persen, industri 0.42 persen dan sektor jasa 0.26 persen. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Yudhoyono 2004 juga menyimpulkan kenaikan upah rata-rata
sektor pertanian sebesar 1 rupiah per bulan akan menurunkan penyerapan TK sektor pertanian sebanyak 5 ribu orang dan untuk TK non pertanian sebanyak 2
ribu orang. Di antara sektor yang diamati, elastisitas permintaan TK berpendidikan tinggi terhadap peningkatan GDP lebih elastis pada sektor
pertanian yaitu 1.59 persen. Artinya peningkatan GDP sektor pertanian sebesar satu persen akan meningkatkan DPTP sebesar 1.59 persen. Hasil analisis ini
sejalan dengan kesimpulan penelitian yang dilakukan Kalangi 2006 yang menyimpulkan bahwa respon peningkatan kesempatan kerja sektor pertanian
akibat peningkatan nilai GDP pertanian mencapai 1.49 persen 1999-2003.
6.2.3. Upah Rata-rata
Hasil pendugaan parameter persamaan upah rata-rata berdasarkan sektor memberikan nilai koefisien determinasi R
2
di atas 84 persen. Artinya variasi peubah penjelas dalam masing-masing persamaan mampu menjelaskan di atas 84
persen fluktuasi peubah upah rata-rata berdasarkan sektor. Peubah endogen dalam persamaan upah rata-rata sektor pertanian, industri dan jasa dipengaruhi secara
nyata oleh peubah penjelas secara bersama-sama pada taraf nyata α 0.01.
Tabel 18 memperlihatkan bahwa hasil pendugaan persamaan upah rata- rata sektoral secara nyata dipengaruhi oleh upah minimum masing-masing sektor.
Hal tersebut tercermin pada nilai parameter yang berarti peningkatan upah minimum rata-rata sektoral untuk pekerja yang menjadi target kebijakan upah
minimum sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan upah rata-rata sektor pertanian 186 rupiah, industri 180 rupiah dan sektor jasa 261 rupiah.
Tabel 18. Hasil Estimasi Persamaan Upah Rata-rata Tahun 1980-2004 Elastisitas
Peubah
Parameter Estimasi
Prob |T| Jangka
Pendek Jangka
Panjang WP
upah rata-rata sektor pertanian
Intercept UMP
upah minimum sektor pertanian
KHM
Kebutuhan Hidup Minimum
DEFP
deflator GDP sektor pertanian
TKFP
jumlah TK formal sektor pertanian
S
jumlah penawaran TK total
LWP
lag upah rata-rata sektor pertanian
4351.285 0.186011
0.235748 7.722205
0.026872
-0.07680 0.347304
0.0857 .0001
0.0888 0.0014
0.4379 0.0131
0.0115 0.3311
0.3383 0.2532
-0.9868 0.5074
0.5183 0.3879
-1.119
F-Hitung = 32.31 R
2
= 0.92375 DW = 2.147441 WI
upah rata-rata sektor industri
Intercept UMI
upah minimum sektor industri
KHM
Kebutuhan Hidup Minimum
DEFI
deflator GDP sektor industri
TKFI
jumlah TK formal sektor industri
S
jumlah penawaran TK total
LWI
lag upah rata-rata sektor industri
5358.180 0.180116
1.007071 3.237797
2.135565
-0.28723 0.502053
0.0414 0.0630
0.0046 0.1847
0.0002 0.0005
0.0003 0.2531
0.7616 0.0502
0.9223
-1.9448 0.5084
1.5294 0.1009
1.8523
-3.9057 F-Hitung = 22.11
R
2
= 0.89239 DW = 2.354692 WJ
upah rata-rata sektor jasa
Intercept UMJ
upah minimum sektor jasa
KHM
Kebutuhan Hidup Minimum
DEFJ
deflator GDP sektor jasa
LTKF
lag jumlah TK formal
S
jumlah penawaran TK total
LWJ
lag upah rata-rata sektor jasa
5380.282 0.260546
0.753300 15.60628
0.166095
-0.18927 0.454715
0.1585 0.0139
0.0483 0.0129
0.1718 0.0566
0.0084 0.2786
0.4369 0.2015
0.2603
-0.9828 0.5109
0.8012 0.3695
0.4774
-1.8023 F-Hitung = 13.82
R
2
= 0.83822 DW = 1.583527 W
upah rata-rata
Intercept L
∆UMR
lag perubahan upah minimum rata-rata
WP
upah rata-rata sektor pertanian
WI
upah rata-rata sektor industri
∆WJ
perubahan upah rata-rata sektor jasa
WL
upah rata-rata sektor lainnya
LW
lag upah rata-rata
847.4541 0.062092
0.358429 0.461737
0.258188 0.059693
0.221975 0.1545
0.3374 0.1767
0.0034 0.0438
0.0548 0.0703
0.1825 0.4461
0.3253 0.0971
0.2345 0.5734
0.4181 0.1248
F-Hitung = 67.97 R
2
= 0.96225 DW = 2.34477
Fenomena ini juga ditemui dalam studi terdahulu yang menyimpulkan bahwa kebijakan upah minimum meskipun secara normatif
ditargetkan pada buruh tanpa pengalaman, berpendidikan rendah dan mempunyai masa kerja di bawah satu tahun, namun dalam pelaksanaannya
telah menyebabkan kenaikan upah bagi buruh secara keseluruhan atau dalam kajian ketenagakerjaan disebut upah sundulan Wirahyoso, 2002.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap upah rata-rata sektoral adalah KHM. Secara umum terlihat perbaikan pemenuhan upah rata-rata pada sektor
industri relatif lebih baik dibandingkan sektor pertanian dan jasa. Artinya peningkatan KHM sebesar 1000 rupiah akan meningkatkan upah rata-rata sektor
pertanian 236 rupiah, industri 1007 rupiah dan jasa 753 rupiah. Faktor tuntutan serikat pekerja yang diproksi dengan peubah jumlah TK
formal di masing-masing sektor juga mempengaruhi nilai upah rata-rata sektoral. Secara umum upah rata-rata sektor industri lebih respon terhadap tuntutan serikat
pekerja. Artinya peningkatan tuntutan serikat pekerja sebesar satu persen di masing-masing sektor akan meningkatkan upah rata-rata di sektor pertanian 0.02
persen, industri 0.92 persen dan jasa 0.26 persen. Hasil penelitian terdahulu juga menyimpulkan bahwa fenomena upah sundulan merupakan dampak
dari kekuatan serikat pekerja untuk menaikkan upah buruh diluar target kebijakan upah minimum Priyono,2002.
6.3. Kinerja Fiskal