cxxiii Situasi akhir dalam skema aktan XXIV terjadi ketika Ular yang telah mati
tersebut berubah menjadi seorang manusia bernama Wasi Bagena. Wasi Bagena menyusul Ki Arya Jayangtilam untuk berterima kasih karena telah dibebaskan
dari kutukan. Wesi Bagena kemudian memberikan benda sakti berupa cupu manik astagina. Hal tesebut terlihat dalam kutipan berikut.
…sang Wasi Bagena ngasih-asih wacana alon gih kawula nguni batur pangabaran
Pan kawula angger aderbe cecupu manik astagina sektenipun winiraos sapunika sektine kadi kekasang
Barang cipta medal saking jro cecupu lamun den ge wadhah samubarang kawrat sami pan punika katura paduka raden
Pupuh XXX, Pupuh Pocung, bait ke 12-14, hlm. 349 „…Sang Wesi Bagena, perlahan-lahan berkata pelah, hamba semula
pelayan dan memiliki azimat. Akan aku berikan engkau cecupu kantong, manik astagina, kesaktiannya
tak ada bandingan. Barang yang dibayangkan keluar dari dalam cepu, apabila dijadikan
tempatwadah, segala macam benda dapat dimuat, hendak hamba persembahkan kepada raden.
4.1.25 Aktan XXV
Keinginan Ni Kumandang
Ragawati menggoda Ki Arya
Jayangtilam
Kecantikan dan kemolekan tubuh
Ni Kumandang Ragawati
Ni Kumandang Ragawati
Keteguhan hati Ki Arya
Jayangtilam
Ø
Ki Arya Jayangtilam
cxxiv Situasi awal pada skema aktan XXV dimulai ketika Ni Kumandang
Ragawati, penunggu Padang Rumput Ambarwit melihat kedatangan Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta. Ia lalu berniat menggoda mereka agar tergoda
dan menjadi penghuni beringin putih. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Sun godhane wong bagus kang gawe brangti dimene pasaja alali
wismanireki karem ing waringin pethak Pupuh XXXI, Pupuh Maskumambang, bait ke 15, hlm. 352
„Aku goda orang tampan yang membuat timbul birahi, mengaku siapa ia, melupakan tempat tinggalnya, berdiam di beringin putih.„
Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ni Kumandang
Ragawati berseru dengan suara yang manis membujuk agar Ki Arya Jayangtilam bersedia singgah ke beringin putih. Ia menyuguhkan makanan yang lezat dan
minuman untuk melepaskan dahaga. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Gya anguwuh Ni Kumandhang Bagawati angler guladrawa suwaranya
rum cumengkling anguwuhaken mampira Wanti-wanti panguwuhe akon mampir gusti sasaosan pepangan ingkang
adi apan atamba kasatan Pupuh XXXI, Pupuh Maskumambang, bait ke 17-18, hlm. 353
„Segera berseru Ni Kumandhang Ragawati, enak manis, suaranya harum melengking, meminta untuk mampir.
Berkali-kali permintaannya untuk mampir, gusti disuguhkan, makanan yang enak, juga obat dahaga.‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Ni Kumandang Rarawati
keluar dari beringin putih. Ia tak henti-hentinya menggoda agar hati Ki Arya Jayangtilam luluh dan tergoda. Usaha Ni Kumandang Ragawati menggoda Ki
Arya Jayangtilam terlihat dalam kutipan berikut. Pan semana Rahaden dipun pereki mring Retna Kumandhang pan
sarwiden leledheni dhinesek ing payudara Raja Putra sinawang liniling-liling ginanda ing wida sinekaran
surengpati Ki Putra tansah sinawang 111
cxxv Payudara liniga sarwi ngapithing lir maja kencana panunggule inten
bumi kakang kula tingalana Pupuh XXXI, Pupuh Maskumambang, bait ke 32-34, hlm. 355
„Saat itu Rahaden didekatinya, oleh Retna Kumandang, lalu disandarkan tubuhnya, didesak di payudara.
Raja putra dipandanginya dengan seksama, dibubuhi wangi-wangian, dihiasnya dengan bunga yang biasanya dikenakan senapati perang, si putra
masih dipandangnya. payudara ditelanjangkan dan dipeganginya, bagaikan buah maja emas,
segala intan di bumi, kanda aku lihatlah. Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ni Kumandang
Ragawati gagal membuat Ki Arya Jayangtilam tergoda. Semua usahanya gagal karena keteguhan hati sang pangeran. Ia kehabisan akal. Ni Kumandang Ragawati
yang menggoda akhirnya malah tergoda oleh ketampanan Ki Arya Jayangtilam. Ia lalu kembali ke beringin putih dengan perasaan putus asa. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut. Solahira wus angeniting anggodha nora kagodha wekasan kagodha
dhewe nging ta Sang Raja Pinutra kasabet ing asmara Retna Kumandhang glis mumbul wangsul mring kayanganira
Pupuh XXXII, Pupuh Asmaradana, bait pertama, hlm. 356 „Tingkah lakunya telah kehabisan akal, digoda tidak tergoda, malah
tergoda sendiri, kepada Sang Raja Putra, terjerat asmara, Retna Kumandhang segera terbang, kembali ke asalnya.
‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXV terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam
membangunkan Ki Sangubrangta yang pingsan karena terpukau oleh kecantikan Ni Kumandang Ragawati. Ki Sangubrangta menyesal telah mengabaikan
peringatan Ki Arya Jayangtilam. Keduanya lalu melanjutkan perjalanan mencari obat untuk Putri Purbaningsih.
cxxvi
4.1.26 Aktan XXVI