Metode MRP Teknik Part Period Balancing PPB

91 yang relatif tinggi sehingga menyebabkan persediaan perusahaan menjadi besar. Secara rinci mengenai frekuensi pemesanan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan SMP dan gula dengan metode EOQ dapat dilihat pada Tabel 12. Kuantitas pembelian bahan baku SMP untuk produksi UHT pada tahun 2005 dengan metode EOQ adalah 1 701 369.45 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 37 449 829 758.23. Sedangkan untuk gula, kuantitas pembelian adalah 1 292 088.25 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 6 721 313 867.68. Kuantitas tersebut masih lebih sedikit dibandingkan kuantitas yang dibeli perusahaan. Perusahaan melakukan pembelian dengan kuantitas yang lebih besar karena perusahaan tidak mau mengambil resiko kekurangan bahan baku. Biaya pembelian total SMP dan gula dengan metode EOQ adalah Rp 44 171 143 625.91. Rincian biaya pembelian bahan baku SMP dan gula dengan metode EOQ dapat dilihat pada Lampiran 17.

6.2.2 Metode MRP Teknik Part Period Balancing PPB

Dalam penggunaan metode PPB, perusahaan melakukan pemesanan bahan baku SMP dan gula sebesar kebutuhan kotor pada suatu periode yang digabungkan. Banyaknya periode yang digabungkan tergantung dari nilai kumulatif bagian periode yang mendekati nilai Economic Part Period EPP. Nilai EPP untuk masing-masing bahan baku diperoleh dari hasil bagi antara biaya pemesanan per pesanan dengan biaya penyimpanan per kilogram per bulan SMP dan gula tersebut. Nilai EPP SMP dan gula masing-masing sebesar 3 792.12 dan 11 595.13. Berdasarkan Lampiran 13 dan Lampiran 14 diperoleh nilai akumulasi periode bagian yang mendekati nilai EPP untuk bahan baku SMP dan bahan baku 92 gula, yaitu satu periode. Nilai EPP yang menghasilkan periode gabungan satu periode tersebut menyebabkan frekuensi dan kuantitas pemesanan masing-masing SMP dan gula adalah sembilan dan sebelas kali. Kuantitas pemesanan yang direncanakan adalah sejumlah kebutuhan kotor selama periode gabungan, dalam hal ini adalah sejumlah kebutuhan kotor satu periode yang jumlahnya berbeda-beda untuk setiap periodenya ditambah dengan persediaan pengaman. Kebijakan perusahaan menginginkan adanya persediaan pengaman untuk antisipasi terhadap permintaan konsumen, oleh karena itu dalam penentuan lot pemesanan perlu diikutsertakan perhitungan persediaan pengaman. Biaya persediaan total selama tahun 2005 dari bahan baku SMP adalah Rp 48 946 297.45 dan Rp 1 012 441.80 untuk bahan baku gula. Secara keseluruhan, biaya persediaan total perusahaan selama tahun 2005 dari bahan baku SMP dan gula dengan teknik PPB adalah sebesar Rp 49 958 739.25. Biaya persediaan total dengan teknik PPB ini masih lebih rendah bila dibandingkan dengan teknik perusahaan. Secara rinci mengenai frekuensi pemesanan, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan bahan baku SMP dan gula dengan metode PPB dapat dilihat pada Tabel 13. Tabel 13. Biaya Persediaan SMP dan Gula dengan Metode PPB Tahun 2005 Bahan Baku Biaya Pemesanantahun Biaya Penyimpanantahun Biaya Total Persediaan Rppesan Frek Total Biaya Pemesanan per tahun Rpkg Jml stock setahun Total Biaya Penyimpanan per tahun Rp SMP 173 337.60 9 1 560 038.40 45.71 1 036 671.60 47 386 259.05 48 946 297.45 Gula 24 813.58 11 272 949.38 2.14 345 557.20 739 492.42 1 012 441.80 Total 1 832 987.78 48 125 751.46 49 958 739.25 Sumber: PT. Indolakto diolah, 2006 Kuantitas pembelian bahan baku SMP untuk produksi UHT pada tahun 2005 dengan metode PPB adalah 1 686 026.83 kg dengan biaya pembelian 93 sebesar Rp 37 112 114 450.69. Sedangkan kuantitas pembelian bahan baku gula adalah 1 308 163.72 kg dengan biaya pembelian sebesar Rp 6 804 936 875.66. Biaya pembelian total SMP dan gula dengan metode PPB adalah sebesar Rp 43 917 051 326.35 .

6.3 Analisis Perbandingan Metode Pengendalian Persediaan