Pasar Tenaga Kerja yang Bersaing

3.2.1. Pasar Tenaga Kerja yang Bersaing

Studi terdahulu juga secara teori belum dapat menyimpulkan secara pasti besarnya dampak kebijakan upah minimum terhadap kesempatan kerja di Indonesia. Namun secara teoritis dapat dipastikan bahwa kebijakan upah minimum akan memberikan dampak yang berbeda pada struktur pasar yang berbeda. Dalam pasar tenaga kerja yang kompetitif, penetapan upah minimum di atas tingkat upah keseimbangan pasar akan mengurangi jumlah tenaga kerja yang terserap oleh pasar tenaga kerja sehingga akan menyebabkan pengangguran. Kajian teoritis ini dapat diilustrasikan seperti pada Gambar 3. Jumlah Tenaga Kerja Upah D = MVP L ME= AE= S ME ’ = AE’= S’ Upah Upah minimum L C L M W C = MVP L E F W M S D = MVP L L C L M’ Jumlah Tenaga Kerja L M a b Gambar 3. Dampak Kebijakan Upah Minimum di Pasar Tenaga Kerja Bersaing Sumber : Nicholson, 2002 dimodifikasi. Gambar 3 memperlihatkan bahwa a keseimbangan pasar tenaga kerja dalam struktur persaingan sempurna dan b penggunaan input tenaga kerja oleh perusahaan dengan modal tetap pada struktur persaingan sempurna. Pada struktur pasar tenaga kerja yang bersaing, penawaran tenaga kerja yang dihadapi perusahaan bersifat elastis sempurna dan identik dengan kurva pengeluaran marjinal ME dan juga kurva pengeluaran rata-rata AE. Pada upah keseimbangan pasar W C perusahaan akan memepekerjakan input tenaga kerja sebanyak L C . Pada struktur pasar tenaga kerja yang bersaing ini jelas terlihat bahwa upah buruh dibayar sesuai dengan produktifitas buruh tersebut . L C MVP W = Intervensi pemerintah pada upah dalam bentuk kebijakan upah minimum pada struktur pasar persaingan sempurna akan menyebabkan tingkat upah W M berada di atas upah keseimbangan. Pada tingkat upah W M Gambar 3.2.b, perusahaan akan mengurangi penggunaan input tenaga kerja dari L C menjadi L M . Jika perusahaan tetap menggunakan tenaga kerja sebanyak L C , perusahaan tidak akan memaksimumkan keuntungan. Hal ini disebabkan pada tingkat upah minimum yang lebih tinggi tersebut, tenaga kerja yang digunakan dapat lebih sedikit karena perusahaan mampu mendapatkan produktifitas fisik marjinal yang lebih tinggi dari tenaga kerja yang digunakannya. Ketika hanya ada satu input yang dapat dirubah, asumsi produktifitas marjinal tenaga kerja menjamin bahwa peningkatan upah tenaga kerja akan menyebabkan lebih sedikit tenaga kerja yang digunakan perusahaan Nicholson, 2002. Pada saat yang bersamaan Gambar 3.2.a, lebih banyak tenaga kerja yang ditawarkan pada tingkat upah W M . Dalam struktur pasar tenaga kerja yang bersaing sempurna, intervensi pemerintah dalam bentuk penetapan upah minimum dapat menyebabkan terjadinya kelebihan penawaran tenaga kerja sebesar L M’ -L M . Dapat disimpulkan bahwa pada pasar tenaga kerja yang bersaing, penerapan kebijakan upah minimum dapat menyebabkan pengangguran sebesar L M’ - L M .

3.2.2. Pasar Tenaga Kerja Monopsoni