16
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Susu merupakan bahan pangan yang banyak mengandung unsur-unsur penting yang diperlukan tubuh seperti: protein, lemak, karbohidrat, mineral,
vitamin dan unsur penting lainnya. Mengkonsumsi susu memberikan banyak manfaat, diantaranya mengurangi resiko kanker usus dan rectum hasil penelitian
di Harvard School of Public Health and Women, mencegah osteoporosis, hipertensi dan dianjurkan dalam DASH Dietary Approaches to Stop
Hypertension
1
, mempunyai kemampuan untuk mengikat polutan yang membantu mengurangi dampak buruk polusi, serta mampu meningkatkan tubuh
memproduksi melatonin di malam hari yang berfungsi sebagai hormon sekaligus antioksidan yang membuat tubuh bisa beristirahat. Upaya penggalakan minum
susu dirintis oleh Prof. Poorwo Sudarmo Bapak Gizi Indonesia yang mencetuskan Empat Sehat Lima Sempurna pada tahun 1950-an.
Berdasarkan jenisnya, susu yang kini beredar meliputi susu bubuk, susu kental manis, susu pasteur isasi dan susu Ultra Hight Temperature UHT. Susu
UHT merupakan hasil dari perkembangan teknologi pengolahan susu, yaitu melalui proses pengolahan pada suhu tinggi dan dalam waktu yang singkat 135-
145 derajat Celsius selama 2-5 detik
1
. Susu UHT memiliki keunggulan dalam hal penyimpanan yang lebih tahan lama lebih dari 6 bulan tanpa disimpan dalam
mesin pendingin, berkualitas tinggi, bebas dari mikroorganisme, dan adanya pengurangan waktu produksi, serta meminimalisasi jeda waktu antara pengiriman
dan pendinginan. Susu UHT biasanya dikemas dengan kemasan aseptik yang
1
Republika,19 Juli 2005
17 membuat susu dapat dikonsumsi kapan saja tanpa memerlukan alat pendingin
khusus. Perkembangan teknologi susu khususnya untuk susu UHT mendapat perhatian yang serius dari pemerintah. Pemerintah akan mengambil tanggung
jawab untuk mengkampanyekan kebiasaan minum susu UHT
2
. Mengingat pentingnya manfaat dan kegunaan dari susu dalam kehidupan
sehari-hari, maka peluang dalam agroindustri susu masih terbuka lebar. Hal ini juga didukung oleh jumlah konsumsi susu nasional pada Tabel 1 yang
menunjukkan peningkatan meskipun pada tahun 1996, 1997, 1998, dan 2001 mengalami penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun 1998, yaitu 219 100
ton dari konsumsi tahun 1997 yang dipengaruhi oleh terjadinya krisis moneter.
Tabel 1. Produksi dan Konsumsi Susu Indonesia Tahun 1994-2004
000 ton Tahun
Produksi Nasional Impor
Ekspor Konsumsi Nasional
1995 433.4
974.7 0.0
1 408.1 1996
441.2 739.4
0.0 1 180.6
1997 423.7
692.8 0.0
1 116.5 1998
375.4 588.0
66.0 897.4
1999 436.0
822.0 142.0
1 116.0 2000
495.7 1 479.8
575.5 1 400.0
2001 479.9
1 476.0 693.0
1 262.9 2002
493.4 1 382.6
609.6 1 266.4
2003 553.4
1 425.2 461.2
1 517.4 2004
596.3 1 425.2
461.2 1 560.3
Sumber : Deptan, 2004
Keterangan : Angka sementara 2004
Produksi susu nasional juga mengalami peningkatan meskipun beberapa tahun tertentu mengalami penurunan yang tidak terlalu signifikan. Berdasarkan
Tabel 1 terlihat bahwa impor susu Indonesia masih terus meningkat. Dengan kata lain, produksi susu dalam negeri masih belum dapat memenuhi konsumsi dalam
negeri itu sendiri sehingga masih terbuka peluang untuk mengembangkan usaha pengolahan susu di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih memilih
mengkonsumsi susu olahan. Selain itu, berdasarkan hasil survei perusahaan riset
2
Kompas, 19 April 2004
18 pasar global Canadean pada tahun 2004
3
, konsumsi susu cair penduduk Indonesia baru mencapai 62 juta liter per tahun. Sementara Amerika Serikat AS mencapai
22 350 juta liter, India 42 001 juta liter, Cina 6 345 juta liter, Pakistan 28 671 juta liter, Spanyol 4 577 juta liter. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi susu cair
masyarakat Indonesia masih rendah dibandingkan dengan negara lain. Seiring dengan berkembangnya perusahaan pengolahan susu
menyebabkan persaingan dalam industri tersebut semakin meningkat. Keunggulan kompetitif perusahaan akan menjadi penting untuk dapat bertahan dalam industri
tersebut. Salah satu strategi yang dapat diterapkan untuk mendapatkan keuntungan dari pengembangan organisasi dalam globalisasi adalah pengembangan keragaan
manajemen produksi dan operasi organisasi. Manajemen produksi dan persediaan sangat memainkan peranan penting dalam penciptaan keunggulan kompetitif dari
industri karena mempengaruhi formulasi dari strategi-strategi bisnis industri. Pengendalian persediaan bahan baku merupakan bagian dari manajemen
produksi dalam rangka memenuhi jumlah persediaan bahan baku, waktu, dan kualitas yang tepat. Bahan baku industri merupakan sumberdaya yang dapat
memberikan value added komoditasproduk bila dipergunakan secara efisien dan efektif. Bahan baku membentuk bagian menyeluruh dari produk jadi sehingga
ketersediaan bahan baku sangat menunjang dalam menghasilkan produk jadi. Kelebihan persediaan mengakibatkan adanya biaya ekstra dari sudut biaya
penyimpanan dan opportunity cost yang disebabkan nilai investasi pada persediaan yang menga nggur sebenarnya dapat dialokasikan untuk kepentingan
lain. Sebaliknya jika terjadi kekurangan persediaan dapat menghambat beberapa
3
Pikiran Rakyat, 30 April 2005
19 hal, diantaranya proses produksi, pemenuhan permintaan pelanggan, dan
peningkatan biaya pemesanan sejalan dengan meningkatnya frekuensi pembelian. Dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif melalui manajemen
pengendalian persediaan, maka diperlukan suatu perencanaan yang tepat. Perencanaan dan pengendalian untuk operasi menuntut penaksiran atas
permintaan akan produk atau jasa yang diharapkan akan disediakan organisasi di masa mendatang Buffa dan Sarin, 1996. Peramalan atau penaksiran bisnis
ekonomi akan sangat membantu manajer untuk pengambilan keputusan dalam strategi bisnis. Kebutuhan akan peramalan meningkat sejalan dengan usaha
manajemen untuk mengurangi ketergantungan pada hal-hal yang belum pasti. Peramalan menjadi lebih ilmiah sifatnya dalam menghadapi lingkungan
manajemen, karena setiap bagian organisasi berkaitan satu sama lain, baik buruknya ramalan dapat mempengaruhi seluruh bagian organisasi Makridakis et
al , 1999.
Salah satu manfaat yang diperoleh melalui peramalan adalah manajer dapat memperkirakan kebutuhan bahan baku untuk memenuhi permintaan dan
menentukan jumlah produksi berdasarkan hasil ramalan. Peningkatan efisiensi produksi akan dapat tercapai ketika ramalan yang akurat diperoleh sehingga
pengalokasian biaya yang sia-sia dapat diminimalisir bahkan dihilangkan.
1.2 Perumusan masalah