cxli Apan  maksih  rineksa  Hyang  Widhi keh badhama  kalawan  bebalang  tan
tumeka sarirane... Pupuh XXXVII, Pupuh Dhandhanggula, bait ke 13-14, hlm. 389-390
„…Kalahojas  menarik  bedhama,  Raden  hendak  dibunuhnya  segera,  di pukul  bertubi-tubi,  Raden  Putra  tidak  terluka  sedikit  pun,  Kalahojas  saat
itu,  dengan  ketiga  orang  adiknya  menyerang,  dengan  bedama  dan  batu karang, bermacam-
macam polahnya.‟ Tetapi masih di jaga Yang Mahatahu, segala bedama dan senjata, tak dapat
dapat mengenai.‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXX terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam
dan  Ki  Sangubrangta  diikat  di  pohon.  Ki  Arya  Jayangtilam  diikat  di  pohon siwalan sedangkan Ki Sangubrangta di pohon bambu. Mayat-mayat raksasa yang
mati ditimbun di depan Ki Arya Jayangtilam dan abdinya agar menimbulkan bau busuk  yang  menyengat.  Kalahojas,  Kalapradiyu  dan  Kalaprahara  lalu  masuk  ke
dalam gua untuk merayakan kemenangan mereka.
4.1.31 Aktan XXXI
Suara tangisan Ki Sangubrangta
Ø
Bondan Seruti Kalahojas,
Kalapradiyu dan Kalaprahara
Bondan Seruti Ki Arya
Jayangtilam dan Ki Sangubrangta
cxlii Situasi awal pada skema aktan XXXI dimulai ketika Bondan Seruti sedang
melakukan  tapa  di  atas  pohon  siwalan.  Bondan  Seruti  adalah  seekor  kera  putih yang  senang  bertapa.  Ia  berperawakan  besar.  Tingginya  melebihi  orang
kebanyakan.  Bondan Seruti mendengar tangisan  Ki Sangubrangta  yang terikat di pohon bambu saat sedang bertapa di puncak pohon siwalan. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut. ...Sang  Raja  Putra  miyarsa  yen  ana  wong  nangis  bae  tangise
anguruhara  kang  sinambat  gustinya  rewanda  sigra  tumurun  saking pucaking siwalan
Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 5, hlm. 398-399 „...Sang  Raja  Putra  mendengar,  bila ada orang  menangis  terus, tangisnya
sesengukan,  yang  meminta  tolong  majikannya,  kera  segera  turun,  dari puncak pohon siwalan.‟
Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika kecakapan Bondan Seruti  turun  dari  puncak  pohon  dan  melihat  Ki  Arya  Jayangtilam  yang  sedang
terikat.  Hatinya  merasa  pedih.  Bondan  Seruti  melepaskan  Ki  Arya  Jayangtilam dan Ki Sangubrangta dari ikatannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Tanantara  den  uculi  marang  sang  rewanda  pethak  tinatasan  tetaline panjalin  kalawan  ebas  sampun  ucul  sadaya  sakathahe  ingkang  tangsul
wus luwar sagung pusara
Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 7, hlm. 399 „Tak lama dilepaskan, oleh sang kera putih, diputuskan talinya, rotan dan
ebas, telah lepas semuanya, banyaknya talinya, telah lepas dari semua tali.‟ Tahap  utama  dalam  transformasi  terjadi  ketika  Kalahojas  adiknya  ingin
melihat  keadaan  Ki  Arya  Jayangtilam  dan  Ki  Sangubrangta.  Mereka  terkejut melihat Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta telah dibebaskan oleh Bondan
cxliii Seruti. Para raksasa tersebut lalu menyerang Bondan Seruti. Pertempuran Bondan
Seruti melawan para raksasa terlihat dalam kutipan berikut. Kalahojas  nander  aglis  anulya  wau  cinandhak  rewanda  langkung
rosane  kang  wenara  langkung  rosa  udreg-udregan  uwal  rewanda tinubruk jumbul rahaden suka tumingal
Dangu-dangu dipun jenggit dhadhanipun ingidegan Kalapradiyu ge-age anander nuli cinandhak marang rewanda pethak pan cinekel githokipun
gigire wus ingindegan Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 15-16, hlm. 401
„Kalahojas segera menyambar, lawan tadi dipegang, kera putih lebih gesit, yang  lawan  lebih  gesit,  terjadilah  pergulatan  seru,  kera  putih  diterkam
menghindar, Rahaden suka melihat. lama-kelamaan  ditangkap,  dadanya  diinjak,  Kalapradiyu  segera,  tetapi
dapat  ditangkap,  oleh  kera  putih,  dipegang  di  tengkuknya,  punggungnya telah diinjak.‟
Tahap  kegemilangan  dalam  transformasi  terjadi  ketika  Bondan  Seruti berhasil  mengalahkan  Kalahojas,  Kalapradiyu  dan  Kalaprahara.  Ketiganya  lalu
diikat  dengan  rotan  dan  tangkai  daun  ibas  oleh  Ki  Sangubrangta.  Ki  Arya Jayangtilam  kembali  semua  senjata  yang  telah  di  ambil  oleh  ketiga  raksasa
tersebut.  Ki  Sangubrangta  diminta  majikannya  untuk  mengikuti  Kalahojas mengambil  kembali  semua  senjata  yang  telas  dirampas.  Hal  tersebut  terlihat
dalam kutipan berikut. Kalahojas  den  takeni  marang  Sang  Narpatenaya  endi  duwekingsun
kabeh  keris  pedhang  lawan  panah  cundrik  lan  encisingwang  sang Kalahojas matur gusti wonten ing jro guwa
Angandika  Raden  Mantrilah  marasira  jupuka  sang  ditya  inggih  ature lahta mara Sangubrangta tut wuriya sang ditya aja sumelang sireku den
ngandel marang Hyang Suksma Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 19-20, hlm. 401-402
„Kalahojas  pun  ditanya,  oleh  anak  raja,  di  mana  milikku  semua,  keris pedang  dan  panah,  senderik  dan  cis  milikku,  sang  Kalahojas  berkata,
tuanku ada di dalam gua. 130
cxliv Berkatalah  Raden  Mantri,  lah  engkau  ambillah,  raksasa  mengatakan  ya,
berkata  kepada  Sangubrangta,  ikuti  dari  belakang  raksasa  itu,  engkau  tak usah khawatir, percayalah
kepada Tuhan.‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXXI terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam
mengangkat  Bondan  Seruti  sebagai  adiknya  sebagai  ucapan  terimakasih  telah menolong dirinya dari sekapan Kalahojas.
4.1.32 Aktan XXXII