52.
1. 2.
3. 4.
5. 6.
7. 8.
9. 10.
11. 12.
13. 14.
15. 16.
17. 18.
19. 20.
21. 22.
23. 24.
25. 26.
27. 28.
29. INF
DDF DEFI
DEFP DEFJ
DPML DPRL
DPTL DKE
ER GDPL
GEL GR
GRI IL
JP JPK
KHM KUK
NTAX PHK
PNSR POP
TAX TKF
TKIP TKFP
TKMI TKFJ
TKTI Inflasi nasional
B. Variabel Eksogen
Dummy desentralisasi fiskal tahun 2001=1, lainnya= 0 Indeks harga sektor industri
Indeks harga sektor pertanian Indeks harga sektor jasa
Permintaan TK berpendidikan menengah di sektor lainnya Permintaan TK berpendidikan rendah di sektor lainnya
Permintaan TK berpendidikan tinggi di sektor lainnya Dummy krisis ekonomi
tahun 1997 dan 1998=1, tahun lainnya= 0
Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS Nilai produksi sektor lainnya
Pengeluaran pembangunan sektor lainnya Pertumbuhan ekonomi
Pertumbuhan sektor industri Investasi total sektor lainnya
Jumlah perusahaan besar dan sedang dalam industri Jumlah penyelesaian kasus hubungan industri
Kebutuhan hidup minimum Kredit usaha kecil
Penerimaan pemerintah di luar pajak Jumlah PHK
Jumlah PNS berpendidikan rendah Jumlah penduduk Indonesia
Nilai penerimaan pajak Jumlah TK di sektor formal
Jumlah TK di sektor informal pertanian Jumlah TK di sektor formal pertanian
Jumlah TK berpendidikan menengah di sektor informal Jumlah TK di sektor formal jasa
Jumlah TK berpendidikan Tinggi di sektor Persentahun
Ribu org tahun Ribu org tahun
Ribu org tahun
Rp.US Milyar Rp.thn
Milyar Rp.thn Persentahun
Persentahun Milyar Rp.thn
Perushn tahun Kasus tahun
Rupiah tahun Milyar Rp.thn
Milyar Rp.thn Orangtahun
Ribu org tahun Ribu org tahun
Milyar Rp.thn Ribu org tahun
Ribu org tahun Ribu org tahun
Ribu org tahun Ribu org tahun
Ribu org tahun
30. 31.
32. 33.
34. UMI
UMJ UMP
UMR WL
Upah minimum industri Upah minimum jasa
Upah minimum pertanian Upah Minimum Rata-rata
Rata-rata upah sektor lainnya Rupiah tahun
Rupiah tahun Rupiah tahun
Rupiah tahun Rupiah tahun
Keterangan : nilai diriilkan dengan GDP deflator tahun dasar 1990. 4.2.6. Jenis dan Sumber Data
Studi ini menggunakan data sekunder time series tahunan dari tahun 1980 sampai dengan tahun 2004. Sumber data sekunder berasal dari Badan Pusat Statistisk,
Bank Indonesia, Litbang Kompas, Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Nota Keuangan Departemen Keuangan, Badan Koordinasi Penanaman Modal, Dirjen
Bina Hubungan Ketenagakerjaan dan Pengawasan Norma Kerja. Sumber data isu- isu kebijakan era otda berasal dari laporan hasil lokakarya kebijakan pasar tenaga
kerja yang dilaksanakan oleh Lembaga Penelitian SMERU dan Bappenas pada tanggal 16 September 2003 di Surabaya.
V.
DESKRIPSI KEBIJAKAN KETENAGAKERJAAN DI ERA OTDA
Pemerintah Indonesia telah melakukan intervensi pada pasar tenaga kerja dalam bentuk Undang-Undang Ketenagakerjaan sejak tahun 1956 Lampiran 1.
Namun, perkembangan kebutuhan masyarakat di era industrialisasi yang kompleks dan era otonomi daerah telah mendorong pemerintah untuk melakukan
penyesusuain undang-undang. Menurut Bappenas, undang-undang ketenagakerjaan di era otonomi daerah
khususnya UU No.13 Tahun 2003 telah memberikan sumbangan positif terhadap pasar tenaga kerja Indonesia. Undang-undang tersebut telah sejalan dengan
berbagai konvensi ILO yang telah diratifikasi. Dalam undang-undang ketenagakerjaan khususnya penyelesaian perselisihan hubungan industrial
mengatur kelembagaan, aturan-aturan dan prosedur guna menyelesaikan perselisihan hubungan industial. Undang-undang tersebut juga menetapkan baik
mekanisme pengadilan maupan mekanisme diluar pengadilan untuk menyelesaikan perselisihan industrial antara pemberi kerja dan pekerja serikat
pekerja serta menyelesaikan perselisihan diantara serikat pekerja. Undang-undang tersebut membedakan berbagai jenis perselisihan yaitu:
a. Perselisihan kepentingan contoh: perselisihan perjanjian kerja bersama baru. b. Perselisihan hak contoh: hak lembur, hak cuti, hak atas upah minimum.
c. Perselisihan akibat PHK. d. Perselisihan antara sesama serikat pekerja diperusahaan yang sama.
5.1. Kebijakan Ketenagakerjaan Era Otda