-5, hlm. 429-430 „…yang menjaga adik sang raja, wanita elok lagi indah, bernama
Ambarwati. Membujuk
Rayungwulan agar bersedia menikah
dengan Prabu Bajohran
Ø
Ambarwati Rayungwulan
Ø
Rayungwulan 149
clxiii Sakti mandraguna, sang cantik jelita pun menyelesaikan pekerjaan, sering
membawa pulang putri cantik, memenggal kepala ksatria, putri Ambarwati siang malam ditugaskan menjaga, Dewi Rayungwulan, karena diperdaya
sang raja.‟ Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ambarwati
berusaha membujuk Rayungwulan agar bersedia menikah dengan Prabu Bajohran. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Ambarwati turira mring kang raka Retna Angrayungsari lah daweg kakangbok ayu dika dhahar tur kula dipun lila dadi garwaning ing
ratu... Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait ke 6, hlm. 430
„Ambarwati berkata, kepada yang muda Retna Rayungsari, lah ayo kakanda ayu, engkau makan pemberianku, direlakan jadi istri raja...‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Rayungwulan menolak
rayuan Ambarwati menikah dengan Prabu Bajohran. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
…Rayungwulan asugal denira muwus pan dunya sun karya apa amung sedulurmu kapir
Paningsun palaur pejah nadyan mati saiki ngong lakoni wong kapir yayi
yen lampus dadi intip neraka… Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait 7-8, hlm. 430
„…Rayungwulan berkata kasar, untuk apa kekayaan dunia, jika bersuami saudaramu yang kafir.
Aku lebih baik mati, walau mati sekarang pun aku bersedia, orang kafir jika meningga
l dunia, menjadi kerak neraka…‟ Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika usaha Ambarwati
membujuk Rayungwulan agar bersedia menikah dengan Prabu Bajohran gagal. Rayungwulan tetap bersikukuh menolak menikah dengan Prabu Bajohran. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut. 150
clxiv Sang Rayungwulan saurnya aja lara nadyan tumekeng pati iya mangsa
sambata ingsun jamake beboyongan nadyan ana kaboyonga kaya ingsun iyata masa bedaa pasthine anemu sirik
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait 10, hlm. 430-431 „Sang Rayungwulan jawabnya, jangankan sakit walaupun sampai mati, iya
tak akan mengeluh aku, umumnya boyongan, walaupun ada boyongan seperti aku, iya berbeda, pastinya menemukan sirik.‟
Situasi akhir dalam skema aktan XLII terjadi ketika Ambarwati merasa iba mendengar jawaban Rayungwulan. Ia lalu kembali ke istana disertai pelayannya.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Wauta Retna Ambara amiyarsa wuwuse Rayangsasi kalangkung welas
ing kalbu ya endahane apa nulya kondur den uning nulya lan babu wus rawuh ing dalem pura Retna Yu Ambarwati
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait 12, hlm. 431 „Tadi Retna Ambarwati, mendengar kata-kata Rayungwulan, menjadi
kasihan di hati, ya indahnya apa, lalu pulang disertai pelayan, telah datang di dalam istana, Retna cantik Ambarwati.‟
4.1.41 Aktan XLI