37 triple Exponential Smoothing Winters,
metode dekomposisi, model Autoregresisve Integrated Moving Average
ARIMA.
2.4.6 Pemilihan Metode Peramalan
Penggunaan peramalan dalam pengambilan keputusan merupakan hal yang sangat penting sehingga pemilihan teknik dan metode peramalan yang tepat
sangat diperlukan untuk pemecahan suatu masalah atau keadaan tertentu. Ada enam faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan metode peramalan
Assauri, 1984, yaitu : 1 Horison waktu, 2 Pola data, 3 Jenis dari model, 4 Biaya, 5 Ketepatan accuracy, 6 Mudah tidaknya penggunaan atau
aplikasinya. Ukuran-ukuran akurasi model peramalan dapat dikelompokkan menjadi
dua bagian besar Aritonang, 2002, yaitu: ukuran yang bersifat mutlak, terdiri atas mean error ME, mean absolute error MAE, mean squared error MSE
dan ukuran yang bersifat relatif terdiri dari mean percentage error MPE, mean absolute percentage error
MAPE, U dari Theil dan McLaughlin Batting Average
MBA. Dari semua ukuran tersebut ukuran yang lebih lazim digunakan adalah MSE, dengan pedoman bahwa semakin kecil nilai MSE berarti model itu
semakin tepat untuk digunakan.
2.5 Hasil penelitian yang relevan
Hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian Widyastuti 2001 dengan judul Sistem Pengendalian Persediaan Bahan Baku
Susu Kental Manis, studi kasus PT. Indolakto, Sukabumi. Penelitian tersebut menggunakan analisis EOQ, persediaan pengaman safety stock, dan titik
38 pemesanan kembali reorder point. Bahan baku yang menjadi fokus dalam
penelitian tersebut adalah susu segar, gula, skimmed milk powder SMP. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa kebijakan perusahaan terhadap pengendalian
persediaan belum optimal dan perusahaan perlu mengurangi persediaan pengaman untuk ketiga bahan baku tersebut.
Astuti 2002, menganalisis pengendalian persediaan bahan baku susu bubuk, studi kasus: PT. Mirota KSM Inc., Kecamatan Depok, Kabupaten Sleman,
Daerah Istimewa Yogyakarta menggunakan metode EOQ dan model persediaan probabilistik persediaan pengaman dan titik pemesanan kembali. Bahan baku
yang menjadi fokus penelitian adalah Full Cream Milk Powder FCMP dan Skimmed Milk Powder
SMP yang masing-masing didatangkan dari Australia dan New Zealand. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan metode EOQ
jumlah pemesanan bahan baku memiliki kuantitas yang lebih kecil dengan frekuensi pemesanan optimal yang lebih sering dibanding jumlah dan frekuensi
pemesanan bahan baku yang dilakukan perusahaan. Jika perusahaan mengadakan persediaan pengaman dengan perhitungan metode EOQ maka persediaan
pengaman yang optimal bagi perusahaan adalah 41 255.4 kg untuk FCMP dan 19 834 kg untuk SMP asal New Zealand. Sedangkan FCMP dan SPM asal
Australia masing-masing 38 270 Kg dan 21 261 Kg. Pemesanan kembali kepada pemasok di New Zealand dilakukan pada saat FCMP dan SMP asal New Zealand
di gudang masing-masing berjumlah 169 304.8 Kg dan 90 972.5 Kg. Sedangkan pemesanan kembali kepada pemasok di Australia terjadi saat FCMP dan SMP asal
Australia di gudang masing-masing berjumlah 220 804.4 Kg dan 122 669 Kg.
39 Rajagukguk 2004, menganalisis pengadaan dan pengendalian persediaan
bahan baku susu olahan studi kasus di PT. Indomilk. Penelitian tersebut bertujuan mengetahui pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku susu
olahan yang dilakukan di PT. Indomilk, kemudian menganalisis besarnya biaya yang dikeluarkan dalam rangka pengadaan dan pengendalian persediaan bahan
baku dengan metode MRP teknik EOQ dan Part Period Balancing PPB serta membandingkan model aternalif pengendalian persediaan bahan baku yang efektif
dan efisien pada perusahaan. Teknik Lot For Lot yang prinsipnya tidak memerlukan adanya persediaan di gudang tiap periodenya tidak digunakan dalam
penelitian tersebut karena kebijakan PT. Indomilk menginginkan adanya persediaan pengaman dalam pelaksanaan proses produksinya. Hasil penelitian
tersebut menunjukkan bahwa metode MRP memberikan penghematan yang cukup besar terutama dengan teknik EOQ jika dibandingkan dengan metode yang
digunakan perusahaan selama ini. Sary 2004, menganalisis mengenai peramalan produksi dan pengendalian
persediaan bahan baku kelapa pada PT. Riau Sakti United Plantations. Penelitian tersebut memperkirakan kebutuhan bahan baku kelapa yang diturunkan dari hasil
peramalan produksi perusahaan tahun 2004 dengan metode ARIMA sehingga perusahaan dapat menentukan persediaan bahan baku yang optimal. Metode
pengendalian persediaan yang digunakan adalah metode Material Requirement Planning
MRP dengan teknik EOQ, Lot For Lot, dan PPB. Teknik pengendalian
persediaan kelapa yang dilakukan perusahaan selama ini adalah menggunakan teknik Lot For Lot. Total biaya persediaan terendah diperoleh dengan metode PPB
yaitu sebesar 1.2 miliyar rupiah. Dengan menggunakan metode PBB, perusahaan
40 dapat menghemat biaya persediaan sebesar 6.8 persen yaitu dari 1.271 miliyar
rupiah menjadi 1.18 miliyar rupiah. Widowati 2004 dengan penelitiannya yang berjudul “Perencanaan
Kebutuhan dan Pengendalian Persediaan Benang Sebagai Bahan Baku Produk Tekstil Pada PT. Asaputex Nusantara, Tegal, Jawa Tengah” menganalisis sistem
pengadaan dan pengendalian persediaan bahan baku perusahaan dalam rangka memberikan model alternatif pengendalian persediaan bahan baku yang dapat
meminimumkan biaya persediaan dan pembelian bahan baku perusahaan dengan analisis MRP teknik Lot For Lot, EOQ, dan PPB. Selain itu, penelitian tersebut
juga melakukan perencanaan produksi, perencanaan kebutuhan bahan baku dan pengendalian persediaan bahan baku pada periode selanjutnya berdasarkan
peramalan penjualan dengan metode trend. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa metode LFL dan PPB merupakan metode yang dapat direkomendasikan
sebagai alternatif alat pengendalian persediaan benang perusahaan untuk periode operasi tahun 2004 karena memberikan penghematan terbesar yaitu 77.67 persen
terhadap biaya persediaan perusahaan dan 6.77 persen terhadap biaya pembelian. Namun dalam pelaksanaannya, metode PPB lebih sesuai untuk diterapkan karena
lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan benang perusahaan. Selain itu, metode PPB lebih fleksibel dalam penggabungan
kebutuhan bersih benang selama periode tertentu jika terjadi perubahan biaya persediaan yang diakibatkan oleh peningkatan biaya pemesanan benang.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian terdahulu mengenai perencanaan kebutuhan dan pengendalian persediaan bahan baku, dapat disimpulkan bahwa
umumnya model analisis untuk persediaan bahan baku adalah model MRP. Model
41 MRP teknik LFL cocok digunakan pada perusahaan yang melakukan pemesanan
hanya sejumlah kebutuhan bersihnya atau tanpa sediaan pengaman. Model MRP teknik PPB lebih fleksibel dalam menggabungkan kebutuhan bersih selama
periode tertentu dan lebih dinamis dalam menyeimbangkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan.
2.6 Keunggulan Penelitian