cxxix
4.1.27 Aktan XXVII
Situasi awal pada skema aktan XXVII dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta melanjutkan perjalan mencari obat untuk putri Purbaningsih.
Keduanya melewati hutan yang besar dan laut api. Mereka hanya beristirahat ketika sholat. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
…wau Raden Bagus pan anasak wanawasa kang kacipta sih gusti kang dipun galih aleren yen asalat
Yen wus bakda anuli lumaris sampun prapta sagara pawaka atan katawis margane akasasaban kukus data nana kekayon keksi
… Pupuh XXXIV, Pupuh Dhandhanggula, bait ke 8-9, hlm. 367
„…tadi Raden Bagus, akan memasuki hutan besar. dicipta karunia Tuhan, berhenti setiap kali bersholat.
Ketika sehabis sholat perjalanan dilanjutkan, sampai di laut api, tak nampak jalannya, tertutup asap, pepohonan tak dapat dilihat….‟
Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam terkejut melihat seorang begawan yang sedang bertapa di tepi jurang.
Ki Arya Jayangtilam lalu mendekati dan mengucapkan salam. Ia lalu berjabat Mencari obat
untuk Putri Purbaningsih
Begawan Rembuyana
Ki Arya Jayangtilam
Ø Ø
Obat 116
cxxx tangan dan mencium kaki Begawan. Begawan itu lalu memeluk Ki Arya
Jayangtilam. Begawan menerangkan bahwa obat yang dicari bernama minyak Barut. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Aran lenga Barut tan apilih kang marasna mring sang Dyan ing benjang sira dadi jalarane dene kang tuduh iku enggonipun usada jati ana kang
tuduh benjang gone lenga Barut anadene lakunira ngilen bener lampahe usada-jati liwat wana siluman
Pupuh XXXIV, Pupuh Dhandhanggula, bait ke 19, hlm. 370 „Namanya minyak Barut obat itu, yang menyembuhkan sang cantik itu
nanti, engkaulah yang jadi penyebabnya, adapun yang menunjukkan itu nanti, tempatnya minyak barut, barat benar jalannya obat-sejati, melewati
hutan siluman.‟ Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Begawan Rembuyana
memberikan ilmu kesaktian kayu kastuba hidup kepada Ki Arya Jayangtilam. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Enya kaki sira sun gawani pangabaran iya marang sira Kastuba-urip arane akeh sawabe kayu datan kena alum ta kaki seger salawasira dene
oyodipun panguripan ing rewanda babakane panguripe buta mati wite panguripe ula
Erangira pan dadi pangurip buron wana iku putuningwang iya dene gegodhonge pangurip ula banyu sekaripun dadi pangurip marang janma
manungsa iku putuningsun lamun amati kedadak atanapi wong mati kena ing wesi ingusapan waluya
Pupuh XXXIV, Pupuh Dhandhanggula, bait ke 22-23, hlm. 371 „Ini aku berikan, ilmu kesaktian ini kepada engkau, Kastuba-hidup
namanya, banyak khasiatnya kayu ini, pun besarlah, takkan layu selama- lamanya, segar selamanya, penghidupan kera, kulitnya menjadi
penghidupan raksasa mati, batangnya penghidupan ular.
Cabangnya menjadi penghidupan, binatang buruan hutan cucuku, adapun daunnya, penghidupan ular air, bunganya penghidupan, kepada umat
manusia, itu cucuku, tiba-tiba mati mendadak, tetapi orang mati terkena besi, jika diusap hiduplah.‟
Ki Arya Jayangtilam memberikan sembah seraya menerima pemberian
dari Begawan Rembuyana. Hadiah itu di simpannya di dalam cupu. Begawan 117
cxxxi Rembuyana lalu membawa Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta sampai di
negeri orang di barat. Ki Arya Jayangtilam lalu mencium kaki sang Begawan sebagai ucapan terima kasih. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Raden Putra sigra angabekti Ki Marebot tumut atur sembah nulya cinandhak kalihe sigra malumpat asru pan sakedhap kadi wong ngimpi
sabrang kilen wus prapta ngandika sang wiku wis kaki sira meleka Raja Putra mungkemi pada sang yogi sang pandhita ngandika
Gya rinangkul sarya den bisiki raden matur sarwi atur sembah …
Pupuh XXXIV, Pupuh Dhandhanggula, bait ke 25-26, hlm. 372 Raden Putra segera menyembah, Ki abdi ikut memeberikan sembah, lalu
dipeganglah keduanya, segera melompat, sekejab mata bagaikan mimpi, seberang barat telah sampai, berkatalah sang wiku, Sudah bukalah mata
kalian, rajaputra mencium kaki sang pendeta, sang pendeta berkata.
Segera dirangkul dan dibisiki, pangeran berkata seraya memberikan sembah…‟
Tahap kegemilangan dalam transformasi Ki Arya Jayangtilam tidak mencapai tahap kegemilangan walaupun ia berhasil sampai ke negeri orang di
barat. Ki Arya Jayangtilam belum berhasil mendapatkan objek yang di burunya yaitu obat untuk Putri Purbaningsih.
Situasi akhir dalam skema aktan XXVII terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta berhasil mencapai bukit Maryukunda.
Keduanya melanjutkan perjalanan ke barat mencari obat untuk putri Purbaningsih. 118
cxxxii
4.1.28 Aktan XXVIII