lxxxiv
4.1.12 Aktan XII
Situasi awal pada skema aktan XII dimulai ketika Panembahan Adirasa menceritakan tentang keadaan Ambarullah kepada Ki Arya Jayangtilam.
Ambarullah adalah putri kedua Panembahan Adirasa. Kecantikan Ambarullah membuat Raja Gendara dan Raja Gendari ingin memperistrinya. Ambarullah yang
tidak ingin memiliki suami seorang kafir menolak kedua lamaran tersebut. Raja Gendara dan Raja Gendari merasa sakit hati karena lamarannya ditolak kemudian
menyerang negeri Baghdad. Negeri Baghdad kalah dan Ambarullah dijadikan tawanan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
…Arinta wus diwasa kang wanodya iku nulya ana duta prapta ratu kapir anglamar arinireki prakosa sugih bala
Ratu kembar karo dibya sakti ingkang sepuh Ratu Gendara Johanpirman Nagarane ingkang anom puniku ajejuluk Raja Gendari kuthane
Baratsira kalih ratu agung sun tampik genira nglamar arinira tan arsa krama wong kapir iku atine lara
Ratu roro apan iku nuli angrabaseng Negara Bagedad kerig kabeh sabalane
… Pupuh X, Pupuh Dhandhanggula, bait 23-25, hlm. 248-249
Keinginan membebaskan
Ambarullah
Ki Arya Jayangtilam, Arya
Darundana, ilmu Sepi Lesus,
cupumanik astagina Ki Sangubrangta
Tembok penjara Baratsirat
Panembahan Adirasa
Ambarullah 71
lxxxv „…Adikmu telah dewasa, yang perempuan itu, kemudian datanglah duta,
raja kafir hendak melamar adikmu, perkasa banyak tentaranya. Raja itu kembar luar bisaa sakti, yang tua Raja Gendara. Johanpirman
negaranya, yang muda itu, bergelar Raja Gendari, kotanya Baratsirat, kedua raja besar itu, aku tolak lamarannya, adikmu tak hendak beristri
orang kafir, itu sakit hatinya. Kedua raja itu kemudian, menyerang Negeri Baghdad, dikerahkan semua
pasukan …‟
Ki Arya Jayangtilam marah mendengar cerita Panembahan Adirasa. Ia bertekad untuk beradu perang melawan Raja Johanpirman dan merebut kembali
Ambarullah dari tangan musuh. Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam berangkat ke Baratsirat bersama Ki Sangubrangta dan Arya Darundana. Sesampainya di penjara Baratsirat, Ki Arya Jayangtilam
memerintahkan Arya Darundana untuk menanyakan kehendak Ambarullah, ingin diselamatkan atau tidak. Arya Darundana kembali ke tempat Ki Arya Jayangtilam
bersembunyi setelah mendapatkan jawaban Ambarullah. Ki Arya Jayangtilam meminta agar Arya Darundana membawa Ki Sangubrangta. Hal tersebut terlihat
dalam kutipan berikut. …Rahaden Darundana glis
Marang gene Raja-sunu matur sasolahireki ing purwa tekeng wekasan gumujeng sang Raja pekik si Sangubrangta kewala lah yayi gawanen
bali
Pupuh XII, Pupuh Kinanthi, bait 10-11, hlm. 257 „…Raden Darundana segera pergi.
Ke tempat pangeran berada, disampaikan pesan kakaknya, dari permulaan sampai akhir, tertawalah sang anak raja, si Sangubrangta saja, dinda
bawa saja kembali.‟ 72
lxxxvi Ki Sangubrangta dan Arya Darundana lalu kembali ke penjara dengan
membawa cupumanik astagina pemberian Ki Arya Jayangtilam. Ki Sangubrangta berjalan dengan kaki yang sengaja dibengkokkan.
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Arya Darundana dan Ki Sangubrangta pergi ke tempat Ambarullah ditawan. Ki Sangubrangta kemudian
mengerahkan ilmu kesaktian ajaran Ki Amad Mukim yaitu ilmu sepi lesus. penjara yang terbuat dari besi itu pun menjadi porak-poranda. Ambarullah
akhirnya berhasil diselamatkan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. …tandha yektine ing mangkin yen antuk sawabing bapa ing Pakundhen
Singagati Matak aji sepi lesus wuruke Ki Amadmukim embane Sang Dewi Rara
satuhu sepening ejin kunjara pinandeng bejad ruji wesi rontang-ranting
Pupuh XII, Pupuh Kinanthi, bait 21-22, hlm. 259-260 „…sebagai tanda bukti, bila mendapat restu ayahnya, di tempat kerja ahli
benda tanah Singagati dikerahkan ilmu kesaktian sepi lesus, ajaran Ki Amadmukim, pengasuh
Sang Dewi Rara, benar-benar ilmu kesaktian sepi jin, penjara dipandangan, jari-jari besi berantakan porak-
poranda. „ Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ki Sangubrangta
berhasil membebaskan Ambarullah. Ambarullah yang sebelumnya memandang remeh Ki Sangubrangta kemudian buru-buru ingin menyungkemi kaki Ki
Sangubrangta namun ditolaknya. Ambarullah kemudian di masukkan ke dalam cupumanik pemberian Ki Arya Jayangtilam. Hal itu Nampak dalam kuitipan
berikut. Kenthole alon semaur saderengipun sang Putri balikta nunten manjinga
ing ngriki cecupu manik sang Retna dulu wewadhah punapa sedheng kiyai
… Sadaya sampun kawengku sang Retna nauri inggih kang cupumanik wus
menga merem sang Retna wus manjing …
lxxxvii Pupuh XII, Pupuh Kinanthi, bait 25 dan 28, hlm. 260
„kenthol berkata dengan pelan, sebelumnya sang Putri, sebaliknya segera masuklah, ke dalam cupu manik, sang Retna memandang tempat itu,
apakah ini cukup.
… Semua sudah dijawab, sang retna menjawab iya, cupumanik telah terbuka,
mem ejamkan mata sang Retna telah masuk …‟
Situasi akhir dalam skema aktan XII terjadi ketika Arya Darundana dan Ki
Sangubrangta kembali ke tempat persembuyian Ki Arya Jayangtilam. Mereka bertiga kemudian melesat terbang kembali ke negeri Baghdad. Mereka bertemu
dengan Ki Patih Semadi yang sedang merencanakan penyerangan ke kerajaan Johanpirman. Ki Arya Jayangtilam memerintahkan Arya Darudana dan Ki
Sangubrangta mengantarkan Ambarullah ke tempat Panembahan Adirasa. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Lampahira gal-enggalan Raden Darundana lan Sangubrangti pan sampun prapta ing gunung ngarsane sang Pandhita ponang cupumanik
antagina katur marang sang Pandhita-raja sigra dennya angungkabi Retna Ambarullah medal anungkemi ing pada sarwi nangis kang ibu
angrangkul gupuh wau Dyan Darundana matur solah ing purwa wekasipun sudibyanira kang raka suka ngungun sang ayogi
Pupuh XIII, Pupuh Pangkur, bait 18-19, hlm. 265 „Jalannya cepat-cepat, Raden Darundana dan Sangubrangta, telah tiba di
bukit, di hadapan sang pendeta, cupumanik astagina di berikan, kepada sang pendeta raja, dengan.segera cepu dibuka.
Retna Ambarullah keluar, bersujud mencium kaki pendeta sambil menangis, ibundanya tergopoh-gopoh memeluk, Dyan Darundana, berkata
dengan hormat mulai dari permulaan hingga akhir, kemampuan kakaknya,
membuat heran sang yogi.‟ 74
lxxxviii
4.1.13 Aktan XIII