Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 10 Persen

7.2.4. Kenaikan Upah Minimum Masing-masing Sebesar 10 Persen

Simulasi 4 ingin mengevaluasi kebijakan yang mempertimbangkan bagaimana upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja melalui peningkatan upah secara riil. Syamsudin 2003 menyatakan bahwa semakin tinggi selisih persentase peningkatan upah minimum dengan tingkat inflasi semakin efektif kebijakan upah dapat meningkatkan kesejahteraan pekerja. Namun hasil penelitian ini menunjukkan peningkatan kesejahteraan pekerja yang disebabkan peningkatan upah minimum di atas tingkat inflasi menghasilkan trade off berupa peningkatan tingkat pengangguran seperti pada Tabel 28. Tabel 28 memperlihatkan peningkatan upah minimum rata-rata 10 persen diatas tingkat inflasi rata-rata 2001-2004 sebesar 8.83 persen menyebabkan peningkatan tingkat pengangguran total sebesar 0.41 persen mencapai 9.87 persen. Dari persentase tersebut peningkatan pengagguran didominasi oleh angkatan kerja berpendidikan rendah 4.53 persen. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Suryahadi 2003 juga menyimpulkan bahwa TK berpendidikan rendah sangat potensial terpukul oleh kebijakan upah minimum karena para pekerja tersebut sangat rentan terhadap perubahan dalam pasar TK. Dari sisi perusahaan, peningkatan upah minimum di atas tingkat inflasi menyebabkan penurunan kesempatan kerja sektoral pertanian -0.48 persen berkurang 198 ribu orang, industri -0.55 persen berkurang 64 ribu orang dan jasa -0.41 persen berkurang 41 ribu orang. Tabel 28 Sejalan dengan hal tersebut, nilai produksi sektor pertanian menurun 0.18 persen turun 98 milyar rupiah, sektor industri -0.5 persen turun 456 milyar rupiah dan jasa -0.2 persen turun 107 milyar rupiah. Selanjutnya agregasi nilai produksi sektoral menghasilkan penurunan nilai penawaran agregat dan menyebabkan peningkatan indeks harga konsumen. Pada akhirnya perubahan tersebut menyebabkan inflasi sebesar 0.6 persen mencapai 6.84 persen dan peningkatan suku bunga 0.38 persen mencapai 14.58 persen. 7.2.5. Penurunan Kekuatan Serikat Buruh Sektor Pertanian 90 Persen, Industri 2 Persen, dan Jasa 2,5 Persen Simulasi 5 ingin mengevaluasi kebijakan seandainya pemerintah pada era otda yang telah lalu meningkatkan peran sebagai regulator untuk membuat peraturan yang dapat mengontrol kekuatan serikat pekerja untuk menuntut kenaikan upah pada saat pemerintah telah melakukan penyesuaian terhadap upah minimum seperti pada Tabel 29. Berdasarkan hasil survey Depnakertrans, pihak pengusaha merasa diberatkan dengan adanya tuntutan peningkatan upah pekerja diluar kesepakatan peningkatan upah minimum yang ditetapkan pemerintah dab berarti terjadi peningkatan biaya produksi. Dampak penurunan kekuatan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah berpengaruh langsung pada penurunan upah rata-rata pekerja diluar target kebijakan upah minimum. Dibandingkan pada sektor pertanian dan jasa, dampak penurunan kekuatan serikat pekerja terhadap tuntutan rata-rata upah di sektor industri paling tinggi. Tabel 29 Meskipun simulasi penurunan kekuatan serikat pekerja untuk sektor industri paling rendah, yaitu hanya 1.5 persen, tetapi dampak terhadap peningkatan upah rata-rata sektor industri mencapai 3.11 persen. Hal tersebut disebabkan karena respon peningkatan upah rata-rata sektor industri akibat kekuatan serikat pekerja untuk menuntut kenaikan upah mencapai 0.92 persen dalam jangka pendek dan 1.85 persen dalam jangka panjang yang berarti paling tinggi dibandingkan pada sektor pertanian dan jasa. Artinya kontrol pemerintah dan perusahaan terhadap kekuatan serikat pekerja di sektor industri lebih berpengaruh terhadap besaran sundulan upah di sektor industri dibandingkan pada sektor jasa dan sektor pertanian. Penurunan upah rata-rata selanjutnya akan berdampak pada peningkatan kesempatan kerja, nilai produksi, dan nilai investasi. 7.2.6. Penurunan Jumlah Kasus Pemogokan 50 Persen Simulasi 6 mencerminkan peran pemerintah sebagai mediator yang dapat berperan dalam menyelesaikan permasalahan antara pekerja dan pengusaha. Berdasarkan adata aktual, setiap tahun terjadi peningkatan jumlah kasus pemogokan yang tidak sesuai dengan ketentuan UU No. 13 Tahun 2003. kasus pemogokan sering disertai tindakan pengrusakan fasilitas perusahaan, fasilitas publik, dan mengganggu kepentingan umum Depnakertrans, 2007. Selain tingkat suku bunga, pandangan investor tentang masa depan pasar tenaga kerja memainkan peran besar terhadap keputusan investasi. Waktu adalah faktor kunci dalam keputusan investasi karena nilai investasi memiliki masa hidup beberapa tahun Case and Fair, 2004. Penurunan kasus pemogokan secara langsung akan menurunkan faktor ketidak pastian dalam pasar tenaga kerja. Tabel 30 Dampak penurunan kasus pemogokan 50 persen akan meningkatkan nilai investasi total 2.33 persen seperti pada Tabel 30. Peningkatan nilai investasi total selanjutnya berdampak pada penambahan kapasitas produksi yang tercermin pada peningkatan penawaran agregat 0.12 persen dan peningkatan kesempatan kerja total 0.02 persen. Terjadi perbaikan perekonomian secara makro yang dapat kita amati dari penurunan tingkat pengangguran total 0.013 persen dan penurunan tingkat inflasi 0.001 persen. 7.2.7. Penurunan Suku Bunga 5 Persen Simulasi 7 menggambarkan instrumen kebijakan yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan kesempatan kerja melalui peningkatan investasi. Penurunan tingkat suku bunga 5 persen dapat meningkatkan nilai investasi sektor pertanian dengan nilai prosentase peningkatan paling tinggi dibandingkan sektor industri, jasa dan total seperti pada Tabel 31. Tetapi secara nominal peningkatan nilai investasi sektor industri paling tinggi yang mencapai 489 milyar rupiah. Hasil penelitian Kalangi 2000 juga memperlihatkan rendahnya pangsa perolehan investasi pertanian. Selama kurun waktu 1999-2003 sektor pertanian mendapat bagian penanaman modal asing maupun dlam negri paling kecil 2.0- 4.5 persen. Sementara di dalam penelitian yang sama disimpulkan bahwa sektor pertanian sangat berperan sebagai katup penelamat perekonomian Indonesia ketika terjadi krisis ekonomi tahun 19971998. Simulasi 7 juga berdampak positif terhadap perbaikan pasar TK. Terjadi penurunan Pengangguran TK di semua jenjang pendidikan tetapi tingkat pengangguran masih didominasi oleh TK berpendidikan rendah. Tabel 31 Instrumen pada simulasi 7 terlihat efektif untuk menurunkan tingkat pengangguran melalui peningkatan nilai investasi, peningkatan nilai produksi dan kesempatan kerja. Simulasi 7 juga berdampak positif dalam menurunkan inflasi nasional 0.1 persen sehingga turun menjadi 6.14 persen.

7.2.8. Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur 25 persen