Aktan XVIII Skema Aktan dan Struktur Fungsional Cerita Serat Asmarasupi

ciii

4.1.18 Aktan XVIII

Situasi awal pada skema aktan XVIII dimulai ketika Putri Purbaningsih jatuh sakit. Hal itu membuat orang istana menjadi sedih. Tabib, pendeta dan pertapa didatangkan untuk menyembuhkan sang putri namun tak ada satupun yang mampu. Raja pun mengadakan sayembara akan menikahkan Putri Purbaningsih dengan orang yang mampu menyembuhkannya. Sayembara yang dilakukan raja Jinaladi terlihat dalam kutipan berikut. ...apatih wikana iku mring Murkakara digupoh Yen sang putri gerahipun ingsun sayembarakakken puniku ingkang sapa marasena nini putri dadya jatukramanipun kyapatih tur senbah gupoh Ngundhangi kang wadya gung ingkang dadi ganjaran sang Ayu miwah sira sang Prabu ing Mungkabumi Murkakara tampi dhawuh andhandhang wau sang Katong Pupuh XX, Pupuh Gambuh bait 21-23, hlm. 304 „...patih disuruhlah, kepada Murkakara. bahwa putri sakit, aku sayembarakan itu, barang siapa dapat menyembuhkan ananda putri,akan menjadi jodohnya, Patih bergegas memberikan sembah. Sayembara Raja Jinaladi Prajurit, para mantri, demang dan ngabehi Raja Murkakara Ø Ø Putri Purbaningsih 90 civ Memeritahukan kepada masyarakat umum, yang menjadi hadiah sang rupawan, termasuk engkau sang raja di Mukabumi, Murkakara menerima perintah, berdasar imbauan sang raja.‟ Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Raja Murkakara berusaha memenangkan sayembara tersebut. raja Murkakara memanggil semua pasukannya. Ia lalu memerintahkan pasukannya untuk menjaga semua pintu masuk menuju istana kerajaan Sam dan merebut semua obat yang masuk ke Kerajaan Sam. Raja Murkakara ingin hanya ia sendiri yang dapat memberikan obat kepada Putri Purbaningsih. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Pepetana sakehe kang kori aywa aweh wong manjing jro pura tatabana gegawane lamun ana wong wong antuk kang tetamba lawan jejampi nuli sira rebuta yen rosa wong iku sira uwisana pisan usadane den kebat aturna mami ingsun kang ngaturena Pupuh XXII, Pupuh Dhandhanggula bait ke 3, hlm. 305 „Tutuplah semua pintu, jangan ijinkan orang masuk ke dalam istana, periksa yang dibawanya, apabila ada orang membawa, obat dan penyembuh, lebih baik kamu rebut, jika orang itu kuat, kamu bunuh sekalian, obatnya cepat-cepat berikan kepadaku, Akulah yang akan menyampaikan.‟ Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika para mantri, punggawa dan ksatria kafir yang mendapat perintah dari Raja Murkakara mulai melaksanaka tugasnya. Siang malam mereka menjaga pintu gerbang kerajaan Sam. Semua obat yang masuk direbut dan diserahkan kepada Raja Murkakara untuk kemudian diserahkan kepada Putri Purbaningsih. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Riseksana agya nembah mijil mantri punggawa satriya kopar tugur neng lawang enggone pepet tan bisa metu gegawane dipun tatabi ingkang oleh usada ge rinebut purun... Pupuh XXII, Pupuh Dhandhanggula bait ke 5, hlm. 306 „Raksasa segera menyembah keluar, mantri punggawa ksatria kafir, berjaga di pintu tempatnya, ditutup tak bisa keluar, bawaannya diperiksa, yang membawa obat, segera direbutnya...‟ cv Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Raja Murkakara memberikan semua obat hasil rampasan kepada Putri Purbaningsih. Sakit sang putri malah semakin menjadi setelah meminum obat tersebut. Raja Murkakara gagal memenangkan sayembara Raja Jinaladi karena tidak dapat menyembuhkan sakit sang putri. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Neng ngarsane wau sribupati tinambakken ing Sang Putri Ngesam sangsaya dadi sangete... Pupuh XXII, Pupuh Dhandhanggula bait ke 6, hlm. 306 Di hadapan sang raja, di obati Sang Putri Ngesam, semakin menjadi sakitnya...‟ Situasi akhir dalam skema aktan XVIII keadaan Putri Purbaningsih tidak berubah. Semua obat yang diberikan tidak ada yang mampu menyembuhkannya sayembara Raja Jinaladi belum ada yang mampu memenangkannya.

4.1.19 Aktan XIX