jumlah pengangguran di DKI Jakarta. Hasil penelitian menyimpulkan faktor yang paling berpengaruh terhadap peningkatan jumlah pengangguran di Wilayah DKI
Jakarta adalah peningkatan jumlah penduduk.
2.5.3. Kebijakan Ketenagakerjaan
Pada dasarnya, kajian mengenai kebijakan ketenajakerjaan dapat dilihat dari dua sisi yaitu sisi normatif dan sisi penyediaan lapangan kerja. Dari berbagai
aspek normatif kebijakan ketenagakerjaan ini, upah minimum lebih banyak mendapat perhatian para peneliti sebelumnya. Kajian-kajian tersebut meliputi
kajian dari sisi dampak upah minimum secara agregrat maupun secara individu. Hasil penelitian Syafrida 1999 selama periode 1970-1997 menunjukkan
bahwa peningkatan upah minimum berpengaruh nyata terhadap penawaran tenaga kerja. Lebih lanjut dijelaskan bahwa di antara sektor pertanian, industri dan jasa,
peningkatan upah minimum berpengaruh cukup besar terhadap permintaan tenaga kerja di sektor pertanian dan jasa.
Hasil survey yang dilakukan oleh Tim Peneliti Semeru terhadap 200 pekerja di lebih dari 40 perusahaan di wilayah Jabotabek dan Bandung
menunjukkan bahwa peningkatan upah minimum mempunyai pengaruh yang tidak sama terhadap semua jenis pekerja. Pengaruh negatif terutama terjadi pada
tenaga kerja dengan tingkat upah yang rendah dan pada mereka yang rentan terhadap perubahan dalam pasar tenaga kerja, misalnya tenaga kerja perempuan,
pekerja muda usia, pekerja dengan tingkat pendidikan rendah dan pekerja kasar. Hadi 2002, dalam studinya yang berjudul Dampak Kebijakan
Pemerintah terhadap Keragaan Pasar Kerja dan Migrasi pada periode Krisis dan Sebelum Krisis
, menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kesempatan kerja
sektoral, pengangguran dan upah riil sektoral pada periode krisis dan sebelum krisis. Penelitian ini menggunakan pendekatan ekonometrika dan data seluruh
propinsi di Indonesia kecuali DKI dari tahun 1990 – 1999. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa: i jumlah penciptaan kesempatan kerja khususnya sektor
industri lebih besar pada periode sebelum krisis ekonomi dibandingkan periode krisis ekonomi tetapi sebaliknya untuk sektor pertanian dan jasa, ii jumlah
pengangguran lebih responsif terhadap kesempatan kerja dan iii upah riil sektoral lebih responsif terhadap upah minimum regional sektoral dan kebutuhan
hidup minimum dibandingkan faktor tingkat inflasi. Suryahadi dkk 2003 memperlihatkan peningkatan upah minimum
berdampak negatif terhadap penyerapan tenaga kerja sekfor formal perkotaan. Penerapan kebijakan tersebut hanya menguntungkan kelompok pekerja kerah
putih. Penelitian yang menggunakan data Survei Tenaga Kerja Nasional Badan Pusat Statistik BPS dari tahun 1988 hingga tahun 2000 ini memperlihatkan
bahwa untuk semua pekerja secara umum, perkiraan elastisitas penyediaan lapangan kerja total terhadap upah minimum adalah minus 0.1. Dari semua
kelompok pekerja yang mengalami dampak negatif terbesar dari kebijakan upah minimum yang dijalankan pemerintah saat ini adalah kelompok perempuan
pekerja, pekerja usia muda, dan pekerja kurang terdidik. Besaran elastisitas penyediaan lapangan kerja total terhadap upah minimum untuk kelompok pekerja
perempuan dan pekerja usia muda adalah minus 0.307. Adapun besaran elastisitas untuh pekerja yang kurang terdidik adalah sebesar minus 0.196. Satu-satunya
yang diuntungkan dari kebijakan upah minimum adalah kelompok pekerja kerah putih yang ditunjukkan oleh nilai elastisitas penyediaan lapangan kerja terhadap
upah minimum sebesar positif 1 persen. Penelitian ini meyimpulkan, penerapan upah minimum menyebabkan terjadinya substitusi pekerjaan yang berbeda.
Ketika upah minimum meningkat, perusahaan mengganti pekerja mereka dengan pekerja kerah putih yang lebih terdidik dengan investasi untuk proses produksi
yang lebih padat modal dan dengan keterampilan lebih tinggi. Card dan Krueger 1994 melakukan survey dampak peningkatan upah
minimum pada 410 restoran siap saji di New Jersey dan Pensylvania berkaitan dengan peningkatan upah minimum di New Jersey dari 4.25 menjadi 5.0l per
jam. Mereka juga melakukan studi perbandingan kesempatan kerja, upah dan harga pada sampel restoran sebelum dan sesudah terjadinya peningkatan upah
minimum. Mereka menyimpulkan bahwa peningkatan upah minimum di New Jersey tidak menurunkan kesempatan kerja pada restoran siap saji. Kesimpulan
ini tentunya berlawanan dengan model-model upah minimum secara teoritis. Kesimpulan penelitian tersebut banyak menimbulkan reaksi dari peneliti-
peneliti lain. Sebagai contoh Kennan 1995 melakukan penelitian pada restoran siap saji yang serupa Burger King, Wendy’s dan KFC di negara bagian ini untuk
waktu yang berbeda Card dan Krueger awal Maret sedangkan Kennan pada bulan Nopember dan Desember. Penelitian Kennan menyimpulkan bahwa kenaikan
upah minimum menurunkan kesempatan kerja. Hasil kajian Neumark dan Waschr 2000 dan Levin-Waldman, Oren M 2002 juga menghasilkan
kesimpulan yang sama dengan Kennan dan mereka berpendapat bahwa metode yang digunakan dalam penelitian Card dan Krueger tidak mengeksplorasi
konsekuensi kenaikan upah minimum terhadap pasar-pasar yang terkait.
Zavodny 2000 melakukan kajian tentang dampak upah minimum terhadap kesempatan kerja dan jam kerja dengan menggunakan data negara
bagian dan individual panel data di Amerika serikat. Rata-rata data tahunan negara bagian digunakan untuk mengetahui efek upah minimum pada keseluruhan
kesempatan kerja dan rata-rata jam kerja per minggu para pekerja muda. Data individu digunakan untuk mengetahui apakah pekerja muda kehilangan jam kerja
dengan upah yang tinggi sejalan dengan peningkatan upah minimum. Ia menyimpulkan bahwa : a pada level negara bagian, peningkatan upah minimum
dapat menurunkan kesempatan kerja tetapi tidak menurunkan jam kerja, sedangkan b pada level individu, tidak menunjukkan bahwa peningkatan upah
minimum memberi dampak negatif pada jam kerja. Perbedaan penelitian ini dibandingkan dengan penelitian sebelumnya
adalah penelitian ini mengkaji secara eksplisit bagaimana pengaruh shock di pasar tenaga kerja akibat penerapan kebijakan ketenagakerjaan terhadap tingkat
pengangguran dan transmisinya pada keseimbangan ekonomi makro pada era otonomi daerah berdasarkan disagregrasi yang lebih detail dalam rangka lebih
menggambarkan kondisi nyata perilaku pasar tenaga kerja di Indonesia.
Tabel 7. Studi Terdahulu Kesempatan Kerja dan Tingkat Pengangguran No. Studi Empiris
Model Kekhususan Studi
1. 2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam Negeri
Safrida 1999 Erisman 2003
Hadi 2002
Kalangi 2006 Mangkuprawira
2000
Sukwika 2003
Suryahadi 2003 Makroekonomi
Pasar Tenaga Kerja
Pasar Kerja dan Migrasi
Input-Output Perilaku Pasar
kerja
Pasar Tenaga Kerja dan
Migrasi
Distribusi Upah dan penyerapan
Tenaga Kerja
Dampak kebijakan makroekonomi terhadap perilaku pasar kerja dan indikator makroekonomi Indonesia.
Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pasar kerja dan terjadinya pengangguran di DKI Jakarta.
Dampak kebijakan pemerintah terhadap keragaan pasar kerja dan migrasi pada periode krisis da sebelum krisis
ekonomi di Indonesia. Menganalisis efek pengganda dari adanya kegiatan
investasi di sektor pertanian dan agroindustri terhadap kesempatan kerja
Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah angkatan kerja, kesempatan kerja, upah riil dan
produktivitas kerja di wilayah Jawa dan Bali. Menganalisis keterkaitan pasar TK dan migrasi di
kabupaten Bogor meliputi angkatan kerja, kesempatan kerja, pengangguran dan upah terhadap perubahan
struktur dan pengembangan wilayah. Survey dampak peningkatan upah minimum terhadap
penyerapan TK di sektor formal perkotaan Jabotabek dan Bandung.
8.
9.
10.
11.
12.
Luar Negeri
Card dan Krueger 1994
Kennan 1985
Neumark dan Waschr 2000
Zavodny 2000 Levin-Waldman
Oren M 2002
Upah minimum Upah minimum
Upah minimum
Upah minimum Struktur Upah
Regional
Survey awal maret dampak peningkatan upah minimum thd pekerja di restoran siap saji di New
Jersey dan Pensylvania. Survey Nov dan Des dampak peningkatan upah
minimum thd pekerja di restoran siap saji di New Jersey dan Pensylvania.
Survey dampak peningkatan upah minimum thd pekerja di restoran siap saji di New Jersey dan
Pensylvania. Dampak upah minimum terhadap kesempatan kerja di
AS data negara bagian dan panel individu. Pengaruh upah minimum thd struktur upah regional di
AS.
III. KERANGKA TEORI
3.1. Pasar Tenaga Kerja
Pasar tenaga kerja adalah pasar dimana ada sejumlah pembeli dan penjual faktor produksi tenaga kerja. Pembeli input tenaga kerja adalah perusahaan dan
penjual input tenaga kerja adalah rumah tangga. Perusahaan diasumsikan menentukan jumlah tenaga kerja yang akan dibeli dalam upaya mendapatkan
keuntungan maksimal. Sementara rumah tangga diasumsikan sebagai pihak yang memiliki input tenaga kerja untuk dijual kepada perusahaan.
Dalam analisis pasar tenaga kerja, perilaku pihak pemilik input tenaga kerja diilustrasikan sebagai kurva penawaran tenaga kerja. Kurva penawaran
tenaga kerja menunjukkan hubungan antara jumlah jam kerja per hari yang bersedia ditawarkan pada berbagai tingkat upah Arfida, 2005.
S
B C
A
Upah W
W
2
W
1
W
O L
L
1
Waktu Kerja Jam per hari
Gambar 1. Penawaran Tenaga Kerja yang Melengkung ke Belakang
Sumber : Pindyck and Rubinfeld, 2001 dimodifikasi.