dan tenaga usaha penjualan 18.4 persen. Jumlah pekerjaan yang berprofesi sebagai tenaga kepemimpinan dan tenaga profesional masih sangat kecil, yaitu
masing-masing 0.4 persen dan 3.5 persen dari penduduk yang bekerja BI, 2005. Meskipun jumlah penduduk yang bekerja tercatat meningkat, jumlah
penduduk yang bekerja dengan status formal mengalami penurunan, sedangkan jumlah penduduk yang bekerja dengan status informal mengalami peningkatan.
Perkembangan ini mengindikasikan adanya peralihan pekerja dari sektor formal ke sektor informal sehingga pangsa pekerja di sektor formal semakin menurun
sebagaimana kecenderungan yang terjadi sejak tahun 1997. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor formal bersumber dari
penurunan jumlah penduduk yang bekerja sebagai buruh atau karyawan, yang merupakan status pekerjaan terbanyak. Di sisi lain, terjadi peningkatan pada
jumlah penduduk yang berusaha dengan dibantu buruh tetap. Perkembangan tersebut mengindikasikan bahwa jumlah unit usaha formal sebenarnya mengalami
peningkatan pada tahun 2004 namun secara keseluruhan usaha formal tersebut mempekerjakan lebih sedikit karyawan dibandingkan tahun 2003. Sementara itu
jumlah penduduk yang bekerja di sektor informal mengalami peningkayan sebesar 1.6 persen, yang disebabkan oleh terjadinya kenaikan jumlah pekerja bebas dan
jumlah orang yang berusaha sendiri tanpa dibantu anggota keluarga atau buruh tetap.
2.3.2. Pengangguran
a. Indonesia
Pengangguran tidak hanya menampilkan masalah ekonomi Indonesia, tetapi juga membawa dampak luas di bidang sosial, keamanan dan politik yang
pada gilirannya menimbulkan gangguan, stabilitas nasional dan akhirnya menjadi ketegangan dalam hubungan antar bangsa-bangsa di kawasan sekitar Indonesia.
Melambatnya kegiatan ekonomi 2004 sebagai dampak dari rendahnya investasi, meningkatnya kasus Pemutusan Hubungan Kerja PHK, serta masih rendahnya
tingkat pendidikan angkatan kerja mengakibatkan angka pengangguran diperkirakan semakin meningkat.
Jumlah penganggur sampai dengan akhir 2004 mencapai 38.4 juta orang, yang terdiri dari 9.5 juta orang penganggur terbuka dan
28.9 juta orang setengah penganggur. Masih tingginya jumlah penganggur tersebut tidak terlepas dari rendahnya
tingkat pertumbuhan yang hanya mampu menyerap penambahan tenaga kerja sebanyak 0.8 juta orang, sementara penambahan angkatan kerja baru periode yang
sama mencapai 1.7 juta. Hal ini mengakibatkan tingkat pengangguran terbuka meningkat dari 9.50 persen pada tahun 2003 menjadi 9.86 persen pada tahun
2004. Ditinjau dari komposisi tingkat pendidikan, penganggur terbuka didominasi oleh angkatan kerja berpendidikan rendah tidak berpendidikan hingga
berpendidikan SD dan berpendidikan SLTP.
b. Indonesia Dibanding Negara Tetangga
Diantara beberapa negara yang diamati Malaysia, Philippina, Thailand dan Korea Selatan, Philippina menduduki peringkat teratas dalam hal tingkat
pengangguran .
Pengamatan secara data saja memanglah tidak tepat karena konsep dasar tentang penganggur di tiap negara yang diamati tidaklah persis
sama. Menurut Brooks 2002, laju kesempatan kerja Philippina tidak mencukupi untuk menurunkan angka pengangguran karena pertumbuhan populasi dan
peningkatan tingkat partisipasi angkatan kerja yang pesat. Dalam papernya
Brooks memperlihatkan bahwa pertumbuhan kesempatan kerja dan penurunan pengangguran Philippina berkorelasi secara positif dengan pertumbuhan GDP dan
berkorelasi secara negatif dengan upah minimum riil. Tingkat pengangguran di Malaysia menunjukkan penurunan yang nyata
sampai dengan menjelang resesi di akhir tahun 1990. Thailand relatif berfluktuasi, sementara Korea Selatan menunjukkan kecenderungan yang relatif
stabil. Krisis yang melanda asia telah menyebabkan suatu lompatan terhadap tingkat pengangguran di kelima negara, namun kemudian tingkat pengangguran
di Malaysia, Thailand, dan Korea Selatan relatif cepat kembali menurun. Tidak demikian halnya dengan Indonesia dan Philippina.
2.3.3. Permasalahan Ketenagakerjaan
a. Produktivitas Tenaga Kerja
Produktivitas adalah rasio output dan input suatu proses produksi dalam periode tertentu Mangkuprawira dan Hubeis, 2007. Produktivitas input tenaga
kerja TK menggambarkan kemampuan individu TK dalam menghasilkan output nasional produktivitas parsial TK. Gambaran perubahan produktivitas TK
Indonesia secara sektoral sangat dipengaruhi oleh perubahan struktur ekonomi Indonesia. Adanya perubahan kebijakan pembangunan ekonomi yang menitik
beratkan pada sektor industri moderen yang padat modal sementara menempatkan sektor pertanian sebagai sektor pendukung sangat mempengaruhi produktivitas
TK secara sektoral. Produktivitas sektoral selama periode sebelum dan selama otda
diperlihatkan pada Tabel 6.
Tabel 6. Perkembangan Produktifitas Sektoral di Era Otda
Produktivitas Sektoral Pertumbuhan Produktivitas Sektoral
Tahun
Pertanian Industri Jasa Total
Pertanian Industri Jasa Total
2001 2002
2003 2004
1.31 1.30
1.29 1.39
7.20 7.43
8.53 8.93
4.61 5.07
5.65 5.55
3.63 3.73
3.92 3.99
4.06 -0.23
-0.86 7.60
0.66 3.22
14.70 4.81
-9.44 10.10
11.26 -1.63
2.35 2.74
5.09 1.83
Rata-rata
1.32 8.02 5.22 3.82 2.65 5.52 2.57 3.00