Penurunan kekuatan Serikat Buruh Sektor Pertanian 90 Persen, Penurunan Jumlah Kasus Pemogokan dan Unjuk Rasa 50 Persen

7.3.5. Penurunan kekuatan Serikat Buruh Sektor Pertanian 90 Persen,

Industri 1.5 Persen, dan Jasa 2,5 Persen Isu tenaga kerja buruh seperti kasus pemogokan dan unjuk rasa merupakan masalah utama rendahnya nilai investasi Jepang di Indonesia Kompas, 2006. Hasil simulasi 5 meperlihatkan dampak positif terhadap tingkat penangguran, inflasi, nilai investasi dan penawaran agregat . Diramalkan simulasi 5 seperti pada Tabel 40 berdampak pada penurunan tingkat pengangguran total yang mencapai 1.24 persen. Penurunan tingkat pengangguran total maupun berdasarkan tingkat pendidikan disebabkan karena penurunan kekuatan serikat buruh dalam menuntut kenaikan upah rata-rata bagi buruh di luar target kebijakan upah minimum. Upah rata-rata riil baik sektoral maupun upah rata-rata menurun. Dampak lanjutan diramalkan dapat meningkatkan kesempatan kerja baik berdasarkan sektoral maupun tingkat pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan. Pada akhirnya tingkat pengangguran berdasarkan tingkat pendidikan menurun. Pengangguran diramalkan masih didominasi oleh angkatan kerja berpendidikan rendah. Peningkatan kesempatan kerja berdampak pada peningkatan nilai produksi sektoral. Peningkatan tertinggi pada sektor industri yang mencapai 0.59 persen. Hal tersebut disebabkan produktivitas TK sektor industri relatif lebih tinggi dibandingkan pada sektor lainnya. Rata-rata produktivitas sektor industri mencapai 8.02 juta rupiah per TK per tahun. Simulasi 5 berdampak pada penurunan tingkat inflasi 2.73 persen. Penurunan tingkat inflasi tersebut disebabkan penurunan dari sisi penawaran yang bersumber dari penurunan rata-rata upah riil. Tabel 40

7.3.6. Penurunan Jumlah Kasus Pemogokan dan Unjuk Rasa 50 Persen

Penurunan kasus pemogokan dan unjuk secara langsung akan menurunkan faktor ketidak pastian dalam pasar tenaga kerja. Dampak penurunan tersebut diramalkan akan meningkatkan nilai investasi sektor pertanian 3.19 persen meningkat sebesar 82.01 milyar rupiah per tahun, sektor industri 5.89 persen meningkat sebesar 3358.42 milyar rupiah per tahun, sektor jasa 3.40 persen meningkat sebesar 126.26 milyar rupiah per tahun seperti pada Tabel 41. Peningkatan investasi akibat menurunnya faktor ketidakpastian di pasar TK lebih tinggi pada sektor industri disebabkan kasus pemogokan lebih sering terjadi pada sektor industri dibandingkan pada sektor pertanian dan jasa. Investasi total meningkat 2.84 persen atau meningkat sebesar 3566.69 milyar rupiah per tahun. Peningkatan investasi selanjutnya berdampak pada peningkatan nilai produksi sektoral maupun penawaran agregat karena terjadi peningkatan kapasitas produksi. Dampak lanjutan dari peningkatan nilai produksi adalah peningkatan kesempatan kerja di seluruh sektor dan berdasarkan tingkat pendidikan. Tingkat pengagguran total menurun 0.02 persen mencapai 10.14 persen. Tingkat pengangguran didominasi oleh angkatan kerja berpendidikan rendah dan menengah rata-rata hampir mencapai 4 persen. Indikator tingkat inflasi relatif tidak mengalami perubahan. Hal tersebut disebabkan terjadi peningkatan output nasional dari sisi permintaan dan dari sisi penawaran. Penawaran agregat meningkat 0.13 persen yang dapat menurunkan indeks harga umum. Sementara permintaan agregat juga meningkat 0.88 persen yang dapat meningkatkan indeks harga umum. Keseimbangan makro pada akhirnya kembali di sekitar indeks harga umum nilai dasar sementara terjadi peningkatan output nasional. Tabel 41

7.3.7. Penurunan Suku Bunga 6 Persen