cxv
4.1.22 Aktan XXII
Situasi awal pada skema aktan XXII dimulai ketika Seh Binti Bahram memiliki keinginan menikahkan Prabasmara dengan Ki Arya Jayangtilam. Hal
tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Lagya anglamapahi papa pan ingutus ing grunira nenggih iki rara
ciptaningsun muga Allah marengna iya yayi dadiya jatukramamu karane sira sok mothah akramaa santri adi
Yen sira bangun turuta pasthi untuk kakung bagus sinekti kang darbe darah dibya nung malah lelana jagad Menak Jayengmurti pan digdaya
punjul prajurit ing jaman kuna kang mijiulken sinekti Pupuh XXV, Pupuh Pangkur bait 21-22, hlm. 323
„Sedang tertimpa kesengsaraan, melaksanakan perintah gurunya, ini perawan angan-anganku, semoga Allah mengijinkan, iya adik jadilah
jodohmu, bukankah engkau sering merengek, menikah dengan santri baik. Bila kamu menurut, pasti dapat lelaki tampan sakti, yang berdarah mashur
tak ada tandingannya, malah menjelajah bumi, Menak Jayengmurti di medan laga tak ada tandingannya, prajurit di jaman dahulu, menurunkan
keturunan sakti.‟ Keinginan Seh
Binti Bahram menikahkan Ki
Arya Jayangtilam dan Prabasmara
Ø
Seh Binti Bahram
Ø
Seh Binti Bahram
Ki Arya Jayangtilam
cxvi Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Seh Binti Bahram
menyambut kedatangan Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta di padepokan miliknya. Ia meminta bantuan kepada Prabasmara dan para abdinya untuk
mempersiapkan penyambutan. Prabasmara, Sidik dan Japar mendapat tugas memetik buah dan sayur dan menangkap ikan. Sukelem dan Sukeli ditugasakan
untuk memasak. Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Seh Binti Bahram dan Ki
Arya Jayangtilam telah selesai melaksanakan sholat dhuhur, mereka berdua lalu pergi ke serambi. Seh Binti Bahram lalu mengutarakan keinginanya kepada Ki
Arya Jayangtilam. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. Iya yayi bener ing lakumu iku aywa dadi tyasireki tetakona karsanipun
ingong njaluk sukanireki akrama ariningong Prabasmara karyanen juru panutu aywa walangati iya panuwus
pandaraningsun ingsun jakadaken yayi satriya lelana andon Ingsun titip daging sakret mring sireku kalbu tan kewran sang Pekik
matur pada sarwi wotsantun mangsa borongan sang Yogi kawula nglanggana pakon
Pupuh XXVII, Pupuh Megatruh bait 5-7, hlm. 330-331 „Iya benar katamu itu, jangan jadi sakit hati, bertanya keinginanku, aku
meminta engkau, mengawini adikku. Prabasmara jadikan juru setrika, janganlah khawatir iya, minta yang
bukan-bukan, menjadi janji di dalam hatiku, aku hendak memberikan adikku, kepada ksatria yang mengembara.
Aku menitipkan daging seiris kepadamu, hati tak memberatkan sang bagus, berkata sambil sangat santun, hamba terserah kepada tuan.‟
Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam bersedia memenuhi permintaan Seh Binti Bahram menikah dengan Prabasmara. Keinginan Seh Binti Bahram menikahkan adiknya dengan Ki Arya
Jayangtilam berhasil. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut. 103
cxvii …kalbu tan kewran sang Pekik matur sarwi wotsantun mangsa boronga
sang Yogi kawula nglanggana pakon Inggih dherek sakarsane sang ngahulun sang Pandhita mesem
angling… Pupuh XXVII, Pupuh Megatruh bait 7-8, hlm. 331
„…hati tak keberatan sang bagus berkata sambil menyembah, masa bodoh sang Pendeta, hamba menuruti perintah.
Iya ikut kehendak tuan, sang pendeta tersenyum berkata…‟ Situasi akhir dalam skema aktan XXII terjadi ketika Seh Binti Bahram
mengadakan pesta setelah menikahkan Ki Arya Jayangtilam dengan Prabasmara. Ki Sangubrangta, Sidk dan Japar makan dengan lahapnya. Hidangan yang
disediakan habis tak bersisa.
4.1.23 Aktan XXIII