cxii
4.1.21 Aktan XXI
Situasi awal pada skema aktan XXI dimulai ketika Seh Binti Bahram mengetahui akan ada seorang pengembara yang akan datang ke pertapaannya.
Pengembara itu tidak lain adalah Ki Arya Jayangtilam. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
...mengko katamuan ingsun satriya alelana apan trahing Ratu Bandaralim bagus bebet kaloka ing jagad trah Wong Agung
Jayengmurti Sang Nata ing Bandariman ingkang putra Sang Prabu Rustamaji
ingkang Rustam nagrenipun yata iku kang putra Kanjeng Sultan ing Kuparman kang karuhun satriya kang badhe prapta kabuyud Sang
Jayengmurti
Pupuh XXV, Pupuh Pangkur bait 19-20, hlm. 322-323 „...nanti aku kedatangan tamu
, ksatria pengembara, keturunan raja
Bandaralim tampan, asal-usulnya mashur di seluruh dunia, keturunan Wong Agung Jayengmurti.
Raja di Bandariman, anak sang Raja Prabu Rustamaji, yang memerintah Negara Rustam, anak kanjeng Sultan Negeri Kaporman saat itu, ksatria
yang akan bertapa, cicit Sang Jayengmurt
i.‟ Keinginan Seh
Binti Bahram menyambut
kedatangan Ki Arya Jayangtilam
Sidik, Japar, Sukelem, Sukeli
dan Prabasmara Seh Binti
Bahram
Ø
Seh Binti Bahram
Ki Arya Jayangtilam
cxiii Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Seh Binti Bahram
memerintahkan Japar dan Sidik untuk menemani Prabasmara memetik buah- buahan dan sayuran serta menangkap beberapa ikan untuk dimasak. Sukelem dan
Sukeli ditugaskan untuk memasak. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Heh rara parekanira Si Sukelem lan Sukeli ekonen ngratengi sekul alan
akaryaa pelas pelas-kara pelas kacang kalawan jagung lawan barongkosa wagal wuni gawenen ngasemi
Pupuh XXV, Pupuh Pangkur bait ke 18 hlm. 322 „Suruh rekan perempuan kalian, si Sukelem dan Sukeli, menanak nasi,
serta memasak pelas, pelas kara pelas kacang dan jagung, dan membrongkos wagal, wuni pakailah untuk mengasamkan.‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta sampai di depan padepokan Seh Binti Bahram. Keduanya
disambut oleh Japar dan Sidik. Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta menghadap Seh Binti Bahram. Ki Arya Jayangtilam ingin menyembah namun
tangannya ditangkap oleh sang pendeta. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Agya kerid sang Wiku nedhaki cumundhuk sang anom arsa nembah cinandhak astane adhuh yayi sampun awotsari nedha sami linggih
binekta mring batur Pupuh XXVI, Pupuh Mijil bait 13, hlm. 326
„Segera sang Pendeta mendekat, mendekati sang muda, hendak menyembah ditangkap tangannya, aduh dinda janganlah menyembah, mari
kita duduk bersama.‟
Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika keinginan Seh Binti Bahram menyambut kedatangan Ki Arya Jayangtilam berhasil. Seh Binti Bahram
cxiv menjamu Raden dengan hidangan beraneka warna. Ia lalu mengajak Ki Arya
Jayangtilam untuk makan bersama. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Payo yayi lah padha abukti kembulan lan ingong Raden nuwun sampun
tanduk age Seh Bindirasa ngencani nenggih Rahaden anglirik solahe sang Wiku
Pupuh XXVI, Pupuh Mijil bait 27, hlm. 328 „Ayo dinda kita makan bersama, aku juga, Raden telah menambah, Seh
Bindirasa menemani makan, Raden melirik, tingkah laku sang pendeta.‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXI terjadi ketika setelah Seh Binti
Bahram dan tamunya selesai makan, makanan diambil dan dibawa kebelakang. Keduanya lalu melaksanakan sholat dhuhur.
cxv
4.1.22 Aktan XXII