Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur 25 persen Kombinasi Simulasi 4 dan 5

Instrumen pada simulasi 7 terlihat efektif untuk menurunkan tingkat pengangguran melalui peningkatan nilai investasi, peningkatan nilai produksi dan kesempatan kerja. Simulasi 7 juga berdampak positif dalam menurunkan inflasi nasional 0.1 persen sehingga turun menjadi 6.14 persen.

7.2.8. Peningkatan Pengeluaran Infrastruktur 25 persen

Pemerintah dapat mempengaruhi kondisi perekonomian makro melalui kebijakan fiskal. Salah satunya adalah melalui pengeluaran infrastruktur. Pengeluaran pembangunan infrastruktur adalah salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan modal publik untuk memproduksi barang dan jasa. Infrastruktur dalam penelitian ini disebut juga modal publik yang merujuk pada jalan, jembatan, PDAM, pelabuhan dan lain-lain yang secara kolektif menyumbang kepada barang publik Case and Fair, 2004. Sebuah jembatan di atas sungai di lokasi yang sulit dapat menghemat biaya transportasi orang yang melalui dan biaya pengangkutan barang. Hasil dalam bentuk jasa yang bernilai di masa depan itulah yang seharusnya memberikan dorongan kepada pemerintah dalam meningkatkan pengeluaran pembangunan untuk infrastruktur. Pengeluaran pembangunan sektor infrastruktur secara langsung berdampak pada sisi penawaran agregat melaui nilai produksi sektoral seperti pada Tabel 32. Nilai produksi sektor jasa meningkat 0.58 persen meningkat 312.4 milyar rupiah per tahun. Sementara pengeluaran infrastruktur sebesar 25 persen belum mampu meningkatkan nilai produksi sektor pertanian dan industri. Masih menurunnya nilai produksi sektor pertanian dan industri menyebabkan kesempatan kerja di sektor tersebut juga menurun. Tabel 32 Sementara terhadap total permintaan tenaga kerja total telah miningkat, demikian pula pada total nilai produksi agregat. Simulasi 8 telah mampu menurunkan tingkat pengangguran berdasarkan pendidikan dan tingkat pengangguran total 0.02 persen dan juga menurunkan tingkat inflasi 0.0002 persen.

7.2.9. Kombinasi Simulasi 4 dan 5

Simulasi 9 menggambarkan upaya yang dapat dilakukan pemerintah agar skenario 4 dapat lebih efektif dengan cara mengontrol kekuatan serikat buruh agar sundulan upah dapat diredam. Kekuatan serikat buruh ini menjadi penting untuk diperhitungkan mengingat sejak reformasi dan demokratisasi setelah tahun 1997 serikat buruh semakin banyak dan menguat terutama dalam hal menuntut kenaikan upah. Secara empiris dinyatakan bahwa bila upah minimum ditingkatkan tanpa memenuhi tuntutan serikat pekerja untuk meningkatkan upah bagi buruh diluar target kebijakan upah minimum maka pada dasarnya perusahaan dapat melakukan penyesuaian terhadap biaya produksi. Akibatnya terjadi peningkatan rata-rata upah sektor pertanian 1.66 persen, industri -0.13 persen dan jasa 1.94 persen yang relatif kecil dibandingkan pada simulasi 4 seperti pada Tabel 33. Demikian pula penurunan kesempatan kerja, penurunan nilai produksi sektoral dan penurunan produksi agregat relatif lebih kecil dibandingkan pada simulasi 4. Simulasi 9 menunjukkan perbedaan peningkatan tingkat suku bunga yang relatif kecil, hanya 0.145 persen mencapai 14.33 persen, lebih rendah dibandingkan pada simulasi 4 yang meningkat 0.38 persen. Tabel 33 Demikian pula tingkat inflasi pada simulasi 8 yang meningkat 0.13 persen mencapai 6.37 persen, lebih rendah dibandingkan peningkatan inflasi pada simulasi 4 yang mencapai 0.60 persen dari simulasi dasar tingkat inflasi yaitu 6.24 persen.

7.2.10. Kombinasi Simulasi 7 dan 8