lxxi Situasi akhir dalam skema aktan VI terjadi ketika Patih Amongsura tewas
di tangan Ki Arya Jayangtilam. Kematian Patih Amongsura terdengar sampai ke sang Amongharda.
4.1.7 Aktan VII
Situasi awal pada skema aktan VII dimulai ketika Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta menghilang dari medan perang. Keduanya menghilang
menuju sisi kanan taman kaputren. Ki Arya Jayangtilam ingin memohon kepada Tuhan Yang Mahatahu agar dapat memenangkan peperangan melawan Sang
Amongharda. Tahap uji kecakapan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam melakukan sholat gaib, memohon kepada Tuhan agar dapat memenangkan peperangan. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
Salat gaib wau Raden Mantri manedheng Hyang Manon amenanga aprang panjaluke…
Pupuh VI, Pupuh Mijil bait ke 7, hlm. 219 Memohon kepada
Yang Mahatahu agar
memenangkan peperangan
Nabi Kilir Ki Arya
Jayangtilam
Ø
Ki Arya Jayangtilam
Tuhan Yang Mahatahu
58
lxxii „Salat gaib tadi Raden Mantri, memohon kepada Yang Mahatahu,
memenangkan perang permintaann ya‟
Tahap utama dalam transformasi terjadi ketika Nabi Kilir datang dan
memberikan wejangan kepada Ki Arya Jayangtilam. Hal tersebut terlihat dalam kutipan berikut.
…Nabi Kilir gya tumedhak aglis adhuh wareng mami wirangrong tyasingsun
Ingsun iki iya Nabi Kilir babo warengingong arsa mejang ingsun ing dheweke pan kabotan mamungsuh raksesi watekan ta iki kang bala
sarewu
Pupuh VI, Pupuh Mijil bait ke 7-8, hlm. 219 „…Nabi Kilir segera turun, aduh warengku, hatiku sedih.
Aku ini iya nabi Kelir, engkau adalah werengku, Aku hendak memberikan wejangan kepadamu, yang merasa berat melawan musuh raksasa betina,
gunakanlah ilmu ini, ilmu kesaktian balaserewu.‟ Tahap kegemilangan dalam transformasi terjadi ketika Ki Arya
Jayangtilam mendapatkan pertolongan Tuhan Yang Mahatahu melalui Nabi Kilir. Ki Arya Jayangtilam di ajarkan ilmu balaserewu oleh Nabi Kilir. Hal tersebut
terlihat dalam kutipan berikut. Yen wus wijang wateken ing benjing tengahing palugon iya kono iku
sirnane apan iya muliha den aglis ya si Candrasari sanget marasipun Apan sira ginalih ngemasi Rahaden wotsinom pan kadhadha kabeh
pamejange aji bala sarewu wus pranti wus kagem sang Pekik musna Jeng Nabi Rum
Pupuh VI, Pupuh Mijil bait ke 9-10, hlm. 219 „Bila sudah jelas kerahkan ilmu itu kelak, di tengah peperangan, iya seperti
itu binasanya, segera pulanglah, ya si Candrasari, sangat khawatir. Anda disangkanya mati, Rahaden menyembah, telah dimengerti semua
wejangannya, aji bala sarewu telah dikusai, telah dipakai sang tampan,
sirna Kanjeng Nabi Rum.‟ 59
lxxiii Situasi akhir dalam skema aktan VII terjadi ketika Nabi Kilir menghilang
dari hadapan Ki Arya Jayangtilam. Ki Arya Jayangtilam dan Ki Sangubrangta lalu kembali ke istana Ratna Candrapuspita.
4.1.8 Aktan VIII