cxliv Berkatalah  Raden  Mantri,  lah  engkau  ambillah,  raksasa  mengatakan  ya,
berkata  kepada  Sangubrangta,  ikuti  dari  belakang  raksasa  itu,  engkau  tak usah khawatir, percayalah
kepada Tuhan.‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXXI terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam
mengangkat  Bondan  Seruti  sebagai  adiknya  sebagai  ucapan  terimakasih  telah menolong dirinya dari sekapan Kalahojas.
4.1.32 Aktan XXXII
Situasi awal pada skema aktan XXXII dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam ingin  menghidupkan  kembali  para  raksasa  Barjuk  Marapi  yang  telah  mati.  Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Arsa sun tambani yayi sakehe buta kang pejah yen pareng jinodhokake
pan  ingsun  darbe  usada  menawa  kabeneran  kastuba  wastane  iku  kayu paweweh wong tapa
Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 28, hlm. 403 „Akan  aku  sembuhkan  dinda,  banyaknya  raksasa  yang  mati,  bila  boleh
dijodohkan, akan aku beri obat, jika kebetulan, kastuba namanya itu, kayu pemberian o
rang tapa.‟ Keinginan Ki Arya
Jayangtilam menghidupkan
kembali raksasa yang telah mati
Kayu kastuba Ki Arya
Jayangtilam
Ø
Raksasa hutan Barjuk Marapi
Raksasa-raksasa yang telah mati
cxlv Tahap  uji  kecakapan  dalam  transformasi  terjadi  ketika  Ki  Arya
Jayangtilam  mengeluarkan  kayu  kastuba  hidup  dari  dalam  cupumanik.  Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Nulya wau sang Apekik angambil kayu kastuba ingkang amawa sawabe winadhahan  astagina  babakane  den  alap  nulya  tinambakan  gupuh
marang sang Raja-pinutra Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 30, hlm. 404
„Lalu  tadi  sang  bagus,  mengambil  kayu  kastuba,  yang  memiliki  daya sembuh, ditempatkan astagina, diambil kulitnya, lalu disembuhkan segera,
oleh sang putra raja.‟ Tahap  utama  dalam  transformasi  terjadi  ketika  Ki  Arya  Jayangtilam
menyemburkan kulit kayu kastuba ke tubuh para raksasa yang telah tewas. Tahap  kegemilangan  dalam  transformasi  terjadi  ketika  para  raksasa  yang
telah tewas berhasil dihidupkan kembali oleh Ki Arya Jayangtilam menggunankan kulit  kayu  kastuba  pemberian  Begawan  Rembuyana.  Hal  tersebut  terlihat  dalam
kutipan berikut. Nulya  sinemburan  aglis  sakehe  buta  kang  pejah  nulya  urip  sadayane
pan  sadaya  sampun  gesang  nulya  samya  tumingal  yen  Raden  Putra alungguh kalawan rewanda pethak
Pupuh XXXIX, Pupuh Asmaradana, bait ke 31, hlm. 404 „Lalu  disemburkan  segera,  banyaknya  raksasa  yang  mati,  lalu  hidup
semuanya,  dan  semua  telah  hidup,  lalu  saling  melihat,  bila  raden  putra duduk, dengan kera putih.‟
Situasi  akhir  dalam  skema  aktan  XXXII  terjadi  ketika  para  raksasa  yang telah  hidup  kembali  ketakutan  melihat  Ki  Arya  Jayangtilam  duduk  bersama
Bondan Seruti. 132
cxlvi
4.1.33 Aktan XXXIII