cxxxv
4.1.29 Aktan XXIX
Situasi awal pada skema aktan XXIX dimulai ketika perjalanan Ki Arya Jayangtilam sampai ke hutan Barjuk Marapi. Ki Arya Jayangtilam
memperingatkan Ki Sangubrangta agar berhati-hati. Jalannya mereka seperti seorang pencuri. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Rahaden Ki Sangubrangta lampahira prayitna lawan dhikir saengga lampahing pandung tan dangu lampahira Raden Putra lampahira
sampun rawuh prenahing wana agawat angambah Barjuk Marapi Pupuh XXXV, Pupuh Pangkur, bait ke 20, hlm. 377
„Rahaden Ki Sangubrangta jalannya lebih baik dengan dzikir, sehingga jalannya seperti pencuri, tak lama jalannnya, Raden Putra jalannya telah
sampai, di tempat hutan bahaya, masuk Barjuk Marapi.‟ Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika raksasa Barjuk
Marapi keluar dari tempat tinggalnya karena mencium bau harum yang terpancar dari tubuh Ki Arya Jayangtilam. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Mencari obat untuk Putri
Purbaningsih
Ki Sangubrangta Ki Arya
Jayangtilam Raksasa Barjuk
Marapi
Ø
Obat 122
cxxxvi Kawarnaa wau kang rota-danawa mambet ganda awangi nulya samya
medal saking dhedhangkanira sadaya wus prapteng jawi ningali Radyan sadaya nulya mangkrik
Ambarubul denawa kang aneng guwa cacahe winitawis kalihbelah omah kathahe kang denawa jalu-estri kang raksesi angepung Radyan
... Pupuh XXXVI, Pupuh Durma, bait 1-2, hlm. 379
„Keluarlah tadi raksasa yang galak, mencium bau wangi, semua sama- sama keluar, dari tempat tinggalnya, semua telah sampai di luar, melihat
pangeran, semua berteriak. Keluar semua raksasa yang ada di dalam gua, jumlahnya kurang lebih, dua
belas rumah, banyaknya sang raksasa, laki-perempuan yang raksasa, mengepung pangeran...‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika raksasa Hutan Barjuk
Marapi mulai menyerang Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta. Ki Sangubrangta menerima serangan pertama. Sangubrangta berusaha menghindar,
tetapi kurang cepat. Ki Arya Jayangtilam berusaha melerai, namun yang tertangkap hanya betis abdinya. Peperangan Ki Arya Jayangtilam dan Ki
Sangubrangta melawan raksasa Barjuk Merapi terlihat dalam kutipan berikut. Tuna-dungkap lumumpat Ki Sangubrangta amisah Raden Mantri sinaut
pan kena amung wentis kewala Rahaden datan gumingsir ngarsa ing wuntat miwah kanan kering
Sang raseksa cinandhak bahune kena cinangking siji sisih anulya binuwang malesat tiba tebah gya tangi anander malih marang
rahadyan sinaut saking kering Pupuh XXXVI, Pupuh Durma, bait 16-17, hlm. 382
„Kurang cekatan melompat Ki Sangubrangta, dipisah Raden Mantri, disaut tak kena, hanya betis saja, Raden tidak mundur, dikepung di belakang,
juga kanan kiri. Sang raksasa ditangkap dibahu kena, dipegang satu disebelah, lalu
dibuang, melesat jatuh jauh, segera bangkit kembali, menuju Rahaden, disambar dari kiri.‟
Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta berhasil mengalahkan raksasa
Barjuk Marapi. Raksasa Barjuk Marapi banyak yang tewas. Ada yang 123
cxxxvii lambungnya pecah, ada yang terkoyak di punggung dan ada yang patah bahunya.
Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Kang saweneh ana kang lambunge pokah ana dhowak kang gigir weneh
bau sempal ana endhase pecah ana suku tigas pancing kena ing pedhang tumpes ingkang raseksi
Pupuh XXXVI, Pupuh Durma, bait 22, hlm. 383 „Yang lainnya ada yang lambungya pecah, ada yang terkoyak punggung,
lainnya bahu patah, ada kepalanya pecah, ada kaki putus, terbabat pedang, tumpas semua raksasa.‟
Tahap kegemilangan tidak terjadi dalam skema aktan XXIX karena Ki
Arya Jayangtilam belum berhasil mendapatkan object walaupun ia telah berhasil mengalahkan opposant. Hal tersebut terjadi karena Ki Arya Jayangtilam belum
berhasil mendapatkan yang di cari yaitu obat untuk Putri Purbaningsih. Situasi akhir dalam skema aktan XXIX terjadi ketika ada rasa penyesalan
di hati Ki Arya Jayangtilam karena telah membunuh raksasa Hutan Barjuk Marapi. Ki Arya Jayangtilam melanjutkan perjalanan dengan cepat mewaspadai
serangan dari raksasa lain yang ingin membalas dendam. 124
cxxxviii
4.1.30 Aktan XXX