Kinerja Penawaran Agregat HASIL ESTIMASI MODEL PASAR TENAGA KERJA DAN PEREKONOMIAN MAKRO

Tabel 19 memperlihatkan bahwa penerimaan pajak TAX dipengaruhi secara postif oleh penawaran agregat AS. Jika AS meningkat satu milyar rupiah maka TAX akan meningkat sebesar 1.3 juta rupiah. Dalam jangka pendek maupun jangka panjang penerimaan pajak responsif terhadap peubah AS. Faktor yang mempengaruhi nilai pengeluaran pembangunan pertanian, industri, infrastruktur serta pendidikan dan kesehatan adalah penerimaan pemerintah. Peningkatan penerimaan pemerintah satu milyar rupiah akan meningkatkan pengeluaran pembangunan sektor pertanian 34 juta rupiah, sektor industri 7.9 juta rupiah, sektor infrastruktur 53.6 juta rupiah serta sektor pendidikan dan kesehatan 11.7 juta rupiah. Besarnya pengaruh penerimaan pemerintah terhadap pengeluaran infrastruktur bisa dipahami karena merupakan salah satu faktor penting menggerakkan perekonomian. Lag inflasi juga berpengaruh nyata terhadap besarnya pengeluaran pembangunan untuk sektor pertanian serta pendidikan dan kesehatan. Artinya kenaikan laju inflasi tahun sebelumnya sebesar satu persen akan menyebabkan meningkatnya nilai peneluaran pembangunan sektor pertanian 590 juta rupiah dan sektor pendidikan dan kesehatan 290 juta rupiah dalam rangka mempertahankan nilai riil pengeluaran pemerintah.

6.4. Kinerja Penawaran Agregat

Hasil pendugaan parameter nilai produksi sektoral memberikan nilai koefisien determinasi R 2 di atas 96 persen seperti pada Tabel 20. Artinya variasi peubah penjelas dalam masing-masing persamaan mampu menjelaskan di atas 96 persen fluktuasi peubah nilai produksi sektor pertanian, industri maupun sektor jasa. Tabel 20. Hasil Estimasi Persamaan Nilai Produksi Sektoral Tahun 1980-2004 Elastisitas Peubah Parameter Estimasi Prob |T| Jangka Pendek Jangka Panjang GDPP nilai produksi sektor pertanian Intercept DP permintaan TK sektor pertanian DEFP deflator GDP sektor pertanian ∆IP perubahan investasi sektor pertanian ∆GEP perubahan pengeluaran pemb sektor pertanian ∆GEIS perubahan pengeluaran pemb infrastruktur LGDPP lag nilai produksi sektor pertanian -1574.86 0.098317 0.323054 0.026704 8.215004 7.864306 0.973710 0.2489 0.0710 0.4287 0.3062 0.3054 0.2746 .0001 0.0861 3.2743 F-Hitung = 394.22 R 2 = 0.99328 DW = 2.028915 GDPI nilai produksi sektor industri Intercept DI permintaan TK sektor industri DEFI deflator GDP sektor industri II investasi sektor industri ∆GEI perubahan pengeluaran pemb sektor industri KUK kredit usaha kecil GEIS pengeluaran pemb infrastruktur LGDPI lag nilai produksi sektor industri 464.9194 0.918193 38.69647 0.088450 164.7634 32.56100 15.05642 0.609806 0.4706 0.2613 0.1513 0.2619 0.2949 0.0374 0.3786 0.0053 0.1300 0.0711 0.3331 0.1822 F-Hitung = 222.99 R 2 = 0.99048 DW = 1.275885 GDPJ nilai produksi sektor jasa Intercept ∆DJ perubahan permintaan TK sektor jasa LDEFJ lag deflator GDP sektor jasa IJ investasi sektor jasa LGEIS lag pengeluaran pemb sektor pertanian LGDPJ lag nilai produksi sektor jasa 3889.881 0.265636 7.080491 0.142993 28.04410 0.861724 0.0489 0.3275 0.1586 0.3540 0.2373 .0001 0.0351 0.7008 0.2542 5.0685 F-Hitung = 83.80 R 2 = 0.96101 DW = 0.96101 Peubah endogen dalam persamaan nilai produksi sektor pertanian, industri dan jasa dipengaruhi secara nyata oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01. Tabel 20 memperlihatkan permintaan tenaga kerja sektor pertanian DP berpengaruh positip dan nyata terhadap nilai produksi sekroe pertanian GDPP. Artinya peningkatan kesempatan kerja di sektor pertanian sebanyak 1 orang akan meningkatkan nilai produksi sektor pertanian sebesar 98.3 juta rupiah. Jika dibandingkan dengan sektor industri dan jasa maka sektor pertanian menempati urutan terendah dalam hal produktivitas tenaga kerja sementara sektor industri menempati urutan teratas. Pada persamaan GDPI, kredit usaha kecil KUK berpengaruh nyata dalam meningkatkan GDPI. Artinya peningkatan KUK sebesar satu milyar rupiah akan meningkatkan GDPI 32.6 milyar rupiah.

6.5. Kinerja Permintaan Agregat