cxlvi
4.1.33 Aktan XXXIII
Situasi awal pada skema aktan XXXIII dimulai ketika Bondan Seruti memiliki keinginan untuk mengadu kesaktian dengan Ki Arya Jayangtilam. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Kagungan tuwan jemparing pinten kathahe sadaya Rahaden alon
wuwuse yayi kalihwelas somah matur rewanda pethak kawula sampeyan wuruk paregele wong memanah
Kawula inggih ngladosi angaturi gegujengan sampeyan kang wonten kilen kawula kang wonten wetan sami panah-pinanah paduka ingkang
memuruk kawula kang lekas manah Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 34-35, hlm. 405
„Mempunyai tuan anak panah, berapa banykanya semua, Rahaden pelan berkata, dinda dua belas rumah, berkata kera putih, aku engkau
mengajarkan, keahlian memanah. Aku iya bersedia, memberikan berguarau, engkau yang berada di barat,
aku yang berada di timur, saling memanah, paduka yang mengajarkan, aku yang segera memanah.‟
Keinginan Bondan Seruti untuk
mengadu kesaktian dengan Ki Arya
Jayangtilam
Anak panah Bondan Seruti
Kesaktian Ki Arya
Jayangtilam
Ø
Ki Arya Jayangtilam
133
cxlvii Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam bersedia memenuhi keinginan Bondan Seruti beradu ketangkasan memanah. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Angandika sang Apekik lah yayi sakarsanira nulya sanjata pinaro Raden Putra angandika mara yayi manaha atiruwa solahingsun
rewanda nyandhak gandhewa Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 36, hlm. 405
„Berkata sang bagus, lah dinda sekehendakmu, lalu senjata dibagi dua, Raden Putra berkata, ayo dinda panahlah, ikutlah tingkah lakuku, kera
memegang busur.‟ Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Bondan Seruti memulai adu
kesaktian. Ia mendapatkan kesempatan pertama memanah. Sasarannya adalah Ki Arya Jayangtilam, namun hingga anak panahnya habis Bondan Seruti gagal
mengenai sasarannya. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Raden Putra Jinemparing atebah pambalapira kadya parenjak tinajen
tandange raja pinutra panah lir pacar-wutah Rahaden ameksa luput sampun telas sanjatanya
Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 37, hlm. 405 „Raden Putra di panah, jauh jalannya, seperti prejak bertaji, tindakannya
putra raja, panah seperti pacar tumpah, Rahaden selalu luput, telah habis anak panahnya.‟
Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika usaha Bondan
Seruti memanah Ki Arya Jayangtilam gagal. Ki Arya Jayangtilam yang mendapat giliran memanah berhasil mengenai Bondan Seruti. Tubuh Bondan Seruti
tertembus anak panah di dadanya. Kera putih itu lalu mati. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Akebat rewanda putih kadya pranjak tinajenan sangking wasise Rahaden saksana panah lumepas kena rewanda pethak jajanira inggih
terus sang rewanda kapisanan Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 37, hlm. 405
cxlviii „Menghindar kera putih, seperti prenjak bertaji, karena ketangkasan
Rahaden, segera panah dilepas, kena kera putih, dadanya iya terus, sang kera mati.
‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXXIII terjadi ketika Bondan Seruti yang
telah mati hidup kembali dan berubah wujud menjadi manusia. Ia lalu menyusul Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta yang telah melanjutkan perjalannya.
4.1.34 Aktan XXXIV