cxxi
4.1.24 Aktan XXIV
Situasi awal pada skema aktan XXIV dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta berhasil sampai di Kubur Mararah. Mereka melanjutkan
perjalanan mencari obat untuk Putri Purbaningsih. Jalannya lurus ke barat. Mereka melalui jalan yang belum pernah di lewati oleh manusia. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan berikut. Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam dan Ki Sangubrangta di hadang oleh seekor ular jantan. Ular tersebut datang karena mencium bau manusia. Ki Sangubrangta ketakutan melihat ular
jantan tersebut. Ular jantan tersebut kemudian menyerang Ki Arya Jayangtilam. Ki Arya Jayangtilam yang waspada mampu menghindar dari serangan ular
tersebut. Pertempuran Ki Arya Jayangtilam dan ular jantan tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Mencari obat untuk Putri
Purbaningsih
Senjata panah Ki Arya
Jayangtilam Wasi Begena
Ø
Obat 108
cxxii Nulya nander taksaka mring narpapura prayitna sang apekik sinembur
ing wisa swaranipun kamrampyang arsa anut ing sang Pekik raden ayitna teksaka angebyuki
Wus pinulet kemput sliranya rahadyan wau datan gumingsir sinemburan wisa Rahaden datan pasha teksaka cinandhak aglis agya binuwang
malesat tiba tebih Saya medeg teksaka ing tandangira solahe gegilani sisike anasak
suwarane kumrangsang netrane lir surya ngalih …
Pupuh XXIX, Pupuh Durma, bait ke 33-35, hlm. 345-356 „Kemudian ular menyambar sang raja putra, waspadalah sang ksatria,
disembur bisa, suaranya bising, hendak menggigit sang ksatria, pangeran telah bersiap, ular menyerang.
Telah dibelitnya seluruh tubuh rahaden, tadi tanpa bergerak, disembur bisa, raden tak terluka, ular segera ditangkap, segera dibuang melesat jatuh
ditempat yang jauh. Semakin menjadi-jadi ular serangannya, gerakannya menakutkan, sisiknya
bagaikan senjata, suaranya kumrangsang, matanya bagaikan matahari pindah…‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya Jayangtilam berhasil mengalahkan ular jantan menggunakan anak panah pemberian Seh Binti
Bahram. Ki Sangubrangta senang melihat kemenangan majikannya. Ulahnya bagaikan orang gila. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Menthang langkap sigra sang Narpatenaya sanjatane pinusthi lir pendah Arjuna tandange narpaputra teksaka anander malih linepeasan
jemparing arsa nauta Kena tenggakira nrusing ula-ula niba annuli mati
… Pupuh XXIX, Pupuh Durma, bait ke 37-38, hlm. 346
„Merentangkan busur segera sang pangeran, senjatanya ditujukan, bagaikan Arjuna, tingkah pangeran, ular pun menyembur lagi,
dilepaskanlah anak panah oleh ksatria. Kena ditenggorokannya sampai tembus di tulang belakang, rebah lalu
mati…‟ Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam gagal mendapatkan obat untuk Putri Purbaningsih walaupun ia berhasil mengalahkan ular jantan.
cxxiii Situasi akhir dalam skema aktan XXIV terjadi ketika Ular yang telah mati
tersebut berubah menjadi seorang manusia bernama Wasi Bagena. Wasi Bagena menyusul Ki Arya Jayangtilam untuk berterima kasih karena telah dibebaskan
dari kutukan. Wesi Bagena kemudian memberikan benda sakti berupa cupu manik astagina. Hal tesebut terlihat dalam kutipan berikut.
…sang Wasi Bagena ngasih-asih wacana alon gih kawula nguni batur pangabaran
Pan kawula angger aderbe cecupu manik astagina sektenipun winiraos sapunika sektine kadi kekasang
Barang cipta medal saking jro cecupu lamun den ge wadhah samubarang kawrat sami pan punika katura paduka raden
Pupuh XXX, Pupuh Pocung, bait ke 12-14, hlm. 349 „…Sang Wesi Bagena, perlahan-lahan berkata pelah, hamba semula
pelayan dan memiliki azimat. Akan aku berikan engkau cecupu kantong, manik astagina, kesaktiannya
tak ada bandingan. Barang yang dibayangkan keluar dari dalam cepu, apabila dijadikan
tempatwadah, segala macam benda dapat dimuat, hendak hamba persembahkan kepada raden.
4.1.25 Aktan XXV