110 kontribusi terbesar dalam biaya total pembelian perusahaan karena nilai SMP itu
sendiri relatif tinggi dan kuantitas pembeliannyapun juga relatif tinggi.
7.5 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan
Berdasarkan hasil perhitungan metode pengendalian persediaan perusahaan dengan metode MRP teknik PPB untuk periode tahun 2006 dilakukan
perbandingan dengan hasil perhitungan dengan metode perusahaan pada tahun 2005. Ringkasan perhitungan dapat dilihat pada Tabel 22.
Penghematan yang dihasilkan oleh metode PPB pada tahun 2006 adalah sebesar 6.54 persen terhadap biaya persediaan SMP dan gula, dimana persentase
penghematan terbesar diperoleh dari bahan baku gula. Sedangkan penghematan dari biaya pembelian yang dihasilkan dengan metode PPB adalah sebesar 4.13
persen, dimana pembelian SMP menghasilkan penghematan terbesar sementara pembelian bahan baku gula menghasilkan pemborosan sebesar 3.09 persen.
Pemboran tersebut terjadi karena dengan me tode PPB, frekuensi pembelian gula menjadi lebih jarang namun dengan kuantitas yang lebih banyak dibandingkan
dengan yang dilakukan perusahaan.
Tabel 22. Perbandingan Biaya Persediaan Total SMP dan Gula Metode PPB Tahun 2006 dengan Metode Perusahaan Tahun 2005
Uraian Perusahaan
PPB Penghematan
Biaya Persediaan SMP 64 045 440.85
59 891 101.50 41 54 339.35 6.49
Biaya Persediaan Gula 1 491 821.26
1 360 050.31 131 770.95 8.83
Biaya Persediaan Total 65 537 262.11
61 251 151.80 4 286 110.31 6.54
Biaya Pembelian SMP 47 950 353 659.12
45 404 616 226 2 545 737 433.00 5.31
Biaya Pembelian Gula 7 859 622 373.48
8 102 321 127 -242 698 753.50 3.09
Biaya Pembelian Total 55 809 976 032.60 53 506 937 352.00
2 303 038 681.00 4.13
Sumber: PT. Indolakto diolah, 2006
111
7.6 Rekomendasi Alternatif Metode Pengendalian Persediaan Bahan
Baku untuk Periode Selanjutnya Berdasarkan hasil perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan
bahan baku SMP dan gula PT. Indolakto tahun 2006 yang didukung oleh analisis pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula pada tahun 2005, maka dapat
direkomendasikan suatu model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang optimal bagi PT. Indolakto. Metode alternatif ini diharapkan dapat
menghemat biaya perusahaan melalui penghematan biaya persediaan bahan baku. Selain itu, perusahaan diharapkan tidak mengalami gangguan produksi yang
disebabkan oleh kekurangan bahan baku sebagai akibat dari keterlambatan kedatangan bahan baku atau perubahan permintaan konsumen sehingga
perusahaan dapat memenuhi permintaan konsumen dengan baik, yaitu melalui metode peramalan yang akurat. Dengan metode pengendalian persediaan yang
tepat, perusahaan juga diharapkan tidak mengalami kelebihan persediaan bahan baku yang berakibat pada membengkaknya biaya penyimpanan.
Hasil analisis perencanaan dan pengendalian persediaan bahan baku SMP dan gula untuk periode tahun 2006 menunjukkan bahwa teknik peramalan
dekomposisi aditif dapat digunakan sebagai alternatif dalam melakukan peramalan untuk perencanaan kebutuhan bahan baku perusahaan. Sementara
untuk pengendalian persediaan bahan baku khususnya bahan baku SMP dan gula pada PT. Indolakto dapat menggunakan metode PPB sebagai alternatif karena
menghasilkan penghematan terhadap biaya persediaan dan biaya pembelian. Hal ini didasarkan atas analisis pengendalian persediaan perusahaan pada tahun 2005.
Analisis tersebut menunjukkan adanya penghematan yang lebih besar terhadap biaya persediaan yang dihasilkan melalui metode PPB dari pada metode
112 pengendalian yang digunakan perusahaan. Selain itu, hasil analisis pengendalian
persediaan bahan baku SMP dan gula pada tahun 2006 menunjukkan bahwa dengan metode PPB, perusahaan masih dapat menghemat biaya persediaan dan
biaya pembelian dibanding metode yang digunakan perusahaan. Pemborosan yang dihasilkan dengan metode perusahaan bila dibandingkan dengan metode PPB
terletak pada biaya penyimpanan perusahaan yang besar. Biaya penyimpanan tersebut dipengaruhi oleh jumlah persediaan yang disimpan. Perusahaan selama
ini mempunyai kebijakan untuk selalu mengadakan persediaan bahan baku untuk antisipasi terhadap perubahan permintaan sehingga akan mempengaruhi besarnya
biaya penyimpanan. Semakin besar jumlah persediaan, maka semakin besar pula biaya penyimpanannya. Untuk menghindari penyimpanan berlebih dan
menyesuaikan dengan kapasitas gudang, maka perencanaan jadwal penerimaan barang dibuat secara bertahap seperti yang telah dilakukan perusahaan selama ini
dengan lebih mempertimbangkan lead time. Penggunaan metode MRP teknik PPB dapat dijadikan alternatif bagi
pengendalian persediaan perusahaan karena metode ini menghasilkan periode gabungan yang akan meminimumkan biaya persediaan biaya pemesanan dan
biaya penyimpanan. Metode ini lebih dinamis dalam menyeimbangkan antara biaya pemesanan dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan perusahaan. Selain itu,
metode PPB dapat lebih fleksibel dalam penggabungan kebutuhan bersih SMP dan gula selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan. Metode
PPB juga dapat menggabungkan periode gabungan lebih dari satu periode kebutuhan bersih bahan baku. Hal ini tergantung dari penyeimbangan antara biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan EPP.
113
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN 8.1 Kesimpulan
1. Sistem pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu UHT di PT. Indolakto belum optimal dari segi biaya persediaan. Hal ini ditunjukkan dari
tingginya biaya persediaan yang dihasilkan perusahaan dibandingkan sistem pengendalian menggunakan metode MRP teknik EOQ dan PPB. Metode MRP
teknik PPB menghasilkan penghematan terbesar dibandingkan metode perusahaan.
2.
Ada suatu rencana yang lebih tepat untuk mengatasi adanya perubahan- perubahan permintaan konsumen terhadap produk susu UHT pada PT.
Indolakto, yaitu melalui metode peramalan dekomposisi aditif. Metode peramalan tersebut menghasilkan penyimpangan yang rendah.
3.
Perencanaan kebutuhan bahan baku susu UHT pada PT. Indolakto melalui proyeksi hasil peramalan dekomposisi aditif untuk periode tahun 2006
menunjukkan adanya peningkatan kebutuhan bahan baku SMP dan gula akibat dari meningkatnya jumlah produksi susu UHT di tahun 2006. Total
produksi susu UHT pada tahun 2006 diperkirakan naik 21.47 persen menjadi 27 983 916.89 kg. Produksi puncak perusahaan diperkirakan terjadi pada
bulan September 2006.
4.
Metode MRP teknik PPB dapat dijadikan model alternatif dalam sistem pengendalian persediaan bahan baku yang optimal dilihat dari biaya
persediaan bahan bakunya Analisis dengan metode MRP teknik PPB yang disesuaikan dengan kondisi perusahaan pada tahun 2006 menghasilkan tingkat
persediaan rata-rata bahan baku untuk kebutuhan produksi susu UHT setiap
114 bulannya sebesar 106 342.64 kg untuk SMP dan 42 332.59 kg untuk gula.
Frekuensi pemesanan SMP dan gula masing-masing sebanyak sembilan kali dan sebelas kali. Penghematan yang dihasilkan terhadap biaya persediaan
perusahaan adalah 6.54 persen dan 4.13 persen terhadap biaya pembelian SMP dan gula.
8.2 Saran