clxiv Sang Rayungwulan saurnya aja lara nadyan tumekeng pati iya mangsa
sambata ingsun jamake beboyongan nadyan ana kaboyonga kaya ingsun iyata masa bedaa pasthine anemu sirik
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait 10, hlm. 430-431 „Sang Rayungwulan jawabnya, jangankan sakit walaupun sampai mati, iya
tak akan mengeluh aku, umumnya boyongan, walaupun ada boyongan seperti aku, iya berbeda, pastinya menemukan sirik.‟
Situasi akhir dalam skema aktan XLII terjadi ketika Ambarwati merasa iba mendengar jawaban Rayungwulan. Ia lalu kembali ke istana disertai pelayannya.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Wauta Retna Ambara amiyarsa wuwuse Rayangsasi kalangkung welas
ing kalbu ya endahane apa nulya kondur den uning nulya lan babu wus rawuh ing dalem pura Retna Yu Ambarwati
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait 12, hlm. 431 „Tadi Retna Ambarwati, mendengar kata-kata Rayungwulan, menjadi
kasihan di hati, ya indahnya apa, lalu pulang disertai pelayan, telah datang di dalam istana, Retna cantik Ambarwati.‟
4.1.41 Aktan XLI
Keinginan Ki Arya Jayangtilam
membebaskan Rayungwulan
Bondan Seruti, ilmu kesaktian Ki Arya
Jayangtilam, cupumanik astagina
Ki Arya Jayangtilam
Ø
Ki Arya Jayangtilam
Rayungwulan 151
clxv Situasi awal pada skema aktan XLI dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam
berencana membebaskan Rayungwulan dari sekapan Raja Bajohran. Ia lalu pergi ke penjara kerajaan Paranggibarja yang berada di belakang keraton bersama Ki
Sangubrangta dan Bondan Seruti. Hal tesebut terlihat dalam kutipan berikut. …sang Narpatanaya muwus dhumateng Raden Bondhan apa sira wus
weruh ing parnahipun gone ika kadangira ingkang kinunjara wesi Raden matur manembah pan kawula inggih dereng udani yen suwawi
sang sinuhun kedhaton ingubengan gya katiga lampahira kadya pandung anjujug ing pepungkuran Raden amiyarsa tangis
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait ke 2-3, hlm. 429 „…sang anak raja berkata, kepada Raden Bondan, apa engkau sudah tahu,
tempat adikmu, yang penjara besi. Raden menjawab menyembah, hamba belum tahu, bila patut sang sinuhun,
keraton dikelilingi, segera ketiga orang berjalan bagaikan pencuri, Yang dituju bagian belakang keraton, Raden
mendengar orang menangis.‟ Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam memerintahkan Bondan Seruti untuk menanyakan kepada Rayungwulan apakah ia ingin dibebaskan atau tidak. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut. Katiga lampahe prapta enggenira wau kunjara-wesi angandika
Rajasunu dhateng Rahaden Bondhan layak iki enggone kadangireku mara nuli paranana yen nyata kadangireki
Banjur siratakona apatresna marang sang raja kapir apa temen datan ayun marang sang ratu kopar lamun tresna apa gawene rinebut lamun
temen datan arsa sun rewangi etoh pati Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait ke 15-16, hlm. 432
Ketiga orang perjalannya sampai, di tempat penjara besi, berkatalah rajaputra, kepada Raden Bondan, pantas ini tempat saudaramu, oleh sebab
itu ke sanalah, jika benar saudaramu. Lalu tanyalah, cintakah kepada raja kafir, apa benar atau tidak, kepada
sang raja kafir, apabila ia mencintai tiada guna direbut, jika benar tidak mencintainya, aku bantu sampai mati.‟
152
clxvi Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam
berusaha mengeluarkan Rayungwulan dari penjara. Ia menggunakan ilmu kesaktiannya untuk menghancurkan tembok penjara. Hal ini terlihat dalam
kutipan berikut. …angandika Narpasunu yayi sira mirea rajaputra amatek kasektenipun
amatek saluku-tunggal pucaking granakang keksi …
Kunjara pinandeng bujad ruji wesi siji tan ana kari yata wau sang Retnayu kunjara wesi sirna ingkang rayi Raden Bondan gya
rinangkul …
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait ke 27 dan 29, hlm. 434-435 „…berkatalah raja putra, yayi agak menjauh, raja putra mengerahkan
kesaktiannya, kakinya dirapatkan, memusatkan pandangan ke ujung hidung.
… Penjara dipandang rusak, jari-jari besi tak ada yang tinggal, yaitu tadi sang
can tik, penjara telah hancur, adiknya Raden Bondan segera dipeluk ….‟
Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam berhasil mengeluarkan Rayungwulan dari dalam penjara. Rayungwulan lalu dimasukkan ke dalam cupu manik. Hal tersebut terlihat dalam
kutipan berikut. Rajaputra nulya dandan Sang Dyah ayu lumebet cupumanik anulya
lumampah sampun …
Pupuh XLIV, Pupuh Pangkur, bait ke 30, hlm. 435 „Raja putra berbenah diri, sang jelita masuk ke cupumanik, lalu kemudian
pergi….‟ Situasi akhir dalam skema aktan XLI terjadi ketika Keempat orang itu lalu
pergi dari kerajaan Paranggibarja. Ki Arya Jayangtilam membangunkan penjaga sembari terbang. Para penjaga yang terbangun baru sadar bila mereka telah
kemasukan mata-mata. Penjaga tersebut lalu melapor ke Raja Bajohran. Setibanya 153
clxvii di tamansari, cupu manik dibuka dengan hati-hati. Rayungwulan lalu keluar dari
cupu tesebut. Ia lalu memeluk Bondan Seruti sambil menangis.
4.1.42 Aktan XLII