clxx
4.1.43 Aktan XLIII
Situasi awal pada skema aktan XLIII dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam memerintahkan Ambarwati untuk menangkap Prabu Bajohran di istana
Paranggibarja. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. ...Jayengtilam angandika manis rum heh yayimas kadangira kang ana
sajroning puri Sira pantes kang nyekela gih sandika ature sang retnadi...
Pupuh XLVIII, Pupuh Pangkur, bait 9-10, hlm. 447 „...Jayangtilam berkata manis dan harum, heh dinda yayimas adikku, yang
ada di dalam istana. Engkau pantas
yang menangkap, iya bersedia sang retna cantik...‟ Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ambarwati bersedia
melaksanakan tugas yang diberikan oleh Ki Arya Jayangtilam Ambarwati lalu kembali ke Kerajaan Paranggibarja menemui kakaknya, Prabu Bajohran.
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Prabu Bajohran menanyakan hasil buruan Ambarwati. Ambarwati pulang dengan tangan hampa.
Ki Arya Jayangtilam
Ø
Ambarwati
Ø
Ki Arya Jayangtilam
Raja Bajohran 157
clxxi Ia justru meminta Prabu Bajohran untuk memeluk agama Islam, bila menolak
maka Ambarwati terpaksa memenggal kepala Prabu Bajohran. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Duh kakang prabu paduka ing saiki sira Selama yekti pan pakone guruningsun lamun tan gelem Islam aku kinen amocoka ing sirahmu
… Pupuh XLVIII, Pupuh Pangkur, bait ke 12, hlm. 448
„Duh kanda prabu paduka, kini jadilah engkau Islam sejati, itu perintah guruku, jika tak mau Islam, aku disuruh memenggal kepalamu
…‟ Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Prabu Bajohran
menolak permintaan Ambarwati memeluk agama Islam. Ambarwati lalu menarik pedang. Prabu Bajohran didekati lalu dipenggal kepalanya. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut. Nulya wau sang retna anarik pedhang kang raka den parpeki anulya
pinedhang jangganira wus pagas Sang Bajobahram ngemasi... Pupuh XLVIII, Pupuh Pangkur, bait ke 12, hlm. 448
„Lalu tadi sang retna menarik pedang, kakaknya didekati, lalu dipedang, lehernya lalu putus, Sang Bajobahram meninggal...‟
Situasi akhir dalam skema aktan XLIII terjadi ketika para istri dan selir
menangis melihat kejadian tersebut. Para prajurit menjadi kacau balau. 158
clxxii
4.1.44 Aktan XLIV